Papuma, amazing beach

Wuluhan,Jan 2nd 15
My trip,my chalenge
Bagi anda pecinta wisata alam, mungkin tanjung papuma bukanlah tempat yang awam. Wisata pantai yang terletak di kecamatan wuluhan, kabupaten jember ini menawarkan eksotisme pemandangan pantai ditambah dengan eloknya pemandangan pegunungan yang membujur dari kec wuluhan hingga puger. Pesona alam yang elok membuat tanjung papuma menjadi destinasi wisata favorit bagi wisatawan domestik maupun manca negara.
Kawasan wisata di jatim,khususnya jember mulai menggeliat berkat inovasi dan promosi pemerintah daerah setempat. Tidak dapat dipungkiri, sumber daya alam laut yang melimpah membuat pemda jember semakin getol untuk mengelola secara profesional untuk menggenjot pendapatan asli daerah untuk menciptakan kemandirian daerah. Disamping itu, untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar kawasan wisata.
Tanjung papuma sendiri mulai dikenal oleh wisatawan beberapa tahun belakangan, sebelumnya jember lebih diidentikkan dengan wisata pantai nya,watu ulo. Memang secara letak, tanjung papuma dan watu ulo berdekatan.
Berangkat dari titik awal dikawasan Pandaan, Pasuruan, kami harus menempuh jarak kurang lebih 130 km, artinya penting bagi rombongan untuk melakukan check terhadap kendaraan, mengingat jarak yang begitu jauh. Cuaca yang kurang bersahabat (hujan sepanjang jalan), kami memutuskan untuk tetap berangkat. Rasa penasaran membuat kami nekad untuk meluncur ke Papuma, seolah hujan bukanlah halangan bagi kami. Dengan niat yang baik (refresh otak), maka hasilnya juga akan ikut baik.
Berangkat via jalur Pantura sekitar pukul 18:30 dan berakhir di Papuma pukul 00:30 artinya enam jam perjalanan, mengingat cuaca saat itu yang kurang mendukung, kecepatan rata-rata 70 km/jam. Terhitung 3 kali kami melepas penat dan hanya untuk beristirahat sejenak sepanjang perjalananan. Bagi anda yang berencana berkunjung ke Papuma malam hari,'doping' yang pas untuk mengurangi rasa kantuk selama perjalanan cukup dengan secangkir kopi dan yang paling penting jika konsentrasi anda mulai berkurang anda bisa beristirahat di rest area yang tersedia disepanjang jalur Pantura. Tak jarang warung disepanjang Pantura buka hingga 24 jam, bukan hal yang aneh memang, karena potensi Pantura yang memikat. Anda akan sangat mudah untuk menemukan rest area untuk mengurangi ketegangan syaraf mata dan mengembalikannya ke kondisi fit alias segar bugar untuk melanjutkan perjalanan anda. Bagi anda ber bujet pas-pas an, cukup dengan mampir di warteg atau di rest area SPBU.
Secara umum selama perjalanan,kondisi fisik jalan cukup baik, meskipun di beberapa titik jalan ada yang lobang dan bergelombang, namun bisa dipahami karena sebagian besar wilayah negeri ini memasuki musim hujan dan truk-truk besar yang melintas. Kehati-hatian dan kewaspadaan tinggi harus tetap terjaga, mengingat licinnya medan dan menembus kegelapan malam di sepanjang Pantura.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih enam jam, akhirnya kami 'menemukan' pintu masuk ke Papuma. Kami sempat ragu dengan 'joglo' pintu masuknya, karena kesannya yang kurang wah, selain itu minimnya rambu petunjuk menjelang area wisata Papuma. Akses masuk ke Papuma dari jalan utama sekitar satu kilometer. Minimnya penerangan jalan menuju pintu masuk mejadi tantangan tersendiri bagi pengunjung. Seolah membelah malam ditengah hutan, kanan dan kiri sepanjang jalan adalah tebing dan tanaman besar, tidak ada satu pun penerangan jalan yang kami jumpai, otomatis hanya sorot lampu dari kendaraan yang kami andalkan. Jalannya pun sudah mulai rusak, lubang disana sini. Nyali kami sempat menciut membaca rambu disepanjang jalan'hati - hati rawan longsor dan pohon tumbang'. Kami hanya bisa berdo'a semoga semua baik-baik saja dan selamat sampai tujuan. Hanya suara hewan yang bisa kami dengar, seisi mobil hanya bisa diam dan berdoa. Dan hati kami begitu lega ketika melihat titik cahaya. Dan.......akhirnya kami menemukan entrance Papuma. Sejenak kami beristirahat dipintu masuk. Gemuruh ombak sayup-sayup terdengar memecah keheningan malam, ditengah malu malunya sinar rembulan. Info dari petugas tiket. Deburan ombak berasal dari pantai Watu Ulo!!!woooowww...ternyata Papuma merupakan 'saudara muda' Watu Ulo. UsUt punya usut, ada dua pintu masuk ke Papuma, pertAma lewat akses mandiri dan kedua masuk melalui watu ulo. Namun jika anda melewati pintu masuk Watu Ulo anda akan dikenakan dua tarif. Jadi jangan sampai keliru ya....didepan pintu tiket anda akan menjumpai bekas bangunan runtuh yang konon katanya dibangun di era kejayaan wisata Watu Ulo. Fasilitas yang ditawarkan berupa hotel dan rumah makan, sayangnya bangunan tersebut runtuh diduga karena konstruksi nya yang kurang kuat. Dari penjaga tiket pula diperoleh informasi bahwa wisata pantai Watu Ulo, Tanjung Papuma dan Pulau Merah dikelola oleh satu manajemen.
Liburan memang tak perlu mahal, yang terpenting tujuannya, refreshing. Pada musim liburan kali per kepala dikenakan tiket Rp.15.000,-. Murmer pake banget.....:-)
Gunakan gigi satu, begitulah rambu himbauan bagi penGendara kendaraan bermotor yang akan memasuki kawasan wisata Papuma. jalannya yang menanjak dan menikung membuat pengendara kendaraan harus tetap waspada. Bedanya jalan yang dilintasi kali ini penerangannya cukup baik. Dan.....akhirnya kami masuk juga dikawasan wisata Papuma. Tepat pukul 00:30 kami masuk diarea parkir. Cukup luas parkir yang tersedia untuk kendaraan anda. Bagi anda yang ber bujet lebih, anda bisa menyewa cottage yang tersedia disana. Dan untuk anda yang berpetualang atau back packer disediakan juga tenda mini untuk beristirahat. Hal yang perlu anda persiapkan antara lain lotion pengusir nyamuk, baju lengan panjang, celana panjang, kaos kaki, sarung tangan dan penutup kepala. Ini untuk menghindari serangan dari sekawanan nyamuk yang bisa mengusik waktu istirahat anda. Malam berlalu berganti pagi, sayup-sayup suara adzan terdengar dari surau. Matahari enggan muncul pagi itu tertutupi mendung gelap yang menggelayut diatas pantai. Hal itu tak mengurangi antusias kami untuk segera turun ke pantai. Hamparan pasir putih memanjang dari ujung ke ujung membuat kami enggan beranjak dari lembutnya pasir pantai. Kami asyik bermain putihnya pasir Papuma, benda yang asing dan sulit dijumpai di daerah daerah kami. Terlarut kami dengan suasana pantai hingga tak terasa waktu berlalu begitu cepatnya. Jepret sana, jepret sini untuk mengabadikan momen langka ini. Pose begini, pose begitu untuk memperindah hasil jepretan dengan background pantai. Tak lama berselang, sinar surya mulai nampak,cahaya yang memancar begitu redup namun cukup bagi kami untuk melihat dari dekat 'sun rise' yang terlambat. Sinar pagi yang khas memantul sempurna dipermukaan air laut, seolah emas teronggok besar ditengah laut. Kuning keemasan.
Batuan karang 'tertata' rapi membelah ombak. Putih dan hitam dengan permukaan nya yang halus menjadi daya tarik tersendiri, ukurannya hanya sebesar genggaman orang dewasa. Jumlahnya cukup banyak ditepi pantai, memanjang di tengah garis pantai hingga ke sisi selatan pantai. Jajaran bukit mengitari kawasan Papuma yang begitu hijau membuat mata kami enggan berpaling.
Hembusan angin yang lirih membuat gelombang laut pagi itu tidak begitu besar. Berjajar perahu nelayan yang berwarna warni menambah ciri khas wisata pantai. Satu, dua, tiga perahu sengaja 'diparkir' sang empunya di tengah laut, lengkap dengan tali pengikat. Sejauh mata memandang akan disuguhi birunya air laut. Dan ada 'gapura alam' yang menjadi pintu masuk ke Tanjung Papuma via laut. Dua pulau yang berjajar yang tingginya sekira lima meter menjadi daya tarik wisatawan. Selain itu ada banyak pulau kecil disekitar dua 'gapura alam' tadi.
Selain pasir putih, anda akan disuguhi pemandangan yang lebih indah. Bisa dibilang kawasan itu tempat yang paling strategis untuk menikmati keindahan Papuma. Anda harus menaiki anak tangga untuk bisa sampai diatas puncak bukit. Disepanjang kiri dan kanan anak tangga ditumbuhi tanaman khas hutan. Jika anda beruntung, anda akan menjumpai lutung jawa liar di alam bebas. Hewan dilindungi itu jumlahnya cukup banyak, bulunya hitam legam dengan ekornya yang panjang menjadi ciri lutung jawa. Selain itu ada komodo, hewan yang menjadi icon Indonesia di dunia internasional. Ada beberapa spot yang bagus untuk mengambil gambar Papuma dari atas. Namun anda harus extra hati-hati dipuncak bukit, karena pagar pembatasnya ada beberapa titik yang terlihat rusak dikarenakan ulah pengunjung yang tidak bertanggung jawab. Pemandangan yang mengejutkan kami dapati ketika berada dipuncak bukit, ada kapal nelayan yang terparkir di tengah laut. Setelah kami perhatikan dengan seksama, ternyata si nelayan berenang hanya dengan berbekal pelampung sebesar balon yang terpasang dipunggung. Mereka terapung kesana kemari mencari buruannya. Mereka mengais rejeki dari laut dengan nyawa sebagai taruhan. Bagaimana tidak, ombak pantai cukup besar.
Itulah catatan Trip kami kali ini, dsn sampai jumpa di next trip kami..tunggu apalagi, ayo ke Papuma.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Namanya Abadi, tapi (tak) Dapat Ditinggali

Ranting Pena

[2nd Day] SILO Mentality, Growth or Fixed?