Merawat Silaturahmi, Menjalin Kebersamaan, Idulfitri 1444 H

Cuaca di Ibukota mendadak sejuk, dua hari menjelang lebaran, hujan turun dengan intensitas tinggi dan durasi yang cukup lama. Cobaan ketika Ramadan tahun ini adalah cuaca yang panas, karena pancaran sinar matahari sangat terik, tapi semua itu terbayar menjelang Idulfitri!!! Hujan membawa berkah dan mengubah cuaca gerah jadi lega he.he.he.

Fokus tahun ini adalah "kemungkinan" perbedaan penetapan awal bulan Syawal, yang notabene menjadi tolok ukur jatuhnya Idulfitri. Dua ormas terbesar di Indonesia ini mempunyai metode yang berbeda untuk menentukan tanggal 1 Syawal, yakni menggunakan hisab dan rukyatul hilal. Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal bertepatan dengan tanggal 21 April 2023, sedangkan NU dan pemerintah melalui hasil sidang Isbat, ditetapkan tanggal 1 Syawal 1444 H, jatuh pada Hari Sabtu, tanggal 22 April 2023.

Apapun hasilnya, tahun ini, lebaran dua kali! Senang, suka, riang gembira, bungah ing manah! Tak perlu fokus pada perbedaan Idulfitri, toh kita sudah terbiasa berbeda, biasa saja tak perlu berlebihan menyikapi!!!

Perayaan hari raya tahun ini semacam menemukan ghirah-nya seiring pencabutan status PPKM di negeri ini. Loss doll, bisa dibilang seperti itu. Bahkan, terbaru, aturan perjalanan kereta jarak jauh yang sebelumnya masih mengacu ke aturan kedaruratan Covid juga resmi tak berlaku lagi di arus mudik 2023.

Cuti bersama lebaran juga menggembirakan, lima hari! mantab bukan? Keputusan ini diambil guna mengantisipasi lonjakan pemudik yang diprediksi bakal membeludak setelah pembatasan sosial dicabut. Belajar dari tahun sebelumnya, selama mudik lebaran, pemerintah tak mau gegabah agar kejadian "neraka brexit" tak terulang lagi.

Meskipun terjadi kepadatan, namun dampak yang ditimbulkan tak terlalu signifikan. Antrian kendaraan hanya terjadi di gate keluar masuk toll. Itu pun dapat segera diurai dengan menambah extra gate untuk mempercepat proses pembayaran maupun tap in. 

Berikut kami rangkum kegiatan atau kebiasaan yang terjadi menjelang dan selama perayaan Idulfitri menurut versi penulis:

1. Mudik

Hal yang umum dan lumrah terjadi di Indonesia menjelang lebaran adalah mudik. Siapa sangka, mudik atau pulang kampung ini ternyata akronim atau singakatan lho! Dari kata Mu dan dik.

Mu..mulih (pulang) dan dik..disik (dulu atau duluan), jadi kalau dirangkai menjadi mulih disik atau pulang dulu atau pulang duluan. Tradisi ini sudah turun temurun dari nenek moyang. 

Momen Idulfitri menjadi anti klimaks akan kerinduan pada keluarga dan kampung halaman. Bagi kaum perantau (seperti saya 😅), pulang kampung adalah agenda yang sangat dinanti, hanya setahun sekali! Karena sejauh dan kemanapun Anda pergi, tanah kelahiran tak kan pernah sirnah di hati! 😭

Ada memori yang tak bisa hilang begitu saja, tentu ada juga ari-ari yang juga tertanam di sana, membuat emosi ini campur aduk, ingin segera mengakhiri kerinduan dengan mudik atau pulang kampung. Ada suasana yang tak bisa tergantikan, dan tentu tak dapat diungkap dengan kata-kata. 

Kampung halaman!
tak perlu kau menantiku
tak perlu pula kau menyambut kedatanganku, 
hari-hariku penuh peluh, untuk perjuangan yang tak menentu
Tapi jika aku rindu, biarlah sekejap aku memelukmu, mendekap erat bayangmu, menghampirimu dan berbisik padamu, aku rindu!!! aku pulang untukmu, kampung halamanku.

2. Takbiran

Takbiran bisa dilakukan di masjid atau musala, tapi banyak juga yang mengadakan takbir keliling. Selain untuk merayakan hari kemenangan, takbiran ini sudah menjadi agenda tahunan atau budaya yang telah melekat di masyarakat. 

Biasanya takbiran ini disertai pawai obor dan pesta bedug. Disamping menjalin silaturahmi antar tetangga, takbir keliling ini bermanfaat untuk menjaga kebugaran tubuh, karena apa? karena jalan kaki dan tak jarang mendorong cikar atau gerobak untuk mengangkut bedug sambil nenteng obor! 😅

Takbir keliling juga mulai menggelora, antusias masyarakat yang sempat hilang selama tiga tahun lamanya, kini "bersemi" kembali. Dari pantauan status WhatsApp teman-teman yang berasal dari berbagai daerah dan media sosial, kemeriahan nampak begitu terasa.

Pawai obor, ogoh-ogoh, gema takbir terbang jidor, hingga pesta kembang api tersaji selama malam takbiran. Bahkan di Jakarta, ternyata masih ada kebiasaan bakar petasan. Kalau di Jawa Timur biasa disebut renteng mercon atau mercon rentengan, yaitu petasan dengan berbagai ukuran yang dirangkai menjadi satu dan memanjang, bisa 1-5 meter, tergantung selera. Semakin panjang rangkaian, semakin pekak ditelinga!

3. Pesta petasan dan kembang api

Sebelum resmi dilarang oleh pemerintah, mercon atau petasan dijual bebas. Dulu, untuk mendapatkan mercon dengan berbagai ukuran sangat mudah. Bahkan dalam satu kampung, puluhan orang mendadak jadi saudagar mercon!

Selama Ramadan hingga Idulfitri, stok mercon tak pernah kosong. Dar..der..dor..menjadi "musik" yang lumrah dijamannya, yang penting jangan main petasan di siang bolong, kalau tak mau sandal, sepatu, kerikil melayang di kepala 🤣

Di Jakarta sendiri, keberadaan mercon cukup sulit ditemukan. Hanya kembang api yang mudah dijumpai. Banyak toko kelontong yang memajang kembang api selama Ramadhan, bahkan penjual eceran juga menjamur di sepanjang jalan Fatmawati, tepatnya di seputaran area MRT Blok A.

Dari percakapan sigkat, penjual kembang api di situ sudah sejak lama berdagang di kawasan Blok A. Momen tahun baru dan lebaran seperti saat ini adalah waktu yang dinanti untuk mengais rejeki. Meskipun tak seramai tahun-tahun sebelumnya, mereka tetap bertahan untuk "menghidupkan" tradisi.

4. Anjangsana ke sanak famili

Saling mengunjungi rumah sanak saudara dan tetangga, menjadi "episode" yang paling epik ketika lebaran. Momen kebersamaan yang mungkin hilang selama setahun terakhir, bisa tertumpah kan di hari nan fitri.

Bersalaman dan saling memaafkan satu sama lain. Menggubah cerita di negeri rantau, dan bertukar informasi di kampung halaman, menjadikan Idulfitri terasa hangat suasana kekeluargaan.

Tak sempurna jika berkumpul tak ada jajanan lebaran semacam kue nastar, kue kacang, kacang goreng, biskuit, kastengel, putri salju, dan masih banyak lagi jajanan khas lebaran. Entah sejak kapan tradisi ini dimulai, yang jelas kerukunan dan kekompakan keluarga sangat kentara. 

Idulfitri bukan hanya sekedar simbolis "pesta keluarga", namun lebih dari itu. Nilai-nilai keluhuran selama bulan suci Ramadan terbawa ke kemeriahan perayaan kemenangan itu sendiri, silaturahmi!!! Tak ada yang sempurna diantara semua makhluk-Nya, maka bercermin pada diri sendiri, dan saling memaafkan satu sama lain, akan membawa kebaikan dan kedamaian.

••Selamat Idulfitri 1 Syawal 1444 H, mohon maaf lahir dan batin 🙏🙏🙏••





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Namanya Abadi, tapi (tak) Dapat Ditinggali

Ranting Pena

[2nd Day] SILO Mentality, Growth or Fixed?