Melawan Dingin, Menjajaki Lava Tour Merapi

Sedari malam cuaca Jogja tak berubah, mendung dan gerimis. Tak deras, hanya satu, dua tetes butiran air yang turun. Kabut juga sempat menyapa daerah istimewa Ngayogyakarta, bisa dibayangkan betapa dingin pagi itu. Anehnya, aku masih menyalakan pendingin ruangan di kamar hotel, hasilnya? tarik selimut agar tak menggigil.

Dari balik jendela coba ku tengok lalu lintas juga masih lengang, padahal ini hari Sabtu, berbeda dengan di Jakarta, lepas subuh kendaraan sudah meraung-raung membawa tuannya ke tujuan yang dia mau.

Hanya nampak dipojokan Hotel Khas Tugu, tepat disebelah kanan, antrian panjang yang aku pun tak tahu, apa yang sedang mereka tunggu? Bisa mengular seperti itu. 

Bus pariwisata pun juga meluber hingga terparkir di badan jalan. Sesekali juga terlihat beberapa driver bus serius membersihkan sisa "peluh" air hujan yang masih menempel di karoserinya.

Tak ada yang terburu-buru di sini. Semua berjalan dengan selow dan natural, tak dibuat-buat. Kontras dengan pemandangan di Ibukota, penduduknya berjubel, tak jarang yang sikapnya juga bebal. Lampu hijau baru menyala saja, klakson sudah bersahutan bunyinya, mirip katak yang sedang bernyanyi selepas hujan!

Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, itu artinya Aku harus bersiap untuk mandi dan melanjutkan agenda hari ini yang sudah menanti. 

Hotel Khas Tugu, rumah singgah bintang tiga yang cukup strategis, berdekatan dengan Tugu Jogja atau tugu nol, sering juga disebut Tugu Golong Gilig. Standar hotel pada umumnya, ada air hangat tersedia, cukup membantu ketika cuaca sedang dingin seperti saat ini.

Sesuai rundown rombongan akan meluncur ke Rumah Makan Pulen & Kopi Ponti untuk melanjutkan workshop hari kedua. Letaknya cukup jauh dari hotel, kami harus menyisir jalan dan membutuhkan waktu hingga dua jam lamanya.

Rombongan kami mendapatkan "bonus" perjalanan, karena ternyata bus sempat nyasar entah kemana. Tak ada rasa emosi, yang ada malah happy melihat pemandangan kanan dan kiri, masih cukup hijau nan asri. Sempat balik kanan, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Alhamdulillah!

~Jika ada yang bilang setiap sudut Kota Jogja itu romantis, katakan saja iya!~

Terhitung sudah tiga kali berkunjung ke Kota Gudeg ini, tapi tak sedikitpun ada rasa bosan. Malah yang tersisa hanya rindu dan rindu. 

Restoran tempat kami menggelar workshop cukup keren. Khas Jawa, bentuknya joglo, atapnya ada semacam gunungan wayang. Konsepnya terbuka, dengan pilar yang cukup kokoh menancap dibeberapa sudut bangunan.

Untuk menambah estetika, sang empunya resto memasang beberapa foto tokoh nasional dan daerah di dinding, yang retro banget. Membiarkan bata merah terlihat menyembul tanpa di-aci. Ada Ibu Iriana Jokowi yang sedang mejeng dengan owner rumah makan. Ada juga petinggi TNI, Bapak Jenderal Andika Perkasa, yang sempat mampir ke sini.

Rumah makan tampak rindang, karena pepohonan besar yang ada di sekelilingnya. Termasuk pendopo yang kami tempati untuk workshop, adem! Tanaman merambat menyambut kami di pintu masuk ke aula. Ditata sedemikian rupa hingga mirip gapura go green, segerrrrrrrrr.....

Workshop berlangsung cukup menarik, related sama pekerjaan dan aktivitas keseharian. Result versus Process Oriented People. Begitu tema workshop pagi itu. Terima kasih atas sharing ilmunya kawan! Belum lagi games tebak katanya, top markotop!

Seusai workshop jam telah menunjukkan pukul 12:30, artinya tiba saatnya untuk Ishoma. Romantis segera bergegas karena berkejaran dengan waktu yang terus ngegas, berasa lari cuyy!

Menu makanannya khas Jawa tulen, terhitung ada sekitar sepuluhan macam masakan yang disajikan dan semuanya cocok di lidah, penak tenan! Sambelnya asli cabe, pedes! Belum lagi botokan ikan teri dan ayamnya, bikin nagih. Ngeliat bungkusnya yang mengkilap nan hijau bikin liur mengucur deras! Sikat dah..

Puas kami santap siang, masih ada suguhan spesial lainnya, kopi! Varian rasanya juga banyak, tapi ku pilih kopi jahe panas, lumayan untuk menambah hangatnya perut. Cangkirnya tak terlalu mungil, wajar, seukuran gelas kopi di angkringan. 

Awalnya ragu dengan toping kopi yang sudah ku pesan, ada dua bijian yang mengapung diantara hitam pekat Kopi Ponti. Ah ku seruput saja dulu, sambil mengenyam sedikit parutan jahe yang telah membaur dengan kopi. Maknyussssss...Usut punya usut, ternyata bijian yang mengambang tadi adalah kopi yang sudah digoreng loh, unik sih!

~Jogja tak hanya menawarkan keistimewaan wisata alamnya, tapi juga kulinernya, memanjakan lidah~

Selepas Ishoma, Romantis melanjutkan perjalanan menuju Merapi! Sejenak memori ini flashback tentang kejadian masa lalu. Menyebut Merapi saja hati sudah miris, mengenang Mbah Marijan, kuncen Gunung Merapi yang fenomenal itu. Wedhus Gembel, ibarat monster yang menakutkan, apapun yang dia lewati, pasti akan musnah.

Namun singkirkan dulu prasangka buruk tentang Merapi. Musibah puluhan tahun yang lalu biarlah menjadi sejarah dan pembelajaran bersama, agar tercipta harmoni antara alam dan manusia yang selaras, serasi dan seimbang.

Estimasi waktu untuk menjangkau lereng Merapi sekitar tiga puluh sampai empat puluh lima menit dari rumah makan, tak terlalu jauh. Seluas mata memandang, yang terpampang hanya sawah dan pepohonan nan teduh. Ditambah pohon kelapa di pematang sawah yang tingginya menjulang, lengkap dengan degan ijo-nya! Berjajar cukup rapih.

~Bahkan dedaunan melambai sepanjang perjalanan, seolah mengatakan "sugeng rawuh poro tamu" (red: selamat datang para tamu).~

Tour guide yang menemani kami, tak henti-hentinya mempromosikan pariwisata Jogjakarta. Bercerita tentang keistimewaan kekayaan alam Jogja, salah satunya wisata Geopark yang berada di daerah Gunung Kidul, Geopark Gunung Sewu, yang notabene telah dinobatkan sebagai Global Geopark oleh UNESCO, gokil kan? 

Karst yang terjaga dengan baik ini menjadi daya tarik tersendiri. Keunikan wilayah karst adalah susah ditemukannya mata air permukaan, itulah sebabnya acapkali daerah Kabupaten Gunung Kidul kesulitan air bersih ketika musim kemarau tiba.  eeiitttsss...tunggu dulu, jangan salah paham, Gunung Kidul kini menjelma menjadi kekuatan ekonomi baru  di karisidenan Jogjakarta berkat pariwisatanya yang mulai dikenal masyarakat. Menurut si Mas-nya lagi, pertumbuhan ekonominya nomor dua setelah Kota Jogjakarta!

Destinasi wisata Lava Tour Merapi terbilang "baru". Wisata ini ada, setelah awan panas meluluhlantakkan kawasan lereng gunung, tepatnya di Kabupaten Sleman pada tahun 2010.

Setelah hampir satu jam perjalanan, tibalah kami di "terminal" Merapi Jeep Adventure Jogjakarta, vendor yang ditunjuk oleh event organizer kami. Kawasannya cukup luas, mirip lapangan bola. Di kanan-kiri lapangan, banyak warga yang menjajakan makanan. Warung-warung kecil ada di sana.

Mobil Jeep sudah berjajar rapi. Itu artinya kami harus segera bersiap. Dari informasi yang kami terima sebelumnya, bahwa lereng Merapi rawan hujan ketika menjelang sore. Jadi prepare jas hujan dan pelindung handphone adalah hal yang lumrah.

Begitu turun dari bus, hawa dingin Merapi langsung menerpa, nyeeesssss rasanya. Seketika tubuh ini merespon dengan riangnya. Udara yang sangat sejuk, ditambah angin berhembus manja, membuat raga ini merasa nyaman, menyatu bersama alam. 

~Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan~

Sebelum mengawali perjalanan kami ke lereng Merapi, sejenak kami menunduk dan berdo'a agar perjalanan kami selama Lava Tour berjalan dengan lancar dan tidak ada aral melintang. Bagi ku, tour Merapi ini tak hanya sekedar bersenang-senang, namun lebih kepada mendoakan dan mengenang para korban yang gugur ketika Gunung Merapi meletus dengan dahsyatnya.

Tak hanya itu, Lava Tour Merapi adalah wisata sekaligus tempat muhasabah yang tepat untuk merenungi atas setiap kejadian atau fenomena alam. Betapa lemahnya manusia jika dibandingkan dengan alam yang luar biasa indah ini.

Baca juga: Klaten Keren!

Berikut destinasi wisata yang kami tuju:

1. Bunker Kaliadem

Bunker ini dibuat oleh pemerintah sebagai tempat berlindung dari letusan Gunung Merapi saat kondisi darurat. Saat berkunjung ke sini, kondisi Merapi sedang ditutupi kabut tebal, tak terlihat sedikit pun. Hujan yang menemani perjalanan kami ke Bunker Kaliadem membuat Romantis harus mengenakan jas hujan plastik, untuk menahan rembesan air dan hawa dingin. 

Seketika terlintas, bagaimana kondisi dua orang korban yang meninggal terpanggang di dalam Bunker itu? Hanya doa yang bisa terpanjat, semoga arwah para korban letusan Merapi diterima di sisi-Nya! Aamiin 

Penasaran dengan kondisi Bunker, kami pun menuruni anak tangga, untuk mengetahui seperti apa sebenarnya bunker itu. Letaknya sedikit di bawah tanah. Entah seperti apa sebelum kejadian, yang jelas kanan dan kiri Bunker dipenuhi material sisa erupsi Merapi. Dari permukaan tanah, kedalaman bunker sekitar sepuluh meter, ada anak tangga untuk mencapai pintu utama bunker.

Kondisi ruangannya gelap. Untuk ukurannya, hanya seluas kamar tidur, sekira 3x4 meter. Ada aroma dupa di sana. Menambah kesan mistis. Di sisi kanan, ada batu peresmian yang tertempel di dinding bunker dekat pintu masuk. 

Di area bunker Kaliadem ini ada pos pantau untuk wisatawan, kali aja ada diantara kalian tertarik melihat panorama seputar lereng Merapi dari ketinggian. Per orang hanya ditarif lima ribu rupiah saja. Di sekitarnya juga ada gerai makanan ringan dan pusat oleh-oleh, jadi jangan khawatir kelaparan.

2. Batu Alien

Destinasi wisata kedua di Lava Tour Merapi ini adalah Batu Alien. Disebut Batu Alien karena tiba-tiba batu ini tergeletak begitu saja di pinggir aliran lahar, Kali Gendol. Mirip fenomena masjid tiban yang tetiba muncul tanpa dibangun.

Batu Alien ini mirip wajah manusia yang sedang terbaring. Ukurannya cukup besar dibandingkan  bebatuan yang ada di sekitarnya, tak pelak mata pengunjung langsung terfokus pada Batu Alien ini. Untuk menambah spot foto, pengelola menambahkan replika bahtera yang berada di pinggir Kali Gendol tak jauh dari Batu Alien teronggok.

Spot berikutnya Anda bisa berfoto bersama Burung Hantu atau Owl. Tenang saja, untuk ber-swa foto dengan burung malam ini tak dipungut biaya alias gratis. Sayangnya untuk berkunjung di sini hanya diberikan waktu tiga puluh menit, mungkin karena keterbatasan tempat dan banyaknya rombongan yang mampir ke sini. 

Anda juga bisa menikmati pemandangan lereng Merapi lengkap dengan aliran Kali Gendol yang lebih mirip jurang, lebar dan sangat dalam!

3. Museum Sisa Hartaku

Museum ini dibangun oleh warga sekitar untuk mengenang tragedi letusan Gunung Merapi yang menemani korban jiwa hingga ribuan orang termasuk Juru Kunci Merapi, Mbah Marijan. Museum ini menggambarkan dahsyatnya letusan yang terjadi, hingga meluluhlantakkan semua yang dilalui Wedhus Gembel!

Ribuan hewan ternak terpanggang. Ada tulang belulang sapi yang terpampang di museum ini. Banyak pesan moral yang tertulis disetiap sudut museum. Ada yang berbahasa Jawa dengan huruf  latin, ada juga ditulis menggunakan  aksara Jawa, hanacaraka. 

~bencana bukan akhir dari segalanya~

~sak bejo bejone uwong, isih bejo wong sing eling lan waspodo~

(Seberuntung nya orang, lebih beruntung orang yang ingat dan selalu waspada)

Nama pemilik rumah yang menghibahkan tempat tinggalnya untuk dijadikan museum saksi sejarah letusan Merapi ditulis di tembok dekat pintu masuk. Peralatan rumah tangga seperti gelas, piring dan benda elektronik dipajang di meja yang mulai usang. "Terima kasih tidak menyentuh barang museum" begitu tulisan yang ada diantara ratusan perkakas yang leleh dan tak berbentuk.

Di tembok rumah dipajang foto-foto before and after awan panas menyapu desa. Yang paling menyayat hati adalah foto seorang ibu yang menggendong anaknya dengan wajah penuh abu vulkanik. Nampak sang ibu sedang mengendarai sepeda motor untuk mengungsi. Selendangnya hingga berwarna hitam pekat, seperti habis berkubang di lumpur, duh gusti...

4. Jelajah Sungai

Lepas setengah jam di Museum Sisa Hartaku perjalanan kami berlanjut ke titik terakhir dari serangkaian Lava Tour, jelajah sungai! Meskipun bukan benar-benar penjelajahan he.he.he.

Bisa dibayangkan naik Jeep, kemudian menerjang air sungai yang sedang mengalir, fabulous! Treknya tak terlalu panjang, hanya melingkar. Beberapa kali berputar tak membuat kepala pening, justru malah pingin terus berpusing-pusing!

Permukaan  sungai yang dipenuhi bebatuan membuat penumpang harus berhati-hati ketika berpegangan, meskipun helm nempel di kepala. Sesekali sang pengemudi menggenjot gasnya untuk mendapatkan kecepatan dan byuuuuurrrr, air muncrat ke sekujur tubuh! Ketika Lava Tour ada baiknya Anda menyiapkan baju ganti, atau kenakan jas hujan yang telah disediakan operator Jeep.

Sayangnya air sungai yang jernih ini sedikit terkontaminasi minyak, yang bisa jadi berasal dari mobil-mobil yang ada di sana. Semoga ke depannya ada solusi bersama, agar alam tetap asri dan lestari.

~Alam telah menawarkan kemolekannya, tugas manusia hanya merawat dan menjaganya. Ambil seperlunya dan jangan berlebihan.~

#Jogja #Jogjakarta #JogjaIstimewa #LavaTourMerapi #Merapi #GunungMerapi  #WorkShop #WonderfulIndonesia #Indonesia 















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Namanya Abadi, tapi (tak) Dapat Ditinggali

Ranting Pena

[2nd Day] SILO Mentality, Growth or Fixed?