Ada Sesuatu di Jogja!

"terbawa lagi langkahku kesana, mantra apa entah yang istimewa, kupercaya selalu ada sesuatu di Jogja...."

Mau berapa kali pun berkunjung ke Jogja, tetep aja kalian akan ketagihan! Jogja memang tak membosankan, Jogja memang indah, Jogja memang bener kata orang Jawa, "Jujugan Siapa Saja", ya untuk berwisata, ya untuk bersekolah! Daerah Istimewa yang terletak ditengah pulau Jawa bersanding dengan Kota Semarang di sebelah utara. 

Berkesempatan mengunjungi Kota Jogjakarta awal April 2021 sungguh sebuah keberuntungan dan penuh perjuangan!

Bermula dari "gojegan" (red: guyonan) teman kantor seusai pindah "markas" pada awal Maret 2021, keinginan kami untuk melepas penat dengan rutinitas padat di Ibukota Jakarta ke Jogja akhirnya terwujud! Ya, tanpa rencana panjang akhirnya bualan itu jadi kenyataan 😅

Si A sanggup untuk bayar uang bensin, Si B siap untuk biaya penginapan dan armadanya, Si C bersepakat menanggung biaya toll dan Si D berbekal usia muda serta pengalaman malang melintang dijalan menawarkan diri sebagai drivernya 😌

Rupanya rencana kami yang awalnya hanya isapan jempol belaka disambut cukup antusias oleh dua punggawa lainnya. Gayung pun bersambut, awalnya berempat, sekarang berenam! Lumayanlah buat meringankan beban kami berempat 😁

Pemantapan dan pematangan selama di Jogja kami persiapkan secara detail dan tertata rapi, jangan sampai ada wasting time selama berada disana. Team kecil kami pun mengadakan rapat daring membahas budget dan penginapan! Rasa capek pun berubah menjadi semangat, ibarat baterai HP, daya yang awalnya 1% langsung lompat ke full charging, setelah mendengar Malioboro, Tebing Breksi, Candi Ratu Boko, Prambanan, Gumuk Pasir dan lain sebagainya!

Raga ini pun seolah sudah berada disana, di Jogja! Maklum, ditengah situasi pandemi, otomatis rutinitas kami berkutat pada kegiatan yang monoton dan berulang 😢

"Aku tresno karo kowe, nanging aku iso opo, ngerteni kowe uwes nyanding uwong liyo..."

Sekilas terngiang lagu wajib yang biasa kami putar dikantor dibawakan Trisuaka dan Nabilla, duet settingan yang romantis itu! Yang kini cukup digandrungi milenial, bukan hanya karena pembawaan lagu serta suaranya yang merdu, namun kisah dibalik asmara mereka, saat itu pula raga ini serasa di Pendopo Lawas!😂

Rapat kecil pun memutuskan besarnya tarif ketengan yang kita tanggung berenam. Terhitung H-14 kami memulai hunting penginapan. Ditahap ini diskusi kami mulai "alot", maklum banyak hal teknis yang kita pikirkan. Mulai dari sisi letaknya, harganya, kenyamanannya, hingga hal sepele, free smoking atau tidak, maklum ketiga makhluk dalam rombongan kami adalah ahli hisap, meskipun mereka bukan nyamuk!🤣

Kami mencoba kontak satu per satu penginapan yang masuk dalam range budget kami. Pilihan pertama jatuh pada penginapan nuansa cottage, fasilitas kolam renang! Dari promo yang kami dapat di websitenya, kesan pertama good looking, private dan cukup bersih. Review dan rating nya juga lumayan bagus. Kami pun bergegas telepon ke nomor yang tercantum pada website untuk mengetahui detail rumah yang disewakan.

Hal yang pertama kami tanyakan adalah jumlah kamar, apakah bisa menampung rombongan kami yang jumlahnya enam orang? Kedua, jangkauan dari penginapan ketempat wisata disekitarnya, dan ketiga, fasilitas yang kami dapatkan selama bermalam disana.

Pada penginapan pertama secara keseluruhan jawaban atas pertanyaan yang kami ajukan cukup memenuhi kriteria ✅, namun satu hal yang membuat ragu ketika kami meminta bukti foto interior penginapan, sebut saja Pak De. Beliau berkilah bahwa sedang diluar kota sehingga tidak bisa share foto terbaru. Kedua, ketika kami tanya besaran down payment tidak ada angka pasti, misalkan 10 persen dari total harga sewa, sehingga penilaian kami pengelolaan penginapan kurang profesional! Ketiga, website yang kami akses ternyata berbahasa Belanda 🤔, Keempat, kami mencoba stalking di IG dan Facebook untuk memastikan keabsahan status penginapan ini, jangan sampai bayar DP kemudian uang melayang! Jiwa konservatif kami bergejolak...😉

Sambil menunggu kepastian, kami mencoba kembali browsing penginapan lainnya sebagai pembanding. Hingga kami temukan satu penginapan di Sleman, Jogja. Dari deskripsinya cukup menarik, dekat dengan berbagai kawasan wisata di Jogja, diantaranya HeHa Sky View, Bukit Bintang, Pinus Pengger, Hutan Pinus Mangunan dan yang tak kalah cetar, Malioboro!

Bergegas kami kontak nomor telpon yang tercantum, dan benar saja respon si empunya cukup cekatan dan profesional. Lokasi penginapan kami berada ditengah perumahan yang cukup "mewah", mini cluster dengan sistem one gate! DP tiga puluh persen dan langsung cetak invoice! Plong lah hati kami berenam. Proses dealnya pun terbilang cukup cepat, karena kami yakin penginapan ini bukan kaleng-kaleng, FHStay, Laguna Spring Jogja!

Sesaat setelah kami deal dengan FHStay, Pak Dhe menghubungi kami kembali dengan mengirimkan beberapa foto tampilan interior penginapan yang awal kami survey (meskipun secara online he.he.he.). Dengan nada halus kami menolak tawaran yang sempat beliau sampaikan, cukup telat bagi kami untuk mendapatkan informasi dari beliau, sementara keinginan kami untuk segera goes to Jogja tengah membuncah! 😎

Step berikutnya otak atik destinasi wisata!

"Sopo sing kuat nandang kahanan, sopo sing ora kroso kelangan, ditinggal pas sayang sayange, pas lagi jeru-jerune, kowe milih dalan liyane....."

Yeeaaaayyyy.....! Bersorak dalam hati sebentar lagi kami ke Jogja!!! Rasa kangen ingin kembali ke Jogja bagi sebagian orang kerap melanda, "daya magis" nya selalu melekat dalam relung jiwa, meronta dan ingin selalu disana, Jogjakarta.

Penentuan rute wisata kali ini dipandu langsung oleh rekan kami yang kece, menjomblo cukup lama dan selalu optimis dalam menghadapi setiap tantangan hidup, termasuk percintaan, sebut saja Don #+_('/_(#!🤣

Pria kelahiran Solo Raya ini pembawaannya khas cah solo kebanyakan. Secara postur dan tampang tak usah diragukan, bahkan modal untuk menjadi  "Don Juan" cukup terbuka, dan beruntungnya dia seorang alim yang InshaAllah taat pada agama dan kedua orang tua (idaman wanita dan mertua dah pokoknya 😎), masa mudanya yang hoby nge-trip membuat dia cukup hafal titik wisata diseputaran Jogja. "Driver" yang sangat kami andalkan!

Rencana berangkat pada hari Kamis malam dan berakhir dihari Minggu, kami mencoba menyusun run down acara menjadi 3 hari selama di Jogja. Ide ini bermula dari teman kami Si Bem. Pria kelahiran Jakarta, blasteran emak Solo Raya dan bapaknya Pekalongan, sekaligus penyedia armada dan penyokong dana terbesar! Investor muda yang cukup lama menggeluti dunia pasar modal dan cukup sukses. Never ending improvement, merupakan kata motivasi yang selalu kami ingat darinya. Membaca adalah passion bagi dia!

Layaknya jasa travel profesional, kami persiapkan semua dengan "sesempurna" mungkin! 

Penentuan jujugan wisata Jogjakarta ✓

Penginapan telah kami eksekusi DP nya, itu artinya peluang goes to Jogja fifty-fifty, sampai tahap itupun kami cukup lega, karena satu kaki kita sudah disana 😅. Finalisasi destinasi wisata ternyata tak semudah yang dibayangkan, pertimbangan jarak dan durasi di objek wisata sangat diperhitungkan oleh Si Bem, Sang Perfeksionis😎, dia terlibat pembicaraan serius dengan Si Donn (calon driver sekaligus pemandu wisata kami selama berada di Jogja 😉). Ada debat kecil diantara mereka berdua, saling beradu argumentasi dan mempertahankan pendapat masing-masing, jiwa muda mereka saling silang 😌, ditunjuklah kami berdua sebagai "dewan penasehat" dalam trip kali ini. Tugas kami hanya sebagai penengah diantara Si Bem dan Si Donn, ketika diskusi mereka dead lock. Saking banyaknya referensi destinasi wisata di Jogja, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Beberapa list objek wisata yang masuk radar wisata kami diantaranya:

*Gunung Kidul- Bantul (05.00-21.00) - hari ke-1

1. Omah Mertuo (Start setelah sholat Subuh)

2. Pinus Pengger (05.00-08.30)

3. Puncak Becici (08.30-10.30)

4. Candi Ratu Boko (11.00-13.00)

5. Pantai Siung (13.00-16.00)

6. Pantai Indrayanti (16.00-18.00)

7. Heha Sky view (18.30-20.45)

8. Pengger (20.30-21.30)

9. Penginapan (22.00) 

*Sleman-Yogya (09.00-23.00) - hari ke-2 

1. Mangunan (04.00-7.00)

2. Tebing Breksi (08.00-09.30)

3. Wisata Agro Merapi (10.15-13.00)

4. Tamansari (14.00-15.00)

5. Warungboto (15.15-16.00)

6. Malioboro (16.15-23.00) 

* Hari ke-3 (08.30-12.00)

1. Oleh-oleh (09.30-12.30)

2. Candi Prambanan (12.50-14.00)

3. Back to Jakarta (14.30-23.00)

Tentunya list diatas masih sangat mungkin diotak-atik lagi, karena satu Srikandi belum mengutarakan usulan destinasi "unggulan" versi mereka. Ya, secara calon emak-emak memang lebih kritis dan diimbangi pengetahuan serta pengalaman mereka berselancar di dunia maya, Instagram. Closing rapat kecil di markas diakhiri dengan jumpa suara dengan salah satu Srikandi kami, panggil dia, Ann. Wanita sholehah blasteran emak Betawi-Bokap Batak (tapi Njawani), karena tak se sangar bapaknya 😎. Cewek pekerja keras dan baik hati serta tidak sombong ini tergolong humble, suka cuap-cuap, dan tak kalah penting, demen guyon! Jomblo belum beranak ini (gadis cuuyyy 🤣) cukup tertarik belajar bahasa Jawa, obsesi nya bisa dapet calon pendamping hidup orang jawa alias Wong Jowo, bisa bayangin gak nasab keturunannya jadi seperti apa? Betawi-Batak-Jawa!😁 Kalau dia berdawuh ujung-ujungnya ambyar Bro, petjah!wkwkwk

Karakter yang cukup berbanding terbalik dengan si Donn. Niat kami hanya ngecengin si Donn dan si Ann malam itu, apalagi momen juga pas malming. Masa lalu asmara keduanya tak jauh beda, ditinggal pas sayang-sayangnya 😢 nyesek gak guys?";&(&/#!#;"(

Waktu mencintai yang cukup singkat, namun beratnya untuk melupakan bertingkat-tingkat! Namun apapun itu keputusan-Nya pasti yang terbaik, ibarat berkendara sesekali nengok spion itu baik untuk belajar dan instropeksi dari masa lalu, terus melaju menatap masa depan tentu sebuah kewajiban!

Oia, untuk memudahkan kami berkomunikasi dan koordinasi kami berenam release grup WhatsApp "Jadiin Skuy..". Entah mengapa grup nya pakai nama itu, mungkin setelah ini empat sekawan kami yang jomblo dijadikan jodoh satu sama lain (aamiin...😇). Ya sudah, sebagai dewan penasehat saya hanya bisa meng-iya-kan kemauan mereka 🤗

Kami coba lempar percakapan dengan harapan  dua Srikandi merespons, dan benar saja, tuing...sebuah chat masuk ke grup! sudah bisa kami tebak, Si Ann yang akan merespon WA grup, quick respon nya luar biasa ha.ha.ha. Percakapan basa basi terlontar diantara kami, mulai dari pertanyaan kok belum tidur? Lagi malming? Atau lagi main game online? Kita telpon malem-malem ganggu gak? Jangan-jangan lagi merenung tentang masa lalu yang tak layak untuk dikenang (khas muda mudi yang sedang mencari tulang rusuk yang hilang 😅). Ujungnya kami telepon si Ann untuk membahas hasil diskusi kami berempat tentang destinasi wisata yang akan kami kunjungi di Jogja. Meskipun kami mencoba untuk serius dan fokus pada tema pembicaraan, tetap saja sesekali kami membahas hal lainnya, tak jauh dari kisah hidup dunia remaja (meskipun secara usia tidak lagi remaja 😅, usia matang lebih tepatnya 😂). 

Setiap orang memang punya cerita masa lalu, meskipun tak jarang menjumpai masalah yang sama, namun cara menyikapinya berbeda, tentu akan mempengaruhi hasil akhirnya. Hmmmm...

Percakapan kami ternyata tak sesingkat rencana, ternyata si Ann sudah beberapa kali mengunjungi Kota Keraton itu. Dia banyak memberikan masukan tentang destinasi wisata yang telah kami bahas. Diskusi yang cukup hangat waktu itu membuat hati ini terketuk dan "nyeletuk" semoga kalian (si Ann dan si Don) berjodoh! Kriteria seperti apalagi yang kalian cari? Iman sudah, pekerjaan sudah, baik juga InshaAllah sudah, usia juga sudah lebih dari cukup, sudah waktunya ke jenjang berikutnya! Tak perlu lama, tak perlu menunda, karena menikah adalah ibadah terindah, gumamku dalam hati! 🤗 Jarum jam menunjukkan pukul 00.30, kami pun menyudahi percakapan dini hari itu.

Si Bem yang masih tak puas dengan rembugan kami semalam, berinisiatif mengadakan pertemuan lanjutan! Akhirnya disepakati kita tatap muka dihari Senin selepas jam kantor di M-Bloc cafe. Dua penasihat, satu srikandi, dan dua "pemuda" matang pun hadir 😂. Satu srikandi kami berhalangan hadir karena ada keperluan mendesak. Cafe nya cukup lumayan untuk nongkrong meskipun letaknya persis dipinggir jalan. Cafe yang pas untuk generasi Gen Y alias millenial. Protokol kesehatan juga cukup ketat disini. Setiap pengunjung diwajibkan registrasi, dicek suhu tubuh, cuci tangan sebelum memasuki area kafe dan tentunya mengenakan masker! Meja kursi pun ditata social distancing alias jaga jarak. Sepintas konsep kafe outdoor nya mirip di Pendopo Lawas Jogja, dengan lampu neon kuningnya. Temaram cahayanya menambah suasana syahdu 🤗

Adzan Maghrib segera berkumandang, bergegas kami memesan makanan, seperti biasa Boss Bem penyandang dana tunggal meet up kami sore itu 😁 (Semoga rejekinya barokah dan segera menemukan pendamping yang sholehah..aamiin..) Sembari menikmati makanan, sesekali kami membahas objek wisata yang bakal kami kunjungi. Sore itu pembicaraan kami begitu serius, membahas satu per satu tempat wisata dengan deskripsi masing-masing tujuan, jarak dan waktu tempuh dari penginapan. Seolah tak ingin satu pun destinasi wisata terlewatkan ketika benar-benar jalan 😅 Berencana memang tugas manusia, namun Tuhan jualah sebaik-baik pengambil keputusan. Finalisasi ini memang tak jauh berbeda dengan hasil pembicaraan kami malam itu. Beberapa objek wisata kami skip dengan pertimbangan durasi waktu yang tidak memungkinkan. 

Advice kami sebagai dewan penasihat, sekali lagi menekankan bahwa travelling kita ini untuk refreshing dan menjalin silaturahmi, jadi tidak perlu terburu-buru mengejar waktu, santuy and enjoy the trip!

Omah Morotuo (Rumah "mertua")

Tak perlu googling atau browsing tentang tujuan wisata Omah Morotuo guysss, yang ada hanya kekecewaan nantinya! (Spontanitas kami untuk mereka berempat yang lagi jomblo-jomblonya)🤣  Entah sekadar guyon atau ini sebuah "petunjuk alam", kami berkesempatan singgah dirumah Si Donn. Terletak disebuah desa seputaran Boyolali, suasananya masih cukup asri. Sepanjang jalan dikanan dan kiri masih cukup mudah dijumpai pepohonan lengkap dengan sawah serta sungai. Bisa dibilang, rumah si Donn ini dikawasan perbukitan. Pohon jati tersebar didepan dan dibelakang rumahnya. Mengingatkan kondisi desa kelahiranku puluhan tahun yang lalu 😢

Hawa pagi itu terasa sangat sejuk, jauh dari polusi dan hiruk pikuk serta bising suara mesin kendaraan. Perjalanan dari Jakarta cukup menguras tenaga, 8 jam lamanya perjalanan yang kami tempuh. Keluar gerbang tol Colomadu sekitar pukul 05:00 WIB, dan tiba di rumah si Donn sekira jam 05:30. Namun, semua terbayar dengan suasana desa yang ditawarkan. Niat kami mampir ke rumah si Donn, hanya untuk "numpang" mandi, nyatanya kami "ditodong" makanan khas daerah, Puli Kecer! Belum lagi cemilan tahu baso yang enak itu 🤤 Ditambah menu urap-urap dan lapis daging. 

Lahap kami menyantap hidangan pagi itu. Ternyata si Donn jauh hari sudah calling bapak dan emaknya, pantas saja semuanya sudah disiapkan! Sambil nonton TV, satu dua tiga biji tahu baso kami santap. Sembari berceritera perjalanan kami semalam. Oia, sambutan keluarga si Donn cukup hangat, apalagi beserta rombongan dua Srikandi. Kedatangan kami disambut oleh Bapak dan kakaknya si Donn. Sembari kemudian mempersilahkan kami untuk masuk ke rumah. Bergegas kami menurunkan barang bawaan kami yang ada di mobil. Set..set..wet..wet.. dalam hitungan menit barang sudah kami kondisikan.

Jebul tresno mu cetek koyo kali kang kebak padas, ringkih koyo kayu gapuk, garing koyo jati aking...

Sejenak kami ngobrol dengan si Bapak, sejurus kemudian rasa kantuk ini tiba 😅 Secangkir kopi yang disuguhkan tak mampu membendung rasa kantuk yang membuncah 😂 Tetiba Ibu si Donn datang sambil menenteng buah duku 🤣 Kami berempat pun bersalaman, keberadaan dua Srikandi pun ditanyakan sang Ibu, kebetulan dua Srikandi sedang bersantai dikamar. Coba pas Ibu si Donn datang, dan si Ann masih ngobrol sama kami berempat, pasti akan kami "promosikan" untuk si Donn 😁

Rasa campur aduk capek, payah, kantuk menjadi adonan yang pas untuk sekedar leyeh-leyeh dan kemudian tertidur. Jam menunjukkan pukul 10:00 WIB, artinya jadwal yang kami susun untuk hari pertama, GAGAL! Bertepatan hari Jum'at, segera saja kami bersiap untuk sholat Jum'at berjamaah. Rumah si Donn benar-benar strategis, dibelakang rumahnya persis adalah masjid. Masjid sederhana yang terletak ditengah-tengah rerimbunan pohon jati. Tak perlu AC pun, ruangannya cukup sejuk. Tak setetes pun keringat ini keluar! Bentuk masjidnya pun berupa bangunan joglo, ditambah kubah persis ditengah atapnya. Sisi luar masjid hanya berpagar bambu, meneduhkan 🤗

Jika yang sederhana mampu membuatmu bahagia, mengapa kau bersusah payah mengejar dia yang banyak bertingkah dan bermewah-mewah?

Selepas sholat Jum'at, kami melanjutkan ngopi dan nge-teh sisa pagi tadi. Suasana pedesaan yang membuat kami enggan beranjak, ngomong ngalor ngidul tentang masa kecil hingga remaja. Kicau burung saling bersahutan dari pagi hingga tengah hari, belum lagi kupu-kupu berwarna warni ke sana kemari saling cumbu. Mata ini cukup terhibur hari itu. Hamparan sawah juga masih sedap dipandang, sedikit berkabut. Ya Rabb, sungguh luar biasa nikmat-Mu. 

Halaman rumah si Donn cukup luas. Tanaman hias tertata rapi dan terawat. Dari pohon nangka hingga mangga juga ada. Yang cukup menarik perhatian, anggreknya! Bunganya keunguan begitu anggun, terangkai indah dibatangnya. Tampak embun masih menghiasi daun dan beberapa helai bunganya, sepertinya semalam cuaca cukup dingin. Syahdu 🙂

Tak terasa hampir satu jam lamanya kami bercengkerama, jam sudah menunjukkan pukul 13:00, artinya kami harus bersiap meluncur ke kota tujuan kami, Jogja! Kami pun segera berkemas. Sembari 'loading', kami ngobrol tempat wisata pertama yang akan dikunjungi, mengingat run down acara yang kita susun meleset!😂 Si Donn usul kita akan ke Candi Ratu Boko!🤗

Proses loading pun usai, itu artinya kami harus berpamitan ke tuan rumah, ya Bapak dan Ibunya si Donn, yang sudah menyambut kami dengan sangat baik. Inilah waktu yang saya nantikan sebagai dewan penasihat 🤣. Secara si Donn yang hampir memasuki usia kepala tiga, namun belum juga menemukan tulang rusuknya! 😂

Saya pun bergegas mengambil alih situasi kala itu. Membuka pembicaraan, saya memperkenalkan satu persatu rombongan yang sowan kesitu. Dari saya, dewan penasihat satu (DP1) dan penasihat dua (DP2) yang sudah berkeluarga. Berasal dari Jawa Timur, berikut dengan putra dan putrinya. Sedangkan 'dua pasangan' lainnya, sedang mencari tambatan hatinya. Si Donn yang saat itu sedang memarkirkan mobil tak tahu menahu hal ikhwal pembicaraan kami, apalagi dua Srikandi yang tak paham bahasa Jawa 😂. Rupanya bapak dan emaknya si Donn berharap sang anak segera mengakhiri masa lajangnya 😅, meskipun tak diungkapkan secara langsung, namun tersirat dari ucapan beliau, "Memang anak muda perlu dikawal, Mas. Apalagi jalan-jalannya jauh dan bermalam". 

Sinyal yang cukup kuat, bahwa apapun bisa terjadi termasuk berjodoh dengan teman kerja..

Kami pun pamit undur diri untuk melanjutkan perjalanan. Tak lupa ucapan ribuan terimakasih atas jamuan dan sambutan yang cukup hangat Bapak dan Ibu si Donn. Oia, cemilan yang disuguhkan pagi itu dibungkus untuk bekal perjalanan oleh Ibu. Dari keripik pisang, duku hingga tahu baso yang masih panas 😁

Cerita hari itu cukup sempurna terekam dalam foto. Dari awal menginjakkan kaki, hingga angkat kaki dari Boyolali! Terimakasih sudah menjadi tempat singgah perjalanan kami! Kapan-kapan bolehlah kita bersua lagi diacara bahagia, resepsi si Donn dan si Ann 😅 (menghayal mode on), but doa terbaik buat kalian berdua 😇

Merangkai sesuatu yang terlanjur terserak memang tak semudah yang dibayangkan, termasuk hati..

Tepat pukul 13:10 kami "check out" dari Omah Morotuo.

Masih saja topik yang kami bicarakan, godain si Donn dan Ann. Tentang kesan selama hampir setengah hari di Omah Morotuo. Ann begitu menikmati suasana dan hidangan yang disuguhkan, maklum baru kali ini dia beristirahat di rumah "orang asing". Mencoba membaur dengan keluarga si Donn ketika kami melaksanakan sholat Jum'at. Entah apa yang mereka bicarakan selama kami di masjid. Ann begitu tertarik dengan kesahajaan keluarga Donn, maklum Wong Solo Raya 😅. Perlakuan keluarga yang menurutnya istimewa membuat ia enggan bertolak ke Jogja. Dari ceritanya, dia seperti merekam dengan detail setiap sudut Omah Morotuo. Bisa jadi dia punya mimpi suatu saat dia bisa tinggal disana bersama Donn, ahay...Bukan hanya dengan Ibu si Donn dia banyak ngobrol, bahkan sama mbak ipar dan keponakan tak luput dari keramahannya. Kalau orang Jawa bilang si Ann itu blater

Guyonan selama perjalanan membuat tak terasa tiba-tiba kami sampai ditujuan. Kurang lebih dua jam perjalanan kami sampai di lokasi wisata pertama, Candi Ratu Boko! Terletak di atas perbukitan Boko dengan ketinggian 196 MDPL dan memiliki luas 161 meter persegi candi ini bercorak Hindu Budha. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke tujuh sampai dengan abad ke sembilan masehi. Pada situs candi ini ditemukan beberapa prasasti diantaranya Prasasti Ratu Boko A, B, dan C berangka 856 M, semua mengandung keterangan tentang pendirian Lingga, yang terdiri dari Lingga Krtivaso, Lingga Tryambaka, dan Lingga Hara. Ditemukan juga Prasasti Pereng yang berangka 862 M yang berisi tentang informasi pendirian bangunan suci untuk Dewa Siwa yaitu Candi Badraloka. Yang menarik pada situs ini juga didapati peninggalan benda bersejarah lainnya berupa Arca Durga, Arca Ganesa, Yoni, Miniatur Candi dan Prasasti dari lempengan emas. 

Menariknya lagi, letaknya yang berada diketinggian membuat pengunjung cukup mudah melihat Candi Prambanan dengan mata telanjang, cukup megah! Luasnya kompleks Candi Ratu Boko ini membuat kaki agak pegel 😅, jadi tidak semua sudut kami eksplor. Candi ini terawat cukup baik, terlihat dari tak satupun sampah berserak. Hijau rumput terhampar begitu luas, ditambah cerahnya siang itu membuat mata ini enggan beranjak dari sini. Angin berhembus cukup kencang membawa kesejukan, udara yang cukup segar dibanding Ibukota 😂 Buat kalian raja dan ratu selfie tak usah risau dan gundah gulana akan spot foto. Ada banyak spot foto disini, bahkan dari pintu masuk juga sudah tersedia. Ada persewaan baju adat, buat kalian yang ingin ber swa foto bersama keluarga. Ada iringan musik tradisional nya juga lho bro and sist! Live pula 😁 Cukup seikhlasnya bunga sosial anda, bisa request lagu-lagu tembang Jawa untuk Sobat Ambyar 🤣 Nenek moyang kita ternyata memiliki warisan budaya yang mengagumkan, sayang jika tidak kita jaga dan rawat dengan baik, untuk anak cucu kita!

Puas bermain di Candi Ratu Boko, kami pun berangkat ke lokasi berikutnya, tak jauh dari situ, Tebing Breksi! Lama perjalanan kurang lebih 20 menit. Wisata tebing kekinian yang bikin kami penasaran, karena konon katanya ada siluman naga nya, bro! Sesaat kemudian kami sampai di Tebing Breksi. Pengunjung cukup ramai saat itu, penerapan prokes juga cukup ketat, mengingat negeri ini sedang dilanda pandemi. Setiap wisatawan diwajibkan cuci tangan terlebih dahulu sebelum masuk kawasan wisata. Rasa penasaran itu tiba-tiba sirna begitu melihat Tebing Breksi. Dilihat dari bentuknya sepertinya tempat ini dulunya adalah lokasi penambangan pasir, karena terdapat lubang yang saat ini dimanfaatkan untuk kolam ikan. 

Akses ke puncak tebing cukup curam, meskipun sudah ada jalan setapak dan tangga disekitarnya. Tebing Breksi menawarkan pemandangan alam dari ketinggian serta spot foto dengan background yang variatif dan tentunya kreatif. Setiap spot foto tak dipasang harga alias seikhlasnya! Kata Mas-nya sih untuk pemeliharaan properti. Ada paket wisata tour Jeep ke Candi Ijo disini. Jeep modifikasi merk Taft dan Jimny dicat berwarna warni ditambah aksesoris membuat terlihat gagah dan garang. Anda juga bisa selfie dengan Burung Hantu alias owl. Tak usah takut ber-swa foto dengan si Owl, karena sudah ada pawangnya 😅 Anda juga bisa mejeng dan selfie diatas jembatan kolam ikan. Jika belum puas dan ingin lebih dekat dengan si Ikan, beli saja pelet pakan ikannya, dijamin seneng tuh si Ikan 😂 (asal jangan dibawa pulang dan digoreng, saya juga mau 🤣). 

Pada dinding Tebing Breksi ini juga terdapat relief tokoh pewayangan dan juga ada pahatan berbentuk 'Siluman Naga' 😨 Patung ini lah yang sering dipakai wisatawan untuk selfie bersama. Cukup beralasan jika patung naga ini laris untuk swa foto, ukurannya yang cukup besar bisa untuk berfoto rame-rame 😅. Kreativitas warga sekitar patut diacungi jempol, bekas galian tambang itu kini menjadi jujugan wisata. Wisata lancar, rejeki bancar!!! (Red: mengalir)

Tak terasa Adzan Maghrib berkumandang, si Donn berinisiatif telepon ke penginapan, FHStay, bahwa kami akan segera check in. Sambil menunggu adzan selesai berkumandang tak lupa kami mengabadikan momen spesial kami di Tebing Breksi! Sekaligus menyantap makanan bekal dari Boyolali, tahu baso 🤤. Jalan-jalan hari ini lumayan menguras tenaga, karena dua destinasi wisata letaknya di perbukitan, namun bukan berarti menghalangi keinginan kami jalan dimalam hari 😅

Kecintaan lebih terang dihati orang yang merindukan, daripada di depan orang yang memandangnya

Meluncur ke penginapan dari Tebing Breksi sekira 45 menit, maklum kami hanya mengandalkan Google Map. Sempat ragu ditengah jalan, karena rute yang kami lalui jalanan sempit ditengah persawahan (hanya cukup satu mobil 😅). Mencoba menikmati lintasan yang ada, dalam hati berkata, "Indonesia ternyata luas, dan kaya". Sepanjang mata memandang hehijauan yang terlihat. Hamparan sawah yang luas cukup menghibur mata. Ann yang bertugas sebagai navigator, Donn pengemudinya, sengaja banget sih, untuk menguji kekompakan dan kesabaran mereka.

Ketika mengemudi tak jarang driver terbawa emosi, entah karena macet, salah jalan atau tingkah pengemudi lain yang ugal-ugalan. Ann yang cukup sabar memandu Donn yang tak tempramen, sebagai "penumpang" kami cukup mengapresiasi atas kekompakan mereka selama perjalan di Jogja. Meskipun sempat berputar-putar menuju penginapan, tak sedikit pun emosi meletup, justru kami bercanda satu sama lain. 

Eng..ing..eng..kami pun sampai dipenginapan, FHStay, Alhamdulillah...

FHStay terletak dikompleks perumahan Laguna Spring Jogjakarta. Keamanan dan kenyamanan dikompleks ini patut diacungi jempol, bukan saja akses masuk menggunakan sistem one gate, tapi petugas keamanannya yang aktif dan ramah kepada setiap pengunjung "asing" seperti kami. Dipintu gerbang kami ditanya tujuannya kemana? Kepentingannya apa? Berapa orang rombongannya? Kami pun menjelaskan akan menginap di FHStay, dengan cekatan si Satpam memberikan petunjuk jalan. Sempat disampaikan juga bahwa pintu gerbang akan ditutup jam 12 malam. 

Kami pun sampai dipenginapan, setidaknya untuk bersih-bersih badan dan istirahat sejenak. Penginapan yang kami tempati merupakan rumah dua lantai yang terdiri dari satu kamar plus dapur dilantai satu, dan dua kamar dilantai dua. Layaknya rumah, ruang tamunya dilengkapi meja dan sofa, tersedia juga tempat sholat dan kamar mandi. Masing-masing kamar sudah dilengkapi kamar mandi alias kamar mandi dalam. Terpasang AC juga diruang tamu. Dapurnya cukup lega, peralatan masak lengkap ditambah kulkas dua pintu. Disisi dapur terdapat meja makan, dengan pemandangan kolam ikan. Rumah idaman banget pokoknya 😇. 

Dilantai dua ada ruang santai untuk nonton TV. Kamar mandinya juga dilengkapi bath up. Ada water heater nya juga loh guys. Tak perlu takut kalau harus mandi malam hari 😂. Selain fasilitas coffee break, ada juga fasilitas internet atau WiFi. Setiap kamar juga full AC. Dari sisi eksterior, ada taman dan garasi yang cukup menampung satu mobil, namun jangan khawatir jika anda datang bersama rombongan, parkir dijalanan depan rumah pun tak masalah, jalannya cukup lebar 👍. 

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 20:00, kami bersiap menuju destinasi wisata berikutnya, HeHa Sky View! Wisata malam yang menawarkan keindahan kelap kelip lampu kota Jogja dari ketinggian. Letaknya tak terlalu jauh dari penginapan, ditempuh sekitar 20 menitan. Srikandi kami begitu antusias malam itu, maklum tempat itu pamor ratingnya cukup bagus di medsos. Review dari pengunjung juga positif, ditambah lagi foto-foto yang di upload cukup menakjubkan membuat silap mata 😁

Namun fakta berkata lain dilapangan, info dari tukang parkir ada pembatasan jam operasional selama masa pandemi, hanya sampai jam 23:00. Tak hanya itu, usut punya usut pengunjungnya pun dibatasi! Kami sempat bingung akan kemana lagi kah kita jalan? Sempat mampir ke Bukit Bintang, namun jawaban yang sama kami dapatkan 😢. Kami pun masih berusaha mengulik informasi lagi, tempat wisata yang bisa kami kunjungi selain dua tempat tadi. Mas-mas parkirnya sih merekomendasikan ke Watu Amben, meskipun tak pernah terbayangkan lokasinya seperti apa, karena tidak ada dalam list tujuan wisata kami. Namun, demi mengurangi rasa kekecewaan dua Srikandi, kami harus memiliki alternatif wisata lainnya. Setelah diskusi, kami sepakat menuju ke Watu Amben. 

Akses ke Watu Amben sejalur dengan HeHa Sky View, namun letaknya lebih tinggi lagi, jadi harus melintasi jalanan menanjak. Dari HeHa dibutuhkan waktu kurang lebih 15 menit untuk sampai di Watu Amben. Ternyata dugaan kami tidak meleset, ternyata warung-warung ditepian tebing dengan konsep roof top, out door! Donn yang sedari awal berbekal jaket cukup beruntung, hawa dingin khas pegunungan sangat terasa, ngilu ditulang 🤣

Segera kami memesan makanan dan minuman, kalau ada yang panas-panas 😁. Konsep warungnya cukup sederhana, tanpa pengamanan ekstra. Disodorkannya menu makanan oleh pramusaji. Melihat daftar harganya cukup terjangkau, murah meriah. Dua Srikandi penasaran dengan minuman yang ditawarkan, semacam wedang uwuh lengkap dengan rempahnya. Kami pun menyarankan mereka untuk mencobanya, biar tahu kekayaan minuman alami khas Jawa, jamu. Untuk menu makanan memang tak beda jauh, kami hanya memesan ayam goreng dan nasi goreng, cemilan cukup pisang keju dan kentang goreng 😅

Minuman pun datang, dengan asap yang masih mengepul, sepertinya enak untuk menghangatkan perut yang mulai keroncongan 😂. Aroma wedangnya cukup wangi, bikin ngiler! Berbeda dengan dua Srikandi, yang tampak begitu aneh melihat wedang yang sudah dipesannya. Karena bukan model instan, tapi bener-bener rempah seger yang sudah dikeringkan. Gulanya pun bukan gula pasir, tapi gula batu. Sesekali si Ann mencoba nyicipi, diambilnya seujung sendok, lalu berucap, "rasanya aneh, Pak" (sembari mengernyitkan dahi). Saya pun nyeletuk , seperti itulah susahnya mencari pasangan 🤣. Mencari sosok yang sempurna sesuai "rasa" yang kita inginkan, faktanya mencari pasangan itu sederhana, seiman, sholat menghadap kiblat dan saling mengisi kekurangan satu sama lain. 

Si Bembs, Donn dan DP2 ahli hisab kelas berat. Kalau lagi ngumpul bisa 3 bungkus rokok semalam. Pantas saja mereka betah berlama-lama disini, cocok dengan hawa yang ditawarkan. Angin malam yang dingin ditambah secangkir kopi yang mulai tak panas lagi menemani kami malam itu. Temaram lampunya diselimuti embun malam, artinya kami harus kembali ke penginapan, mempersiapkan fisik agar tetap fit untuk melanjutkan perjalanan wisata kami esok hari. Kami pun putar balik ke penginapan sekitar jam 23:00. 

Seharian jalan membuat tubuh ini ingin segera berbaring, tidur, bermimpi tentang perjalanan kami tadi 😅. Cuci muka, gosok gigi, sholat barulah tidur. Pagi harinya, si Ann, Bembs dan DP2 bercerita bahwa semalem baru memejamkan mata jam tiga. Entah apa yang mereka bahas, yang jelas saya dan si Donn sudah tertidur pulas 🤣

Hari kedua di Jogja, tujuan kami adalah wisata laut dan pegunungan. Garam di laut, asam di gunung dalam tempurung bertemu jua, kalaulah jodoh tak kan kemana. Apakah ini sebuah petunjuk alam untuk ke empatnya? Tak ada yang tau!😂

Berangkat dari penginapan jam tujuh pagi, kami meluncur ke Pantai Depok! Sebuah pantai yang terletak di Kabupaten Bantul, Propinsi Jogjakarta. Membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk mencapai kawasan ini dari penginapan. Pantai Depok sendiri terletak dalam satu area kawasan wisata Parangtritis dan Gumuk Pasir jadi sekali bayar anda bisa menikmati pantai disepanjang jalan. 

Berangkat dengan kondisi perut kosong membuat kami kurang menikmati piknik pagi itu, meskipun sempat sarapan mie samyang ekstra pedas 🤤. Dalam kawasan wisata juga ada Pantai Pelangi, disinilah kami sempat singgah dan ber swa foto. Kondisinya cukup sepi dan kurang terawat, bahkan ucapan selamat datangnya mulai rontok. 

Sepintas dari papan pengumuman yang terpasang, pantai ini menjadi kawasan konservasi penyu. Ada beberapa warung, namun kondisinya tutup seperti tak berpenghuni. Secara tempatnya sih teduh, pepohonan masih rimbun, tapi tak didukung fasilitas umum yang memadai. Pantai Pelangi terkesan kumuh dan kurang terawat, sampah masih berserakan disana sini. Spot fotonya nampak terbengkalai, tulisan dan warnanya pun mulai memudar. Sayang jika tak diperbaiki, karena pesona pantainya luar biasa. Ombaknya tak terlalu besar, membuat wisatawan bisa bermain-main air disini. Tampak satu dua orang memancing ditengah teriknya pagi itu. Hawanya sangat panas, sampai-sampai kami enggan berfoto di Gumuk Pasir yang fenomenal itu.

Setelah dokumentasi dirasa cukup, kami melanjutkan perjalan ke Pantai Depok, tak jauh dari Pantai Pelangi. Info si Donn, diarea Pantai Depok banyak dijumpai pedagang hasil tangkapan laut dan produk olahan, seperti ikan laut segar, kerupuk hingga yang siap untuk disantap, alias rumah makan. Benar saja, banyak warung makan berjajar disepanjang jalan. Warung-warung tersebut terletak persis dipinggir laut, sehingga view yang ditawarkan luar biasa, ombak dan angin laut 🤣

Aneka masakannya pun seputar sea food. Donn tampak bingung memilih restoran, maklum pilihannya sangat banyak dan menu yang ditawarkan hampir sama. Warung kalau sepi pilihannya dua, kalau tidak enak ya harganya nge-getok alias mahal, ujarnya. Meskipun dia sempat makan bareng keluarganya disini, si Donn sudah lupa lokasi persis restoran yang dimaksud. Saya pun berpendapat, sudah masuk aja yang penting ada tempat parkirnya. Bismillah aja, kalau mahal harganya anggap aja berbagi rejeki. 

Akhirnya si Donn pun menjatuhkan pilihan. Begitu juga memilih pasangan, yang "ditawarkan" sama, pilihannya banyak, sehingga kita lupa untuk segera menjatuhkan pilihan itu untuk kemudian berlabuh ke dermaga yang dinamakan rumah tangga. Setiap pilihan dan keputusan baik, sering membuat kita bingung, tapi berbuat kejelekan atau keburukan sekecil apapun tanpa pikir panjang, astaghfirullah..

heyy cantik, kemana saja? tak ada berita, sedikit cerita, tak kubaca lagi pesan diujung malam.

Sekilas warung yang kami pilih cukup sederhana, bisa pilih tempat, mau model formal (meja dan kursi), atau gaya santai alias lesehan. Karena ini momen santai, ya kami menyesuaikan saja, lesehan! Luas nya sekitar 4m persegi, dengan karpet full membentang. Parkir mobilnya nyaman, tak kepanasan. Ada sedikit tragedi, handphone si Don sempat jatuh. Beruntung, ada rombongan baik hati dibelakang kami, sesaat usai parkir mobil. Nampaknya, Don tak sadar keberadaan HP nya. Sejurus kemudian driver yang baik hati nyamperin kami, "Mas, ini handphonenya jatuh di parkiran" ucap bapak setengah baya. Sambil tertegun si Don cek tas selempangnya, dan benar saja resleting tasnya tak tertutup sempurna alias masih terbuka.

Terucap berkali-kali terima kasih dari mulut si Don. Alhamdulillah handphone masih berjodoh dengannya, tak hilang! Handphone yang dia beli secara tunai itu baru beberapa bulan pemakaian. Masih kinyis-kinyis! 

Yang menarik begitu turun dari mobil, aroma masakan dipadukan dengan asap yang terlihat mengepul dari bagian dapur. Mereka memasak masih menggunakan kayu bakar. Tanya pun ada dalam otak, bagaimana mereka mendapatkan suplai kayu bakar di era modern ini? Sambil kepo melihat ke arah dapur, kami sambil bertanya letak kamar mandi atau toilet. "Masih alami banget cara masaknya, kompornya pun terbuat dari tanah liat" batinku. 

Selesai BAK tetiba perut ini terasa lapar, udah mirip musik jadul, keroncongan! Bau yang begitu menggoda, mengingatkan situasi kampung halaman puluhan tahun lalu! Tak berseragam, pakaian pramusaji nya cukup sederhana, hanya celemek yang menempel ditubuhnya. Sepertinya tugasnya si Pramusaji merangkap, selain mencatat menu masakan pesanan pengunjung, juga turut membantu masak di dapur.

Segera kami mengambil posisi. Tempat duduknya saya atur sedemikian rupa, agar kedua pasangan muda mudi kami bisa bersenda gurau dengan nyamannya 😅. Kami, DP1 dan DP2 yang mengaturnya! Mereka hanya mengiyakan dan mengikuti "perintah" kami. Tak lama berselang pramusaji menghampiri kami, menyodorkan menu makanan yang tersedia. 

Sepintas kami hanya mengenal beberapa menu makanan dan minuman yang ditawarkan. Cah kangkung, sambel lalap, kerang sambel pedas sama oseng toge serta es kelapa muda dan aneka minuman teh. Selebihnya menu ikan-ikanan khas rumah makan pantai. Kami begitu antusias bertanya, masing-masing menu ikan. Si Bemb yang doyan kuliner bertanya to the poin, "Menu favorit di sini apa ya Mbak?" Celetuknya. Bahkan kami pun lupa apa yang kami pesan saat itu. Hanya tebak-tebak buah manggis, yang penting perut kenyang, hati pun riang 😅

Laiknya restoran pada umumnya, es kelapa muda mendarat dengan selamat di hadapan kami, lengkap dengan tempurungnya yang kehijauan. Es nya dipisah dalam satu gelas. Dahaga setelah lewat gurun Gumuk Pasir pun terbayar tuntas! Jadi ingat hukum Gossen, tegukan gelas pertama memang ajib! Seperti masuk ke seluruh urat nadi, segeerrrr. 

Keisengan ku mulai bekerja. Diam-diam aku mengambil gambar mereka. Tentunya dari angel yang pas, agar foto yang diambil cukup heroik dan mengandung cerita. Si Ann dan Don taget pertama. Secara posisi, mereka bersebelahan denganku. Posisi ku agak serong, menghadap ke arah mereka berdua. Praktis mereka tak menyadari akan hal itu! Cekreeeek... dapet! Lumayan bisa buat menghilangkan rasa bosan ditengah perjalanan. 

Angel yang pas, si Ann memandang si Don seperti penuh tanya. Tipe wanita seperti apa yang menjadi pilihan si Don, begitu kira-kira dari sorot matanya. Si Don seperti asyik sendiri, menikmati es kelapa muda, sambil memandangi debur ombak dan angin laut. Kebetulan ketika kami datang, cuaca di sekitar Kawasan Wisata Pantai Depok sangat cerah. Langit membiru, angin berhembus kencang ditambah menu masakan khas daerah menggoda lidah, sempurna! 

Berbeda dengan si Bemb dan Srikandi satunya, seperti menjaga jarak. Aku pun kesulitan mengambil gambar, sadar kamera. Mengabadikan momen kami di wisata Pantai Depok. DP2 seperti tak mau kehilangan momen, diminta nya saya jeprat-jepret. Berpose di puing bekas tenda ditepian laut, tampak kumal dan usang, rusak disana sini, hancur! Tapi DP2 berdalih, justru seninya disitu kilahnya. Sambil berpose khas bapak- bapak..Satu..Dua..Tiga..cekrek! Momen itu tersimpan. 

Tak terasa hampir satu jam lamanya kami kongkow di rumah makan itu. Sambil menikmati hidangan yang kami pesan. Satu catatan yang kurang, pengelolaan pantainya jauh dari kata bersih. Got disalurkan langsung ke laut. Diperparah permainan motor ATV, membuat pasir memadat dan kurang menarik. Sampah kayu yang terbawa ombak membujur dari selatan ke utara, miris!

Sahabat tak pernah datang terlambat, karena ada setiap saat!

Lok: Pantai Pelangi

Lok: Pantai Pelangi


Lok: Watu Amben, Jogja


Lok: Kompleks Candi Ratu Boko



Lok: Tebing Breksi, Jogja




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Namanya Abadi, tapi (tak) Dapat Ditinggali

Ranting Pena

[2nd Day] SILO Mentality, Growth or Fixed?