Sore yang Cerah di Jakarta
Setelah seharian beberes rumah "petak" yang hampir setahun menemani aktivitas di perantauan, sejenak bersandar untuk sekedar "ngeluk geger" (istirahat) dan mengeringkan peluh dijidat, tiba-tiba terdengar suara gitar kentrung (bukan DJ Kentrunk lho ya!) atau biasa dibilang "cok" alias ukulele . Sebangsa gitar yang jumlah senarnya hanya ada tiga dan cara mainnya beda dengan gitar pada umumnya.
Alunannya cukup nyaring beriring dengan suara abang pengamen. "Permisi ya kak numpang ngamen, boleh gak Kak berbagi rejeki untuk anak dan istri yang butuh makan dirumah? Semoga kakak dan keluarga dijauhkan dari wabah penyakit corona yang sedang melanda negeri ini, semoga wabah ini segera berlalu dari Indonesia, aamiin", begitulah sepenggal kata yang terucap dari si Abang.
Ya, hampir setahun melang-lang buana di Jakarta, setiap ada pengamen yang "mengais rejeki" dari pintu ke pintu, dari rumah ke rumah untuk sekadar mengejar uang receh dan mencari berkah, kata-katanya selalu diawali permisi! Mereka cukup sopan dan sadar betul dengan kondisi dan keadaan "tuan rumah" yang tak selalu sama. Ada semacam permohonan maaf diawal yang membuat pemilik rumah segan dan iba kepada si Abang. Bahkan tak jarang yang "uluk" salam.
Kebiasaan para abang pengamen ini "menggugurkan" prasangka saya tentang Kota Jakarta, yang katanya KerAs dan GaNas.
1. KerAs/ Kerja (jangan) Asal
Sebagai kota terbesar di Indonesia dan menjadi pusat pemerintahan negara, Jakarta juga menjadi pusat bisnis. Tak urung banyak masyarakat yang berbondong-bondong mencari peruntungan di Ibukota. Dari modal skill yang mumpuni hingga modal dengkul! Berbagai profesi sangat mudah dijumpai disini, mulai dari pejabat, pekerja seni/ artis, pekerja kantoran, hingga pekerja kasar di pusat perbelanjaan. Sudah menjadi doktrin hingga saat ini, bahwa Jakarta hanya kota "singgah" untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah! Di kota ini, tidak ada istilah kerja asal-asalan alias KerAs. Kreativitas dan all out adalah kunci!
Sekelas pekerja seni seperti pengamen (yang beberapa kali saya temui) gang sempit perkotaan cukup menghibur. Dari tampilan nyentrik yang menarik, hingga suara cetar membuat enak ditelinga pendengar. Adab dan sopan santun di Jakarta ternyata masih ada. Uluk salam dan kata permisi memang menjadi kebiasaan para seniman perkampungan ditengah perkotaan. Tak lupa do'a dan harapan untuk sang empunya rumah.
2. GaNas
Jakarta dibanyak pemikiran orang terkenal GaNas! Stereotip ini cukup melekat ditengah masyarakat, namun perlahan tapi pasti, pemerataan ekonomi di era otonomi daerah sedikit demi sedikit terkikis. Hal ini tak lepas dari massif nya pembangunan infrastruktur terintegrasi di seluruh pelosok negeri. Terbaru, di Pulau Jawa telah terhubung jalan toll dari Merak hingga Probolinggo! Toll trans Jawa ini merupakan asset berharga untuk mendukung konektivitas antar daerah.
Hadirnya toll Trans Jawa diharapkan mampu mengangkat perekonomian daerah. Distribusi barang juga bisa lebih cepat dan tepat waktu. Toll sepanjang 1000 km an ini diklaim mampu memangkas waktu perjalanan hingga lima hingga enam jam! Perjalanan darat menggunakan mobil sebelumnya membutuhkan waktu kurang lebih 18 jam, dari Surabaya ke Jakarta atau sebaliknya, kini hanya memakan waktu kurang lebih 12 hingga 13 jam!
Jika dikatakan Jakarta itu GaNas memang benar adanya. Bisa jadi akronim dari Gambir moNas! Dua asset nasional yang letaknya berdampingan. Letaknya pun tak jauh dari Masjid Kemerdekaan atau Istiqlal. Bisa jadi ada keterkaitan antara Istiqlal, MoNas dan Gambir. Masjid Istiqlal adalah tempat memohon doa untuk kemerdekaan bangsa Indonesia selamanya, Monumen Nasional merupakan simbol kemerdekaan dan Gambir adalah stasiun tempat pemberhentian dan keberangkatan para "pahlawan" keluarga 😂
#Jakarta #JakartaSelatan #DKIJakarta #Indonesia #Monas #Gambir #Istiqlal #WonderfulIndonesia #Besongol
Komentar
Posting Komentar
Besongol.xyz