Bersyukur jauh lebih baik!
Sudah tiga hari lamanya hujan tidak turun di Kota Bumi Wali. Padahal jika melihat kalender masuk pertengahan bulan Januari, artinya masih masuk musim penghujan. Merujuk pernyataan BMKG "seharusnya" dalam seminggu kedepan beberapa daerah di wilayah Jawa Timur akan terjadi hujan lebat. Dan....benar saja, ramalan BMKG tidak meleset kali ini, hujan deras disertai petir dan angin!!! Alhamdulillah
Jam masih menunjukkan pukul 17:00, namun langit sudah begitu gelap. Pekatnya awan hitam seolah tak mampu menahan beban butiran air, menggelayut hampir menyentuh permukaan. Angin berhembus cukup kencang, khas dengan "bau" hujan selepas menghujam tanah. Bergegas aku berkemas, berharap sampai dirumah tanpa keramas (karena kehujanan). Dengan langkah seribu, kutempelkan jari, sejurus kemudian ada yang bilang "terimakasih". Artinya absensi ku ter record dengan sempurna, terimakasih kembali mesin checklock!!!hehehehe..
Belum juga ku tunggangi sepeda motor, angin bertiup dengan kencangnya, membawa butiran debu, perih rasanya mata ini (lebay mode on). Dari kejauhan mendung terlihat begitu rapat dan merata, tancap gaspol!!! Doaku pun terkabul, sampai dirumah dengan selamat dan hujan belum turun. Sepanjang jalan ku lihat beberapa mobil yang berpapasan sudah "berkeringat" karena tetesan hujan. Tampaknya hujan sudah mulai turun di kota sebelah. Tinggal menunggu waktu hujan akan turun.
Sepuluh menit berselang, hujan mulai turun dengan lebat. Ku lihat jam dihandphone masih menunjukkan pukul 17:40, itu artinya waktu Maghrib akan tiba. Lirih suara lelaki menjajakan dagangannya, bertarung dengan suara hujan yang cukup kuat. Beberapa tetangga sebelah mulai keluar dari kamarnya. Sepertinya mereka saling kenal, artinya sudah berlangganan. Ku intip dari jendela, ternyata Sang Pedagang adalah bapak-bapak paruh baya.
Hujan bertambah derasnya, kilat semakin menjadi, diiringi angin yang bertiup kencang. Ditaruhnya dagangan dilantai kost, dua keranjang warna hijau yang terlihat mulai usang. Beranekaragam kue kering, roti, keripik dan kerupuk yang dijual. Roti jadi pilihan, pas untuk menemani ketika hujan disandingkan dengan kopi! Ku tanya berapa ini Pak? Ternyata Rp.9.000,-. Ku sodorkan uang sepuluh ribu, dikembalikannya dua ribu, berarti aku kurang seribu dong? Namun bapaknya bilang bawa aja Mas. Aku pun berpikir, berapa keuntungan bapaknya?
Hujan turun semakin deras....
Beberapa saat kemudian ku kembalikan kelebihan uang seribu nya, "buat kembalian kalau ada orang beli lagi pak!" Sejurus kemudian masuklah aku ke kamar. Beberapa menit berselang,ku tengok dari jendela kamar, ternyata bapaknya bertahan persis didepan kamar dibawah jendela. Pintu kamar kost sengaja ku buka agar si bapak bisa berteduh. Beberapa kali kupersilahkan, namun tak berkenan. Ku ambil kursi buat bapak nya. Tiba-tiba, pettt....listrik padam! Otomatis lampu teras kost juga padam, gelap gulita.
Ku nyalakan kompor, rebus air, bikin kopi dua cangkir! Satu cangkir untuk si bapak, lumayan buat teman ngobrol ditengah hujan deras dan listrik padam. "Silahkan kopinya pak" pungkas ku. "Terimakasih mas, maaf merepotkan" tukasnya. Aku pun mulai membuka obrolan dengan bapaknya, "rumahnya dimana pak?" tanyaku. "Rumah saya di Surabaya mas" jawabnya. Klop dengan plat nomor sepeda yang diparkir dan dibiarkan kehujanan.
Mengawali cerita nya, beliau mulai berkeliling berdagang cemilan sejak dua puluh tahun silam! Woooowww bussyyeeet dah....Waktu yang tidak sebentar untuk bisa eksis berdagang sampai sekarang! kost yang ku tempati saat ini, dulunya masih berupa tanah kosong ungkap bapak nya. Kala itu harga tanah dan rumah di daerah Gresik masih terbilang murah katanya. Namun seiring semakin pesatnya perkembangan industri, kawasan perumahan juga menjamur. Sebelum Gresik seramai sekarang "area kerja" jualan cemilan hingga Kecamatan Sidayu!
Pria kelahiran Kabupaten Sragen, Jawa Tengah ini sudah mengembara sejak tahun 90'an. Mulai dari Jambi, Indramayu hingga akhirnya berlabuh di Kota Pahlawan, Surabaya. Salah satu alasan mengapa Kota Surabaya jadi pilihan adalah karena keluarga dan mata pencaharian. Beliau mengungkapkan "jam dinas" dimulai sekitar pukul 15:00, untuk perjalanan ke Gresik dibutuhkan waktu 45 menit sampai satu jam (dari wilayah Kenjeran). Artinya tiba di Kota Gresik pukul 16:00. Hari ini, jam 17:30 sudah turun hujan tanpa jeda dan tidak memungkinkan untuk lanjut menjajakan dagangan, normal nya sampai jam 20:00. Ya, suka duka menjadi wiraswastawan, berdikari untuk mandiri.
Kondisi seperti itu sudah biasa dihadapinya, bahkan harus menerjang banjir pun beliau jalani, demi dapur terus mengepul.
Sesekali dihisapnya batang rokok...
Bapak satu anak ini memiliki putra yang saat ini memasuki kelas VII. Beliau bercerita tentang prestasi anaknya di kejuaraan karate. Berbagai lomba diikuti dan berhasil menyabet gelar juara. Banyak piagam penghargaan telah dikantongi sang anak yang baru berusia 12 tahun. Kisah pilu dan menyesakkan dada adalah ketika beliau ditipu oleh oknum yang tak bertanggung jawab. Bermula ketika sang anak akan menginjak bangku SMP, sang Kakek sakit keras. Akhirnya seseorang menawarkan untuk mengurusi pendaftaran sekolah (karena si Bapak merawat kakeknya). Uang pendaftaran, uang seragam dan uang keperluan sekolah sang anak sudah diberikan ke oknum nakal tersebut. Alih-alih dapat sekolahan, sang Anak hanya bisa melongo melihat teman-teman nya sudah masuk sekolah, sementara dia tidak.
Di-sruput-nya kopi yang mulai dingin....
Dua minggu lamanya sang anak tanpa kepastian mendapatkan sekolah. Si Oknum hanya bisa menjanjikan tanpa ada realisasinya. Tak tinggal diam, beliau pun berusaha mengontak kenalan nya di Diknas, agar putranya bisa melanjutkan sekolah. Masa-masa sulit itu bertambah ketika sang Kakek berpulang. Biaya perawatan nya puluhan juta ditambah uang sekolah ditilap oknum tak bertanggungjawab. Namun, beliau percaya, pasti harta itu akan digantikan dengan kebaikan-kebaikan lainnya.
Menutup perbincangan beliau mengucapkan terimakasih atas jamuan dan tempatnya. Beliau memutuskan untuk menerjang hujan yang tak kunjung redah.
Terimakasih telah menginspirasi dan berbagi kisah. Untuk tetap selalu bersyukur akan pemberian-Nya.
Gresik, 15 Januari 2020
Jam masih menunjukkan pukul 17:00, namun langit sudah begitu gelap. Pekatnya awan hitam seolah tak mampu menahan beban butiran air, menggelayut hampir menyentuh permukaan. Angin berhembus cukup kencang, khas dengan "bau" hujan selepas menghujam tanah. Bergegas aku berkemas, berharap sampai dirumah tanpa keramas (karena kehujanan). Dengan langkah seribu, kutempelkan jari, sejurus kemudian ada yang bilang "terimakasih". Artinya absensi ku ter record dengan sempurna, terimakasih kembali mesin checklock!!!hehehehe..
Belum juga ku tunggangi sepeda motor, angin bertiup dengan kencangnya, membawa butiran debu, perih rasanya mata ini (lebay mode on). Dari kejauhan mendung terlihat begitu rapat dan merata, tancap gaspol!!! Doaku pun terkabul, sampai dirumah dengan selamat dan hujan belum turun. Sepanjang jalan ku lihat beberapa mobil yang berpapasan sudah "berkeringat" karena tetesan hujan. Tampaknya hujan sudah mulai turun di kota sebelah. Tinggal menunggu waktu hujan akan turun.
Sepuluh menit berselang, hujan mulai turun dengan lebat. Ku lihat jam dihandphone masih menunjukkan pukul 17:40, itu artinya waktu Maghrib akan tiba. Lirih suara lelaki menjajakan dagangannya, bertarung dengan suara hujan yang cukup kuat. Beberapa tetangga sebelah mulai keluar dari kamarnya. Sepertinya mereka saling kenal, artinya sudah berlangganan. Ku intip dari jendela, ternyata Sang Pedagang adalah bapak-bapak paruh baya.
Hujan bertambah derasnya, kilat semakin menjadi, diiringi angin yang bertiup kencang. Ditaruhnya dagangan dilantai kost, dua keranjang warna hijau yang terlihat mulai usang. Beranekaragam kue kering, roti, keripik dan kerupuk yang dijual. Roti jadi pilihan, pas untuk menemani ketika hujan disandingkan dengan kopi! Ku tanya berapa ini Pak? Ternyata Rp.9.000,-. Ku sodorkan uang sepuluh ribu, dikembalikannya dua ribu, berarti aku kurang seribu dong? Namun bapaknya bilang bawa aja Mas. Aku pun berpikir, berapa keuntungan bapaknya?
Hujan turun semakin deras....
Beberapa saat kemudian ku kembalikan kelebihan uang seribu nya, "buat kembalian kalau ada orang beli lagi pak!" Sejurus kemudian masuklah aku ke kamar. Beberapa menit berselang,ku tengok dari jendela kamar, ternyata bapaknya bertahan persis didepan kamar dibawah jendela. Pintu kamar kost sengaja ku buka agar si bapak bisa berteduh. Beberapa kali kupersilahkan, namun tak berkenan. Ku ambil kursi buat bapak nya. Tiba-tiba, pettt....listrik padam! Otomatis lampu teras kost juga padam, gelap gulita.
Ku nyalakan kompor, rebus air, bikin kopi dua cangkir! Satu cangkir untuk si bapak, lumayan buat teman ngobrol ditengah hujan deras dan listrik padam. "Silahkan kopinya pak" pungkas ku. "Terimakasih mas, maaf merepotkan" tukasnya. Aku pun mulai membuka obrolan dengan bapaknya, "rumahnya dimana pak?" tanyaku. "Rumah saya di Surabaya mas" jawabnya. Klop dengan plat nomor sepeda yang diparkir dan dibiarkan kehujanan.
Mengawali cerita nya, beliau mulai berkeliling berdagang cemilan sejak dua puluh tahun silam! Woooowww bussyyeeet dah....Waktu yang tidak sebentar untuk bisa eksis berdagang sampai sekarang! kost yang ku tempati saat ini, dulunya masih berupa tanah kosong ungkap bapak nya. Kala itu harga tanah dan rumah di daerah Gresik masih terbilang murah katanya. Namun seiring semakin pesatnya perkembangan industri, kawasan perumahan juga menjamur. Sebelum Gresik seramai sekarang "area kerja" jualan cemilan hingga Kecamatan Sidayu!
Pria kelahiran Kabupaten Sragen, Jawa Tengah ini sudah mengembara sejak tahun 90'an. Mulai dari Jambi, Indramayu hingga akhirnya berlabuh di Kota Pahlawan, Surabaya. Salah satu alasan mengapa Kota Surabaya jadi pilihan adalah karena keluarga dan mata pencaharian. Beliau mengungkapkan "jam dinas" dimulai sekitar pukul 15:00, untuk perjalanan ke Gresik dibutuhkan waktu 45 menit sampai satu jam (dari wilayah Kenjeran). Artinya tiba di Kota Gresik pukul 16:00. Hari ini, jam 17:30 sudah turun hujan tanpa jeda dan tidak memungkinkan untuk lanjut menjajakan dagangan, normal nya sampai jam 20:00. Ya, suka duka menjadi wiraswastawan, berdikari untuk mandiri.
Kondisi seperti itu sudah biasa dihadapinya, bahkan harus menerjang banjir pun beliau jalani, demi dapur terus mengepul.
Sesekali dihisapnya batang rokok...
Bapak satu anak ini memiliki putra yang saat ini memasuki kelas VII. Beliau bercerita tentang prestasi anaknya di kejuaraan karate. Berbagai lomba diikuti dan berhasil menyabet gelar juara. Banyak piagam penghargaan telah dikantongi sang anak yang baru berusia 12 tahun. Kisah pilu dan menyesakkan dada adalah ketika beliau ditipu oleh oknum yang tak bertanggung jawab. Bermula ketika sang anak akan menginjak bangku SMP, sang Kakek sakit keras. Akhirnya seseorang menawarkan untuk mengurusi pendaftaran sekolah (karena si Bapak merawat kakeknya). Uang pendaftaran, uang seragam dan uang keperluan sekolah sang anak sudah diberikan ke oknum nakal tersebut. Alih-alih dapat sekolahan, sang Anak hanya bisa melongo melihat teman-teman nya sudah masuk sekolah, sementara dia tidak.
Di-sruput-nya kopi yang mulai dingin....
Dua minggu lamanya sang anak tanpa kepastian mendapatkan sekolah. Si Oknum hanya bisa menjanjikan tanpa ada realisasinya. Tak tinggal diam, beliau pun berusaha mengontak kenalan nya di Diknas, agar putranya bisa melanjutkan sekolah. Masa-masa sulit itu bertambah ketika sang Kakek berpulang. Biaya perawatan nya puluhan juta ditambah uang sekolah ditilap oknum tak bertanggungjawab. Namun, beliau percaya, pasti harta itu akan digantikan dengan kebaikan-kebaikan lainnya.
Menutup perbincangan beliau mengucapkan terimakasih atas jamuan dan tempatnya. Beliau memutuskan untuk menerjang hujan yang tak kunjung redah.
Terimakasih telah menginspirasi dan berbagi kisah. Untuk tetap selalu bersyukur akan pemberian-Nya.
Gresik, 15 Januari 2020
Komentar
Posting Komentar
Besongol.xyz