Spanduk Jakarta Hajatan atau Jakarta Celebrate menghiasi beberapa sudut Ibukota. Ya, Jakarta sedang memperingati hari jadinya yang ke 495! Artinya, hampir lima abad lamanya kota multi kultural ini berdiri.
Sesuai tema atau tagline-nya, gelaran pesta hari jadi Jakarta cukup semarak, salah satunya pesta rakyat yang semalam sempat saya kunjungi. Pasar Malam!
Dua tahun lamanya Ibukota "hibernasi", tak ada acara offline yang digelar sejak pandemi Covid-19 melanda negeri. Praktis, hal ini sangat berpengaruh pada animo masyarakat untuk menikmati pertunjukan offline.
Prokes mulai longgar, masker kini tak wajib lagi dikenakan di luar ruangan, hanya saja tetap memperhatikan kebersihan. Ini tak lepas dari angka vaksinasi yang cukup tinggi, patut disyukuri.
Pasar Malam, Pestanya Rakyat
Antusiasme masyarakat untuk mengunjungi Pasar Malam di Pondok Indah sangat tinggi. Pengunjungnya berjubel, penuh sesak dan susah untuk bergerak. Maklum, mungkin karena malam minggu. Baru sekira semingguan acara ini digeber. Parkir motor luber hingga di badan jalan, sedikit mengganggu pengguna jalan memang, tapi harap maklum, acara seperti ini sudah lama "hilang".
Dari kejauhan tampak kelap-kelip lampu bianglala, melingkar dan cukup besar, membuat hati ini gusar, ingin segera duduk, bersandar, dan bianglala berputar. Tak hanya mainan "anting-anting" yang berputar, namun otak pun seolah flash back ke masa lalu.
Ditahun 90-an, Pasar Malam adalah hiburan yang ditunggu, tak jarang termangu, menggerutu, kapan rindu ini akan berlalu? Oh Pasar Malam-ku! Hiburan sederhana nan terjangkau, ramah disaku.
Tak secanggih saat ini, dulu promosi cukup dari mulut ke mulut. Atau paling keren, bawa mobil elsapek atau L-300 bawa toa sambil sebar brosur di jalanan desa yang makadam. Gambarnya pun tak se-glowing dan full colour seperti saat ini, hitam putih! Namun berkat memori otak yang luar biasa, kami bisa menerjemahkan gambar di brosur itu menjadi objek yang nyata, menarik dan apik, keren kan?
Kebagian brosur seperti mendapat durian runtuh, karena terbatas, tak seperti brosur handphone sekarang, diterima tangan kanan, dibuang tangan kiri ke tempat sampah, gak guna!
Brosur harus disimpan dengan hati-hati, untuk kami tunjukkan ke Emak dan Bapak nanti, sepulang bertani. Meski hanya secarik, cukup bagi kami, untuk mengajak orang tua yang sebagian juga buruh pabrik.
Pasar malam dulu hanya digelar setahun sekali. Seingat saya, ketika bulan maulud atau mulud tiba. Entah mengapa dipilih bulan Maulud? hingga saat ini masih menjadi misteri π
Berikut permainan yang bisa Anda nikmati bersama keluarga tercinta, menghabiskan malam di Ibukota:
1. Permainan Bianglala
|
Foto:Bianglala yang berputar menghipnotis pengunjung kembali ke masa lalu. |
Siapa yang tak kenal dengan satu permainan ini? Meskipun "sedikit" menguras adrenalin, namun pengunjung antri mengular untuk bisa menikmati wahana ini. Tarifnya cukup terjangkau, cukup rogoh kocek Rp.10.000/ orang, Anda sudah bisa berputar, berlarut, dalam memori masa kecil!
Paling seneng ketika "anting" yang kita tumpangi berada di puncak, rasanya sudah paling tinggi diantara pengunjung yang lain. Namun, bagi sebagian yang lain, berada di ketinggian adalah hal yang mengerikan. Takut tiba-tiba anting-anting terlepas dan terpelanting, hiii...syeereemm...π¨ Tetap tenang dan berdo'a agar bisa enjoy dengan wahana ini.
2. Wahana Ombak Laut
|
Foto: Ombak laut bisa saja terjadi, meski tak ada airnya |
Salah satu wahana yang dulu paling saya hindari adalah ombak laut. Selain putarannya yang kenceng dan naik turun (mirip ombak), faktor keamanan menjadi pertimbangan (red:
ngeles).
Perut seperti dikocok, mata pun jadi belok. Konsentrasi harus tinggi, nyali jauh lebih tinggi. Pegangan yang erat, agar tetap selamat. Mulut komat kamit memanjat do'a, keringat dingin bercucuran tak tertahan, padahal hanya menyaksikan, semoga semua penumpang selamat sampai selesai permainan, do'aku π
Penumpang harus naik anak tangga terlebih dahulu untuk bisa duduk di wahana ombak laut ini. Kursi harus penuh, agar keseimbangan terjaga.
Satu, dua, dan tiga...
Operator sudah mulai berlari, meskipun terlihat ngos-ngosan, tetap saja mereka bergembira, tentu saja demi rupiah dan nafkah keluarga. Terlihat dua pemuda paruh baya berlari berputar agar ombak laut segera menyambar. Sesekali mereka terlihat siaga, berjaga-jaga agar penumpang merasa lega. Jeritan dan guyonan bersahutan. Bisa jadi mereka sedang keasyikan dengan masa lalunya yang telah lewat, ditengah hiruk pikuk Ibukota yang padat.
3. Tong Edan atau Tong Stand
|
Foto: Tong Edan atau Tong Stand |
Dari sekian banyak wahana, satu yang paling sangar dan sangat dikagumi, tong edan, demikian kami menyebutnya. Raungan sepeda balap cukup keras, memekak telinga. Sekaligus permainan yang paling berisik diantara yang lainnya.
Atraksi layaknya sirkus mancanegara, pemotor yang adu aksi dan kelihaian dalam berkendara. Saling silang berputar di arena mirip tong ini. Yang bikin kami kagum dan heran, di ruangan sesempit itu mereka tidak bertabrakan. Bisa dibayangkan jika mereka crash?π¨
Selain motor yang bising, promosinya juga tak kalah denging. Entah berapa desibel suara yang dikeluarkan, yang jelas cukup membuat telinga sakit. Disebelah tong stand,panggung kecil untuk menampilkan sang "pembalap", persis ditangga pintuk masuk. Semalam tampil seorang cewek, lengkap dengan pakaian khas trail, kuning cerah!π
4. Wahana "Bahtera Nabi Nuh"
Permainan ini tergolong baru, namun antusias warga begitu kentara dengan antriannya yang mengular. Bagi Anda yang tak tahan dengan kocokan perut, mending dihindari, daripada begitu selesai permainan Anda terkulai lemas alias mabuk!
Isi perut seakan dibawa naik turun, bisa dibayangkan rasanya, ngilu!π
Bentuknya mirip kapal Nabi Nuh, digoyang kedepan kebelakang hingga mendapatkan sudut empat puluh lima derajatπ¨ Mirip dengan mainan ayunan. Sayangnya gambar tak bisa kami ambil karena penuh sesak pengunjung.
5. Permainan jadul lainnya
Bagi Anda yang memiliki putra dan putri usia balita, rasanya pasar malam ini menjadi tempat yang pas untuk mengajak mereka. Ada karosel, helikopter hingga kereta api mini. Harganya rata-rata Rp.10.000,- sekali main. Mandi bola hingga permainan ketangkasan juga tersedia, untuk mengasah kemampuan motorik dan sosialnya.
Bagi yang hobi menggambar dan mewarna, ada dua booth yang siaga. Warna dan alat lukis sudah di siapkan sang penjual, Anda tinggal duduk manis mengawasi si Kecil mewarna. Serok ikan di kolam terpal juga seru, cukup bayar sepuluh ribu untuk satu ekor ikannya, bisa dicoba tuh!
Bagi bapak dan ibu serta abege jangan khawatir. Ada permainan yang tak kalah seru, lho! Lempar kaleng bekas kental manis berhadiah kipas angin dan hadiah menarik lainnya. Dua kali lempar cuma sepuluh ribu, siapa tahu kipas angin bisa diboyong pulang, jika anda beruntung π
Dari kejauhan, kami kira bapak-bapak sedang mancing, tapi yang bikin penasaran kenapa ada handphone berjajar di depannya? Apakah mancing secara online, karena mereka terlihat memegang joran? Perlahan kami menuju permainan itu, dan ternyata! Sama, mencoba keberuntungan!π
Rupanya handphone yang berjajar itu adalah hadiah utama bagi mereka yang berhasil memancing korek api tanpa jatuh dari atas botol teh, bukan teh botol π
Ternyata diujung joran dipasang "cincin", nah cincin itu yang berperan melewati korek api, jika berhasil hadiah handphone bisa dibawa pulang. Dua kali main cukup bayar Rp.10.000,-
|
Foto: zona games, bukan zona gemes |
Jika ada sedikit rejeki, silahkan berkunjung ke Pasar Malam Pondok Indah, dijamin murah meriah. Anda senang, anak pun riang π
Tak perlu khawatir haus dan lapar, lapak makanan dan minuman sudah berjajar. Jakarta Hajatan!
#jakarta #495tahunIbukota #Jakartab49u5
|
Foto: tampak pengunjung berjubel |
|
Foto: si Bocil sedang asyik "balap mobil" |
Komentar
Posting Komentar
Besongol.xyz