TMR, Taman Main Rakyat yang Sesungguhnya!

Berkesempatan berkunjung ke Kebun Binatang Ragunan atau Taman Margasatwa Ragunan (TMR) menjadi pengalaman unik sekaligus menarik. Dibalik bangunan tinggi menjulang di Jakarta, keberadaan TMR menjadi pembeda! Kawasan hijau nan asri di Selatan Jakarta ini bisa dibilang "paru-paru kota" yang cukup luas. Keberadaan pepohonan yang rimbun dan bermacam-macam jenisnya jadi hal unik untuk dipelajari.

Disamping fauna yang jumlahnya ribuan, flora yang tersebar di TMR ini juga tak kalah jumlah dan ragamnya. Setiap pohon yang ditanam, disediakan papan informasi dan profilnya, pun begitu dengan hewannya. Kesan pertama yang terlintas begitu menginjakkan kaki di Ragunan, meneduhkan! 

Dari sejarahnya, taman yang memiliki luas kurang lebih 147 hektar ini merupakan relokasi dari taman Cikini yang dulu bernama Planten en Dierentuin. Didirikan oleh Culturele Vereniging Planten en Dierentuin diatas tanah 10 Ha yang merupakan pemberian Raden Saleh dimasa pendudukan Belanda, atau dikenal dengan nama Taman Raden Saleh. Pada tahun 1949 taman ini berubah nama menjadi Kebun Binatang Cikini hingga tahun 1965. 

Dibawah kepemimpinan Gubernur DCI Jakarta, Dr.dr Soemarno, Proyek Taman Margasatwa mulai digagas. Yakni memindahkan Kebun Binatang Cikini ke Ragunan. Dan resmi di tahun 1974, namanya berubah menjadi Taman Margasatwa Ragunan dengan Dirutnya Mr.Benjamin Galstaun (direktur pertama TMR). 

Pemindahan kebun binatang ini mengusung visi TMR sejajar dengan kebun binatang yang ada di kota besar di negara-negara maju dan dihuni satwa yang sejahtera.

Misi utama dari TMR ini adalah konservasi, pendidikan, penelitian dan rekreasi alam, disamping fungsi lainnya sebagai ruang terbuka hijau, daerah resapan air dan paru-paru Ibukota Jakarta. 

Dimasa pandemi, TMR menerapkan protokol ketat bagi wisatawan. Untuk menghindari kerumunan di loket pembelian tiket, manajemen mewajibkan calon pengunjung untuk daftar secara online H-1, dengan syarat KTP DKI Jakarta. Satu KTP berlaku untuk 5 orang pengunjung. 

Pembatasan pengunjung ini diterapkan sejak pemerintah menetapkan Covid-19 sebagai pandemi. Jumlah pengunjung dibatasi mengikuti level PPKM yang diterapkan pemerintah. 

Dari pintu masuk TMR, sudah berjajar petugas yang mengarahkan calon pengunjung. Pertama, screening form pendaftaran calon wisatawan untuk kemudian dilakukan pencocokan jumlah peserta yang datang. Jika sudah sesuai, kita diarahkan untuk melakukan check-in melalui aplikasi Pedulilindungi.

Langkah ketiga adalah melakukan tapping card pada entry gate. Sebagai informasi, kartu tapping yang berlaku seperti JakCard, JakLingkoCard atau yang bekerjasama dengan TMR. 

Luasnya kawasan TMR tak akan cukup waktu hanya sehari untuk melihat secara lengkap hewan-hewan yang ada di sana. Bisa dua sampai tiga "episode" untuk eksplore seluruh fauna 😅

Untuk kalian yang ingin berwisata sambil berolahraga, bisa! Ada stand penyewaan sepeda, jika anda malas berjalan kaki. Tersedia single bike, ada juga double bike. Dijamin eksplorasi Anda di TMR menjadi seru, akan tetapi lebih seru berjalan kaki, menguras tenaga dan keringat!

Landscape TMR yang naik turun membuat kebutuhan tenaga menjadi ekstra. Apalagi bagi Anda yang mengajak putra dan putrinya, sebuah tantangan tersendiri. 

Mau piknik ala-ala di TMR? Bisa banget! Banyak lahan hijau yang ditumbuhi rerumputan dimanfaatkan untuk gelar tikar dan makan. Tak usah repot-repot bawa karpet dari rumah, ada banyak penjual tikar di area TMR. Memanfaatkan limbah kemasan/ zak, pundi-pundi rupiah mengalir, itung-itung membantu ekonomi kerakyatan di masa pandemi.

Beberapa catatan minor TMR 😢
1. Belum semua titik pada area satwa ada jalur stroller, jadi ketika ingin melihat satwa lebih dekat, stroller harus dibopong, atau kalau tidak, ya ditinggal (resiko barang/ stroller raib alias hilang).
2. Luasnya kawasan TMR tak diikuti ketersediaan ponten atau WC umum. Kalau pun ada, tidak berfungsi dengan baik.
3. Beberapa kali roda stroller nyangkut karena jalan di blok paving yang kurang rata.
4. Meskipun sudah ada peta wisata, ada baiknya rutenya diperbaiki, agar bisa melihat setiap fauna yang ada.
5. Peremajaan dan inventarisasi pohon seputar TMR. Saat berkunjung, ada pohon tumbang akibat terjangan angin. Beruntung tak ada korban jiwa dan kerugian material.

Secara keseluruhan cukup puas berwisata ke TMR. Taman Main Rakyat bisa disematkan untuk TMR ini. Tiketnya murah, wisatawannya sumringah! Kalaupun harus naik, harus diimbangi dengan perbaikan fasum dan pelayanannya.

Semoga TMR selalu exist dan semakin banyak "playlist"! 🇮🇩





 

Komentar

Posting Komentar

Besongol.xyz

Postingan populer dari blog ini

Namanya Abadi, tapi (tak) Dapat Ditinggali

Ranting Pena

[2nd Day] SILO Mentality, Growth or Fixed?