Maroko dan Tukang Tambal Ban Dadakan di HBKB
Jakarta tak diguyur hujan semalam, meskipun sedari siang awan pekat menyelimuti langit Ibukota. Angin juga lagi kenceng-kencengnya. Cukup membantu cucian untuk lekas kering 😀
Cuaca akhir pekan yang bersahabat ini patut di syukuri oleh para Gibol! Kenapa? Yuk simak 😁
Tak hanya di Jakarta, bahkan di dunia sedang demam sepakbola. Gelaran Piala Dunia 2022 sebabnya! Hampir sebulan hajatan 4 tahunan ini dihelat, semakin hari, pertandingan semakin seru. Jum'at dan Sabtu, perempat final dimainkan, ada bentrok Brazil vs Kroasia, Argentina vs Belanda, Maroko vs Portugal dan ditutup laga Perancis vs Inggris di hari Minggu dini hari.
Dari delapan negara di atas, mungkin satu nama negara yang sedikit "asing" ditelinga kita, Maroko! si Giant Killer, begitu saya menyebutnya. Negara yang telah berpartisipasi lima kali di piala dunia ini, langsung menjadi sorotan dunia, terutama insan sepakbola. Semalam, Morroco atau Maroko mengamankan tiket semifinal pertamanya, setelah berhasil mengalahkan Portugal melalui pertandingan yang sangat ketat.
Gol tunggal Y.En-Nesyri dimenit 42 babak pertama menjadi pembeda di laga sengit ini.
Sekaligus menjadi sejarah baru bagi negara benua Afrika yang berhasil menembus semifinal, mantab!
Yang menjadi sorotan adalah Mega Bintang Dunia, Cristiano Ronaldo yang terlihat meneteskan air mata, setelah Portugal gagal melaju ke semifinal. Maklum, laga ini cukup emosional bagi dia. Pildun Qatar 2022 menjadi ajang terakhirnya di pentas dunia. Seusai laga, Bang Dodo langsung ngacir ke ruang ganti dengan wajah tertunduk sembari menangis 😭
Akhir pekan yang heroik bagi pemain terbaik dunia lima kali ini. Piala Dunia adalah satu-satunya trofi yang belum berhasil dia raih sampai saat ini, itulah sebabnya dia terlihat sangat terpukul dengan hasil semalam.
Hanya diberikan menit bermain yang minim, 39 menit! Dia baru masuk sebagai pemain pengganti di babak kedua. Tak banyak yang dapat dia perbuat. Peluang demi peluang Portugal gagal dikonversi menjadi gol hingga akhir laga.
Euforia kemenangan Maroko ini tak terlihat di HBKB pagi ini, terbukti tak ada satu pun pengunjung mengenakan kostum negara muslim itu 😅 Dari pantauan di lapangan, kostum Argentina banyak berseliweran, semoga setelah gelaran Pildun ini kelar, banyak diantara produsen kaos sport mencetak jersey Timnas Maroko! aamiin..
Laga penutup Perancis vs Inggris memang sengaja saya lewatkan, kenapa? Sudah sangat sering kedua negara bertemu di Euro, ditambah lagi ada kompetisi negara-negara Eropa, atau UEFA Nations League, bosen! Lagian akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk berolahraga! Gowes yuk..
Berangkat dari rumah, tak terlihat masalah yang berarti, hanya saja topi yang biasa saya pakai gowes entah di mana sembunyinya, tak berhasil ku temukan, ya sudahlah mampir dulu ke Pasar, beli topi dua puluh ribuan, murah meriah 😅
Setelah topi ku dapat, lanjut ke area HBKB. Jarak yang saya tempuh sekitar lima kilometer dari tempat tinggal, lumayan lah dengan demografi Jaksel yang naik turun 😁
Tak ada yang aneh di perjalanan menuju Raya Sudirman. Sesampainya di bundaran Senayan mulai terasa! Ban belakang seli saya sepertinya bermasalah, goyangnya tak beraturan! Kempes 😭
Panik dong dengan kondisi seperti ini, dimana ya ada tukang tambal ban? Tak kehabisan akal, coba ku tanya bapak-bapak yang sedang duduk asyik di depanku. "Permisi Pak, numpang tanya, di area sini ada tukang tambal ban sepeda" tanyaku. " Ada Mas, itu di depan, barusan juga ada ibu-ibu yang nuntun sepedanya, kasihan, sepertinya bocor juga" timpal si Bapak. "Terima kasih Pak informasinya" ucapku. " Iya sama-sama Mas, dekat kok disitu tinggal maju dikit" jawab si Bapak sambil menunjuk lokasi yang beliau maksud.
Ternyata benar, tak sampai 200 meter ada bapak-bapak yang menenteng pompa angin. Bayangan saya ada semacam kompresor layaknya tambal ban motor atau mobil, ternyata enggak!
Sepeda angin ku standar, sembari menjelaskan hal ikhwal yang saya inginkan. Bapak tukang tambal ban ini mengira saya hanya tambah angin. "Tambah angin, Mas?" tanyanya. "Enggak Pak, mau tambal, anginnya habis sama sekali" sergahku. "Kalau tambal, mohon maaf agak lama, karena saya mendahulukan orang yang tambah angin, mau?" beliau kembali bertanya. "Gak masalah, santai saja Pak" jawabku.
Dan benar saja, banyak goweser yang mampir ke tempat ini. Memanfaatkan pintu keluar masuk parkiran mobil yang memang sedang tidak difungsikan karena helatan HBKB ini. Setiap detail coba ku lihat. Berbekal sepeda angin kebo/ ontel jadul yang sedikit dimodifikasi.
Diboncengan belakang dimanfaatkan untuk membawa perlengkapan bengkel sepeda. Kanan dan kiri. Dari kotak plastik sekira ukuran jerigen alkohol, tak terlalu besar. Ada dua pompa angin. Sementara pompa angin diletakkan di tepi jalur sepeda. Tak ada tulisan apapun, hanya "simbol" pompa saja. Pompa yang lain untuk melayani "pasien".
Dan benar saja, banyak sekali goweser yang memakai jasa si Bapak, Alhamdulillah ucapku dalam hati. Keberadaan tukang tambal ban dadakan semacam ini sangat membantu. Sampai-sampai si Bapak bingung harus melayani konsumen yang cukup banyak.
Cekatan! begitulah yang saya lihat. Sepertinya memang spesialis dan ahlinya. Bahkan connector pentilnya pun lengkap 😅 Dari jenis ban dan lubang pentil, si Bapak sudah paham, harus pakai connector atau enggak! Keren 😅
"Sabar ya Mas, masih banyak yang isi angin" ucap si Bapak. Beberapa pesepeda pagi itu memompa sepedanya sendiri, karena ogah mengantri, sementara si Bapak "dinas" sendirian. Terlihat sedikit kewalahan, tapi si Bapak mencoba tenang.
Pengguna jasa pompa dan tambal pun mulai berkurang. si Bapak mulai membongkar ban sepeda. "Beruntung tak perlu jalan terlalu jauh, ada sampean di sini" ucapku. "Bocor di mana tadi, Mas?" tanya si Bapak. "Di bundaran Senayan situ, Pak" tunjukku.
Mendengar dialek saya yang medhok khas Jawa, Si Bapak bertanya "Sampean Jowo ngendi, Mas?". "Kulo cah Jawa Timur, Pak" sahut ku. "Kulo Wates, Jogja" sahut si Bapak. Ya sudah, kami bercengkerama dengan bahasa Jawa. Tentu dengan bahasa Ngoko Alus.
Ngalor ngidul kami berdua ngobrol sambil menunggu proses tambal ban kelar. si Bapak tinggal di daerah Rempoa, Tangsel, berbatasan dengan Tanah Kusir, Kebayoran Lama. Sudah puluhan tahun tinggal di Ibukota. Kini, mengisi waktu purna tugas, si Bapak menjajakan jasa tambal ban sepeda. Rambutnya sudah memutih, namun harapan akan selalu hijau, selalu semangat!
Beliau hanya mematok tarif tiga ribu rupiah untuk pompa angin ban depan dan belakang, namun tak jarang pesepeda yang menggunakan jasa si Bapak, enggan menerima kembalian, dermawan!
Diambilnya waistbag yang tergantung di stang setir, sembari mengulik barang bawaannya. Mencari alat penambal ban. Dibukanya kotak kecil yang berisi semacam stiker dan lem kastol. Uniknya untuk mencari lubang yang bocor, hanya mengandalkan rabaan tangan. Tak ada ember air, layaknya tukang tambal ban!
Ku perhatikan hanya beberapa alat saja, tak ribet. Perangkat kerjanya hanya berupa stiker penambal, lem, penggosok lubang ban, minyak/ pelumas dan pengungkit (untuk melepas ban luar) serta pompa, ya sesimpel itu! Tak ada pemanas.
si Bapak berangkat selepas Subuh, biasa ya memang mangkal di situ, dengan harapan pulang dengan sedikit rejeki, bukan tangan kosong. Dari obrolan saya dengan si Bapak, ternyata beliau tidak mempunyai pekerjaan yang tetap di sini, serabutan. Mohon maaf, hari-harinya tak jelas, ku kira memang spesialis bengkel sepeda. Pertanyaan yang salah, gumam ku, semoga tak tersinggung.
Bersyukur bisa bertemu dan ngobrol dengan si Bapak. Diwaktu, momen dan tempat yang tepat bisa bersua. Sekecil apapun pekerjaan, akan menjadi berkah jika dijalani dengan ikhlas dan rasa syukur. Berikan yang terbaik, di mana pun kita berkarya!
Komentar
Posting Komentar
Besongol.xyz