Cerita Liburan Kita, Pantai Gatra
Mentari mulai pulang ke peraduan, angin pun begitu kencang bertiup
membawa butir air yang terjerembab ke tanah. Berkah turun dari langit. Janur
yang terbentang meliuk karena kencangnya hembusan angin laut. Belum lagi camar
terbang kesana kemari seolah ingin bersuka ria. Cuaca sendu hari ini. Daun
pisang melambai seolah mengajak kami untuk menikmati keindahan alam. Tak kalah
meriahnya, kami ditemani ratusan bahkan ribuan pohon mangrove yang terhampar luas dibibir pantai. Benteng alam yang
tiada duanya, menahan gempuran ombak yang setiap kali menyapu karang. Lautan
pasir yang putih dan lembut tersaji sejauh mata memandang. Clungup Mangrove Conservation. Ya,
wisata pantai yang ditopang oleh keindahan alamnya berupa hutan mangrove
ini mulai dikenal oleh masyarakat luas. Terletak di Selatan Kabupaten Malang,
CMC menawarkan wisata pantai dengan rute 3 pantai. Meliputi Clungup Mangrove
Conservation, Pantai Gatra dan Pantai Tiga Warna.
Bagi penggemar wisata alam, terutama pantai, mungkin lebih dulu
mengenal Wisata Pantai Sendang Biru. Sendang Biru merupakan “saudara” tua pantai-pantai
disekitarnya. Getolnya Pemerintah Kabupaten Malang (Pemkab.Malang) untuk
menggarap wisata alam patut diacungi jempol. Malang yang dulu wisata pantainya yang
dikenal hanya beberapa seperti Pantai Balekambang, Ngliyep dan Sendang Biru,
kini jumlahnya meningkat pesat. Banyak destinasi wisata yang kini mulai
dipromosikan, tujuannya tak lain, untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
sekitar. Belum lagi sarana dan prasarana serta fasilitas umum yang tersedia
juga terus ditingkatkan oleh Pemkab. Mulai dari akses jalan menuju lokasi
hingga penginapan yang kini tengah dibangun.
Berjarak sekira 70 kilometer dari jantung Kota Malang,
perjalanan menuju CMC ditempuh sekitar kurang lebih 2 (dua) jam. CMS terletak
di Desa Wisata Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Sepanjang
perjalanan anda akan disuguhi rerimbunan pohon. Cuacanya yang sejuk membuat
pengunjung yang melintas enggan beranjak dan ingin berlama-lama menikmati
suasana “khas” hutan. Namun ada beberapa titik jalan yang mengalami kerusakan.
Mulai retakan, berlubang hingga ada titik jalan yang terancam longsor. Jika
anda perhatikan, ada satu hingga dua titik disebelah ruas jalan utama ada
aktivitas penambangan batu kapur. Memang sangat disayangkan, “luka” yang
mengangah itu sepertinya sengaja dibiarkan begitu saja. Padahal lokasi tambang
berdekatan dengan fasilitas umum (red:jalan) dan permukiman warga. Jika kondisi
ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin bencana longsor atau banjir bisa saja
mengancam warga sekitar dan pengendara yang melintas didaerah tersebut.
Jalanan khas pegunungan yang cukup terjal dan
berkelok, cukup menguras tenaga dan memacu adrenalin. Konsentrasi full dan
tentunya kondisi kendaraan dan kesehatan yang fit. Bagi anda yang memiliki
kebiasaan “mabuk” perjalanan, ada baiknya menyediakan obat anti mabuk.
Banyaknya tikungan dan jalanan yang turun naik memang menyebabkan “kontraksi” perut
luar biasa. Belum lagi fokus pandangan mata yang tegang karena mengikuti arah
jalan. Beberapa titik jalan juga mengalami penyempitan karena berlubang atau
tergerus derasnya air hujan.
Setelah dua jam perjalanan dari pusat Kota Malang yang
cukup melelahkan, anda akan dipusingkan beberapa pilihan tempat wisata. Ada
Pantai Bajul Mati, Pantai Sendang Biru, Pantai Gua Cina, Pantai Sendiki, Pantai
Gatra, Pantai Tiga Warna, Pantai Gatra, Pantai Clungup, Pantai Batu Bengkung
dan masih banyak lagi pilihan wisata laut disekitarnya. Kebetulan rombongan
kami telah menjatuhkan pilihan ke CMC Tiga Warna. Kami penasaran dengan hingar
bingar didunia maya tentang keindahan Pantai Tiga Warna. Mulai dari ketatnya peraturan
yang harus ditaati oleh pengunjung, hingga medan menuju Pantai Tiga Warna yang katanya
cukup menantang. Pantai Tiga Warna sendiri merupakan wisata bahari yang
menawarkan keindahan bawah lautnya (kata tour guide sih..). Benar saja, kami
hampir tidak percaya, untuk masuk ke area parkir saja harus melewati gang
sempit perkampungan.
Memang CMC Tiga Warna termasuk wisata mangrove dan
pantai yang baru saja diperkenalkan dan dipromosikan. Jalan masih makadam dan
bebatuan, namun hanya sekitar tiga ratus meteran dari jalan utama. Memasuki
parkir wisata, anda dikenakan biaya parkir lima belas ribu rupiah untuk
kendaraan roda empat. Bagi roda dua, anda bisa langsung sampai di Pos Satu. Bagi
pengunjung yang membawa kendaraan roda dua, untuk menjangkau pos satu, anda
masih harus berjalan kaki sekitar satu kilometer. Namun bagi anda yang malas
berjalan kaki, anda bisa menggunakan jasa ojek yang sudah disediakan pengelola
wisata, cukup dengan lima ribu rupiah untuk menuju pos satu. Namun, kami
sarankan, anda berjalan kaki. Selain untuk “olahraga”, anda bisa menikmati keindahan
alam diseputar CMC. Hamparan pohon pisang, berbaur dengan tingginya pohon
kelapa dan rimbunnya daun mangrove membuat mata ini sedap memandang. Udaranya
yang jauh dari polusi ditambah hawanya yang sejuk, membuat raga ini enggan
beranjak. Dengan berjalan kaki kurang lebih tiga puluh menit, anda akan
menjumpai pos satu.
Di pos satu, rombongan langsung diarahkan ke pos
dua untuk proses registrasi. Dipos dua inilah, seluruh calon pengunjung CMC
Tiga Warna satu per satu didata, termasuk barang bawaan. Semua dicek dengan
teliti dan seksama. Barang bawaan yang berpotensi menjadi sampah seperti botol
mineral, rokok, hingga popok bayi didata dan dihitung jumlahnya. Semua direkam dan
dicatat dalam satu form kunjungan. Setiap sampah yang hilang akan dikenai denda
berupa uang seratus ribu rupiah per item atau mengambil sampah yang dimaksud
ketempat pembuangan. Sanksi yang cukup tegas. Memang secara materi tidak begitu
besar, namun yang terpenting adalah menjaga kelestarian dan kelangsungan
ekosistem didalamnya. Aturan main bagi pengunjung juga terpampang jelas disudut
pos dua.
Biaya registrasi per orang dikenakan sepuluh ribu
rupiah. Dan akan dikenakan charge tambahan sebesar seratus ribu apabila anda ke
Pantai Tiga Warna. Tour Guide wajib hukumnya bagi wisatawan yang berkunjung ke
PTW. Penjagaan PTW yang super ketat memang beralasan. Pengelola tidak mau
kecolongan dengan ulah usil pengunjung pantai yang bisa
saja merusak “asset”
PTW. Dari Pos Dua, untuk menuju CMC dan
Pantai Gatra, pengunjung harus berjalan kaki sekitar lima ratus meter untuk
menyentuh bibir pantai. Lagi-lagi, pemandangan alam yang sangat sulit dijumpai
diperkotaan. Hijau daun mangrove terbentang sejauh mata memandang. Ting.......
Bagi anda pengunjung CMC dsk ada tersedia tempat
untuk ber-selfie atau foto bareng rombongan. Tempat nya unik, ditengah hutang
mangrove dan berada ditengah lautan pasir. Clungup Mangrove Conservation. Sore
itu, kebetulan diseputaran CMC sedang surut, sehingga akses menuju Pantai Gatra
tidak begitu susah. Setelah melewati CMC, sekira dua ratus meter, anda akan
disuguhi pemandangan yang tiada duanya, Pantai Gatra. Lautan pasir langsung
tersaji didepan mata. Karakter pasirnya yang sangat halus dan putih bersih khas
dari Pantai Gatra. Beberapa pulau kecil menjadi “tameng” dari gempuran ombak
dipantai lepas yang notabene merupakan bagian dari Samudera Hindia. Karena ombak
yang tidak begitu besar, pengelola wisata menyediakan olahraga air, Perahu Kano.
Bagi anda pecinta olahraga air yang satu ini, tidak ada salahnya mencoba
sensasi ber-kano di laut. So, tunggu apalagi,
Indonesia memang indah J
Komentar
Posting Komentar
Besongol.xyz