Asyiknya #NaikBus

Genangan air masih tampak samar dibawah sorotan lampu jalan. Sesekali suara kodok bersahutan, bernyanyi dengan riangnya. Kabut tipis menyelinap diantara ranting pepohonan disepanjang jalan. Terlihat dari kejauhan sang surya juga masih malu dengan mendung yang masih terus merayu. Cahayanya redup, cenderung sendu. Hawa sejuk sangat terasa pagi itu, maklum, hampir setengah tahun lamanya hujan tak turun. Hujan cukup deras menghujam bumi tanpa ampun semalam Syukurlah, Dia masih memberikan nikmat hujan kepada kita.

Pagi masih gelap, masih menunjukkan pukul 04.30, itu artinya jama'ah sholat Subuh baru saja turun dari masjid. Bangun diawal waktu memang berat, apalagi dihari Senin. Mengawali rutinitas setelah libur selama dua hari, Sabtu dan Minggu. Bagi mayoritas pekerja, hari Senin adalah hari yang paling dibenci sekaligus hari yang paling dinanti. Kalau tidak ada hari Senin, bisa jadi kita tak digaji, karena hari berawal dari Senin s.d Jumat untuk mengais rejeki. So, tidak ada alasan lagi untuk membenci hari Senin!

Berkemas, Berhias dan Bergegas merupakan ritual yang biasa dialami oleh sebagian orang yang bekerja antar kota (jauh dari tempat tinggal) dan memilih menggunakan moda transportasi umum, seperti kereta api atau bus. Karena waktu sangat berharga dengan segala keterbatasannya. Kereta api sudah menjelma menjadi perusahaan angkutan masal yang terintegrasi dan tertib, dengan berbagai terobosan termasuk pembelian tiket secara online. Maklum, angkutan plat merah ini sudah mulai berbenah, mulai dari sisi administrasi, 'birokrasi' (tiket online) serta pelayanan yang semakin maksimal. Jika sudah seperti itu, ibarat ungkapan, "ada kwalitas (pelayanan), ada harga", artinya harga tiket pun akan ikut mahal. 

Berbeda dengan moda transportasi massal seperti bus. Bus dalam sejarahnya, merupakan transportasi primadona pada eranya, sekira tahun 70 an hingga 90 an. Mungkin sebagian dari masyarakat masih ingat dengan istilah bus AKDP dan bus AKAP. Betapa membanjirnya penumpang setiap menjelang maupun pasca lebaran. Di Ibukota Jakarta, sempat booming metromini. Bus dengan kapasitas kurang lebih 30 an orang yang menjadi andalan pekerja untuk menjangkau tempat kerja dengan harga pas dikantong. Namun, semua itu tinggal sejarah. Bus mulai ditinggalkan penggunanya, imbasnya macet dimana-mana. 

Beruntungnya, beberapa perusahaan organda masih tetap eksis ditengah persaingan bisnis transportasi yang semakin ketat. Bukan hanya masalah tarif, pelayanan serta kemudahan menjadi penentu terhadap keberlangsungan bisnis dibidang ini. Memang tidak semua rute bisa dijangkau oleh kereta api, sehingga PO masih bisa mengisi relung pasar yang ada dan bertahan hingga kini. Lihat saja terminal bus pada hari Jumat petang dan Senin pagi, terlihat lebih ramai dibanding hari-hari biasa. Penumpangnya pun bisa ditebak, berjubel!

Tak terkecuali Senin pagi ini. Bus AKAP yang biasa jadwalnya berangkat pagi ada 2 unit, berbeda dengan hari ini, hanya 1! Bisa dibayangkan, dengan tujuan yang sama (tidak telat masuk kerja) dan keterbatasan jumlah armada, penumpang dipaksa untuk saling 'berbagi'. Hampir tidak ada space yang tersisa, sekalipun untuk penumpang yang berdiri. Gerak tidak leluasa ditambah, ketika bus melakukan 'manuver',  bisa dibayangkan seperti apa kondisinya. Akan tetapi kondisi itu justru membuat situasi terkesan hangat, senasib sepenanggungan! Sesekali guyonan terlontar, semakin menambah keakraban diantara sesama 'pelanggan tetap' bus. Bahkan, seperti saudara sendiri. Group WhatsApp dibuat untuk saling memberi informasi antara satu dan yang lain, termasuk anggota yang punya gawe or hajat. Ayo kurangi kemacetan dengan moda transportasi umum. #AyoNaikBus

#Bus #Akap #Akdp #Malang #Purabaya #Bungurasih #Wilangun #Sidoarjo #Porong #Kejapanan #Pandaan #Sukorejo #Arjosari #Transportasi #BusMania 



Komentar

Posting Komentar

Besongol.xyz

Postingan populer dari blog ini

Namanya Abadi, tapi (tak) Dapat Ditinggali

Ranting Pena

[2nd Day] SILO Mentality, Growth or Fixed?