Jokowi JK untuk Indonesia
Jokowi JK untuk Indonesia
*Oleh: Randy Prima Herlambang
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang
Tonggak sejarah baru bangsa Indonesia dimulai, dengan dilantiknya presiden ke 7 negeri tercinta ini, Ir.H.Joko Widodo sebagai presiden dan H.Jusuf Kalla sebagai wakil presiden Republik Indonesia periode 2014 sampai dengan 2019 bertepatan dengan hari Senin tanggal 20 Oktober 2014. Berjuta mimpi, harapan dan asa negeri ini tertampuk pada pundak presiden low profile . Pasangan presiden dan wakil presiden ini melenggang menjadi RI 1 setelah “mengalahkan” pasangan Prabowo-Hatta pada pilpres yang diselenggarakan pada 09 Juli 2014. Diusung dari 4 (empat) parpol yang terdiri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) pasangan Jokowi-JK ini unggul dari pasangan Prabowo-Hatta yang didukung oleh 6 (enam) parpol.
Pesta rakyat pun digelar untuk merayakan dilantiknya presiden baru, Jokowi. Berpusat di Monumen Nasional (Monas) Jakarta, acara syukuran digelar mulai dari pemotongan tumpeng, acara music hingga do’a bersama tokoh lintas agama. Jokowi naik panggung selepas Sholat Maghrib sekaligus menyampaikan pidato kepresidenan pertama secara langsung di depan rakyat dan simpatisan. Dari gerak-gerik tubuhnya beliau begitu antusias menyapa masyarakat yang setia menunggu hampir seharian di Lapangan Monas. Seolah tidak sabar ingin segera bertegur sapa dengan masyarakat secara langsung, beliau lari menuju panggung. Sambil mengangkat kedua tangan, beliau menyapa dengan salam khas yang baru, tiga jari. Uniknya, tiga jari yang beliau acungkan seperti seseorang yang mengatakan “Oke”.
Dari “selebrasi” yang diadakan malam itu, ada hal yang menarik yakni ketika Pak Jokowi memotong tumpeng “kebangsaan”. Potongan pertama diberikan kepada tamu special yang diundang secara khusus yang notabene ternyata sosok Ibu dua anak yang berprofesi sebagai sopir taksi. Sang ibu bekerja keras sendiri setelah ditinggal sang suami menghadap sang khalik. Tamu kehormatan kedua yang menerima potongan tumpeng dari Presiden Joko Widodo adalah Ibu-ibu dari propinsi paling timur di negeri ini, Papua. Tiga ibu yang berprofesi sebagai pedagang dipasar tradisional di Papua ini menjadi penggerak perekonomian kerakyatan di daerah asalnya. Dan yang terakhir berasal dari dunia pendidikan, yakni seorang siswi yang berhasil meraih emas dalam olimpiade internasional dibidang fisika. Tak pelak prestasi internasional ini turut melambungkan nama Indonesia di kancah dunia. Apresiasi presiden Jokowi terhadap masyarakat yang berprestasi ini bisa menjadi pertanda bahwa pemerintahan yang baru ini peduli terhadap masyarakat yang memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan bangsa ini.
Bukan hanya di Monas, diberbagai daerah di pelosok negeri ini menyambut pelantikan Jokowi dengan penuh suka cita. Di kota kelahiran sang Presiden, Solo, diadakan nonton bareng dipasar tradisional dan pemotongan 7 tumpeng sebagai bentuk rasa syukur atas dilantiknya presiden yang baru. Pelantikan presiden dan wapres berjalan cukup aman dan terkendali. Setelah diambil sumpah jabatan Presiden diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidato kenegaraan di depan seluruh anggota DPR, MPR dan seluruh rakyat Indonesia. Pada kesempatan itu, presiden sempat menegaskan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga didunia dengan penduduk muslim terbesar didunia.
“Kita tidak akan pernah besar jika terjebak dalam keterbelahan dan keterpecahan. Dan, kita tidak pernah betul-betul merdeka tanpa kerja keras.”
Dari potongan pidato Presiden Joko Widodo tersebut tampak tersirat bahwa modal utama untuk menjadi bangsa yang besar dan berdaulat adalah Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu jua. Rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa memang sempat “terbelah” pasca Pilpres, namun berkat kedewasaan masyarakat dalam berpikir, situasi dan kondisi bangsa ini tetap kondusif. Jika tali persaudaraan dan silaturahmi tetap terjaga, langkah yang harus ditempuh selanjutnya adalah kerja keras dan semangat pantang menyerah. Tentunya kerja keras harus diimbangi dengan pengetahuan dan skill setiap individu (red : masyarakat), sehingga sudah selayaknya bidang pendidikan menjadi perhatian khusus bagi pemerintah. Bisa dibilang, pendidikan merupakan pondasi untuk membangun sebuah bangsa.
Jokowi yang merupakan kader dari PDIP memang lebih diunggulkan dibanding dengan calon presiden lainnya. Sosoknya yang sederhana, low profile , merakyat dan sering blusukan menjadi pengejahwantahan sosok pemimpin yang sangat dirindukan oleh rakyat. Penampilannya jauh dari kata wah, tak jarang dalam aktivitas sebagai Gubernur DKI Jakarta beliau hanya memakai kemeja, sepatu, lengkap dengan celana hitamnya, jauh dari kata “mewah”, layaknya pejabat memakai jas, berdasi dan tumpangan nya yang lux. Tanpa sungkan dan ragu beliau langsung turun tangan untuk memberikan arahan dan tanpa malu ikut serta dalam beberapa pekerjaan “kumuh”, seperti misalnya ketika ada proyek pembangunan box culvert dan gorong-gorong. Tindak dan tanduk beliau sering diluar dugaan alias out of the box. Pemimpin yang rakyat tahu selama ini adalah memberikan perintah dan wejangan tanpa memberikan contoh yang konkret dalam kehidupan bermasyarakat.
Semoga semua yang nampak oleh mata selama ini bukanlah sebuah “kamuflase” hanya untuk merebut hati rakyat. Kita harus mempunyai keyakinan yang kuat terhadap apapun yang akan dilakukan beliau untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat Indonesia. Sejumlah visi misi yang disampaikan beliau ketika debat capres dan cawapres baiknya dapat terealisasi secara cepat, tepat dan bermanfaat untuk menuju masyarakat yang maslahat. Komitmen Presiden Jokowi untuk mengentas kemiskinan, mengatasi pengangguran dan memperbaiki kualitas pendidikan akan menjadi pekerjaan rakyat untuk mengawalnya. Revolusi mental yang digembar-gemborkan selama kampanye akan menjadi topik utama selama kepemimpinan Jokowi-JK.
Blusukan dan Psikologi Sosial
Blusukan adalah Jokowi. Adagium itu mungkin bisa mewakili ungkapan sebagian warga masyarakat di Indonesia. Kegemaran Wong Solo melakukan aktivitas blusukan memang patut diacungi jempol. Salah satu bentuk komunikasi yang terbilang efektif untuk melakukan pendekatan ke masyarakat secara langsung. Blusukan memang saat ini menjadi perhatian publik, karena masyarakat bisa berinteraksi secara langsung dengan seorang pemimpin. Blusukan menjadi kata yang populer akhir-akhir ini, ketimbang turba (turun ke bawah) meskipun secara maknanya sama. Tujuan utama turba adalah dapat meninjau secara langsung fakta yang terjadi dilapangan, sehingga secara otomatis komunikasi yang terjalin bersifat interaktif atau dua arah. Artinya akan ada feed back atau umpan balik dari komunikan (masyarakat) dari pesan yang disampaikan oleh komunikator (sumber berita). Harapannya ketika ada masalah, bisa diselesaikan secara cepat, tepat dan akurat.
Selamat bertugas Pak Jokowi dan Pak JK, semoga Kapal Republik Indonesia bisa bersandar pada pulau Indonesia Raya, sebagaimana cita-cita mulia Bapak. Anda ada karena Kami, dan Kami ada karena negara, Indonesia. Merdeka..merdeka..merdeka..!!!
Failed :-( but keep :-) fight!!! E
Komentar
Posting Komentar
Besongol.xyz