Standar Evakuasi Gedung Bertingkat
Pagi itu tampak biasa saja, tak ada pemandangan yang aneh dengan pengamanan seputar gedung. Hanya saja, security yang biasa stand by di persimpangan parking ground tak berjaga. Cuaca cukup cerah.
Seperti diketahui, menjelang jam sembilan pagi, kawasan perkantoran di Sudirman Central Busines District atau SCBD sudah ramai lalu lalang kendaraan dan karyawan. Kendaraan mengular di depan gedung, mengantri masuk ke lokasi parkir. Sama halnya dengan pegawai kantoran, antri screening bak antri sembako!😅
Jalanku sedikit kencang, maklum jamnya sudah mepet, khawatir terlambat! Meskipun kata kebanyakan orang, lebih baik terlambat daripada enggak sama sekali. Langkah demi langkah, dan setapak demi setapak tangga eskalator yang sedang berjalan itu ku terobos, jam sudah menunjukkan 08.25 WIB, itu artinya 5 menit lagi sudah harus duduk manis di singgasana 🤣
Benar saja, ruang kerja hampir penuh, rekan-rekan sudah mengawali pekerjaan pagi itu. Aku yang baru duduk, langsung saja ambil perlengkapan "perang" di laci. Laptop, ATK dan tak lupa botol minum! Cemilan sisa kemarin ternyata masih ada, teman lembur akhir bulan 😁
Mata masih terasa berat, pun dengan dua rekan kerjaku, maklum sehari sebelumnya kami harus berpacu dengan waktu, deadline pekerjaan!🤣
Baru juga menekan tombol power komputer, tiba-tiba AC ruangan mati! Hmmm...ada apa gerangan? Setelah pindah gedung, baru kali ini kejadian AC mati di pagi hari. Tak kehabisan akal, air purifier kami nyalakan, lumayan untuk mengatasi kegerahan yang mulai kami rasakan. Setengah jam berselang....
Paging gedung tiba-tiba berbunyi dengan kerasnya. Memberitahukan bahwa gedung dalam keadaan aman, dihimbau kepada seluruh teenant untuk tetap tenang dan tidak panik, serta mengikuti arahan petugas evakuasi. Seluruh penghuni gedung diharapkan untuk keluar melalui tangga darurat!
Sejurus kemudian, orang-orang berhambur menuju pintu keluar darurat, layaknya evakuasi, lift tidak dapat digunakan. Menuruni gedung dari lantai 15, pengalaman pertamaku! Setiap detail ku perhatikan. Mulai dari keluar office, hingga menuju emergency exit! Ternyata penghuni dari lantai atas sudah ramai menuruni anak tangga. Beberapa diantaranya menenteng air mineral.
Jarak antar anak tangga cukup pendek, sehingga tak perlu effort lebih untuk menuruninya. Setiap tujuh anak tangga, ada drop poin untuk memutar, space-nya cukup luas, bisa dibayangkan kan? ya, bentuknya spiral!
Jika ku hitung, jarak per lantai itu dipisahkan empat kali putaran anak tangga (per putaran terdiri dari tujuh anak tangga). Untuk lebarnya sendiri, tangga darurat ini hanya cukup untuk berdampingan alias dua orang saja, tak lebih! Kondisi handling-nya juga cukup bagus.
Penerangan dan ventilasi udaranya juga terjaga, jadi tak ada gerah, hanya kaki yang terasa lungkrah. Pengeras suaranya pun sama, cukup baik.
Terlepas dari itu semua, seperti apa sih standar evakuasi di gedung tinggi ketika terjadi emergency? Yuk, kita simak!!
Standar evakuasi gedung bertingkat dapat bervariasi berdasarkan peraturan dan regulasi setiap negara atau wilayah. Namun, secara umum, beberapa prinsip umum untuk evakuasi gedung bertingkat meliputi:
1. Rute evakuasi yang jelas: Pastikan terdapat jalur evakuasi yang jelas dan mudah diakses oleh semua penghuni gedung. Jalur ini harus diindikasikan dengan tanda-tanda evakuasi yang terang dan mudah dikenali. Biasanya pengelola gedung menempatkan denah evakuasi di titik yang mudah terlihat, salah satunya di sisi lift.
2. Pintu darurat dan tangga: Pastikan pintu darurat dan tangga darurat berfungsi dengan baik dan dapat diakses tanpa hambatan. Perhatikan tanda-tanda dan penandaan yang jelas untuk pintu darurat. Perlu ada petugas khusus untuk mengondisikan agar pintu darurat tetap terbuka dan mudah diakses.
3. Pengaturan titik pertemuan atau assembly point: Tetapkan titik pertemuan yang aman di luar gedung sebagai tempat berkumpul setelah evakuasi selesai. Biasanya, untuk memperoleh data akurat atau manifes pengunjung gedung, akan dipisahkan menurut lantai atau blok. Hal ini untuk memudahkan petugas, untuk mendata pengunjung yang berhasil dievakuasi.
4. Latihan evakuasi: Lakukan latihan evakuasi secara rutin untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapan penghuni gedung dalam menghadapi situasi darurat. Simulasi keadaan darurat memang wajib dilakukan secara berkala, mengapa? untuk memberikan edukasi dan kesadaran akan pentingnya keselamatan.
5. Sistem peringatan: Pastikan terdapat sistem peringatan kebakaran atau keadaan darurat yang efisien, seperti alarm yang berfungsi dengan baik dan dapat didengar oleh semua orang di gedung.
6. Aksesibilitas untuk penyandang disabilitas: Pertimbangkan kebutuhan evakuasi bagi penyandang disabilitas dengan menyediakan fasilitas dan rencana evakuasi yang sesuai.
7. Perencanaan darurat: Gedung harus memiliki rencana evakuasi yang terperinci dan dapat diakses oleh semua penghuni. Perencanaan ini harus disusun dengan melibatkan pengelola gedung dan semua pihak terkait.
8. Perawatan dan pemeliharaan: Pastikan semua kelengkapan evakuasi seperti tangga darurat, pintu, dan peralatan pemadam kebakaran dalam kondisi baik dan rutin diperiksa.
Dapat disimpulkan bahwa, setiap penghuni gedung memiliki tanggung jawab yang sama ketika keadaan darurat terjadi. Kesadaran akan mematuhi aturan yang ada, serta memahami tata cara pelaksanaan prosedur evakuasi adalah kunci!
Manteppp lahhh ini.. Informatif bgt... Itung itung olahraga yaaa..
BalasHapusInformasi yang menarik lanjutkan....
BalasHapus