Desember Kering, Debu pun Tersapu Angin
Kata orang Jawa, Desember adalah musim hujan dengan intensitas yang tinggi. Faktanya, hingga pertengahan menjelang akhir, hujan masih jarang menyapa. Kalau pun ada, deras, hanya sebentar saja, tak tahan lama. Mendung, juga gampang perginya, seperti tak betah menggelayut di atas langit. Entah ini bagian dari global warming yang membuat cuaca galau tak karuan.
Orang dulu bilang, Desember itu gede-gedene sumber (red: besar-besarnya sumber air). Stok air melimpah ruah, terutama untuk kebutuhan bertani, sawah! Kebutuhan sawah akan air memang cukup tinggi, mengingat media tanamnya saja lempung atau lumpur. Hal ini yang membuat para petani memanfaatkan musim hujan untuk menggenjot produksi padi.
Namun, sekarang cuaca cukup sulit di prediksi. Desember kering, begitulah yang terjadi saat ini. Selama bulan ini, hujan mengguyur di Pandaan hanya bisa dihitung dengan jari. Kondisi ini semakin memperparah keadaan jalan di jalur tambang pasir di lereng Gunung Penanggungan, berdebu dan panasnya menyengat.
Jalur Kepulungan sampai arteri Porong, bergelombang parah. Bahkan beberapa titik jalan nampak berlubang. Meskipun sudah dilakukan pembetonan, lapisan aspal di atasnya kurang kokoh. Coba saja tengok jalan di raya Kejapanan, aspalnya pada "lumer" dan "berombak". Bisa dipastikan, pengguna roda dua yang paling dirugikan!
Apakah kondisi jalan seperti itu tak pernah ada perbaikan? Tidak! Justru sering diperbaiki, tapi ya kembali seperti itu lagi. Bukan tak beralasan jalur nasional penghubung Surabaya-Malang ini kerap kali rusak, truk super jumbo sering melintas di jalanan ini. Dump truk bermuatan pasir, ditambah kontainer yang enggan masuk tol alasannya.
Coba saja melintas di sana ketika jam sibuk telah lewat, sekitar jam setengah sembilan pagi, Anda akan sangat mudah menjumpai "monster" penghancur jalan! Jumlahnya bukan puluhan, jika ingin buktikan silahkan saja! Truk engkel dan dump truck silih berganti keluar masuk area tambang.
Entah bermula dari mana tambang pasir itu muncul, yang jelas "luka" mengangah di lereng Penanggungan itu cukup parah! Tak perlu survey mendekat untuk melihat langsung kondisinya, cukup jelas dilihat dengan mata telanjang dari kejauhan.
Lantas apa dampak lainnya disamping fasum (red: jalan raya) yang gampang rusak? Sumber polusi!
Ya, tentu saja debu akan sangat mudah beterbangan di udara dan menjelma menjadi polutan yang bisa berdampak pada kesehatan! Beruntung, ketika naskah ini saya buat, ada input yang luar biasa dari paparan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Lantas apa itu polusi udara? dan apa saja penyebab polusi udara?
Polusi udara adalah zat kimia atau partikel yang melayang di udara/ polutan. Polutan itu sendiri bisa berupa gas, partikel solid atau droplet cair yang melayang-layang. Pertama, polusi bisa disebabkan karena faktor alam atau alamiah. Misalnya gunung meletus dan kebakaran hutan.
Kedua, polusi disebabkan karena aktivitas manusia. Misalnya asap dari mesin produksi pabrik, kendaraan bermotor, pesawat terbang, pembakaran sampah, ahli hisab atau perokok! dan masih banyak lagi lainnya.
Kemudian apa sih dampak yang ditimbulkan oleh polusi udara? Tentu saja kesehatan masyarakat akan terganggu dengan adanya polusi ini. Berikut dampaknya:
1. Jangka pendek:
- Pneumonia
- Iritasi, meliputi mata, hidung dan kulit
- Sakit kepala, pusing dan mual
- Bau
2. Jangka panjang:
- Gangguan jantung, lung cancer, respiratory disease seperti emphysema
- Gangguan saraf, otak, ginjal, hati dan organ lain
- Cacat lahir
Dari sumber yang saya dapat dari BMKG, bagaimana dengan tingkat keparahan polusi ditinjau dari waktunya? Ternyata, polusi udara di malam hari itu masuk kategori "bad air" atau udara jelek/ buruk! Ternyata hal ini sejalan dengan saran dari dokter untuk tidak berolahraga di malam hari, apalagi sifatnya outdoor atau di luar ruangan. Apakah ini ada hubungannya dengan mistis? tentu tidak!😂
Begini penjelasan ilmiahnya:
Mengapa pada siang hari udara siang lebih "baik" daripada malam hari?
Disiang hari ada pemanasan yang disebabkan oleh cahaya sinar matahari. Hal ini akan berpengaruh pada dispersi polusi yang terjadi. Akibat pemanasan itu Planetary Boundary Layer (akr: PBL) atau lapisan batas atmosfer lebih tinggi. Tinggi PBL bisa mencapai 1,5 km dari permukaan tanah. Kencangnya angin di siang hari juga mendukung proses dispersi polutan karena ruang PBL yang luas tadi.
Bandingkan dengan kondisi cuaca di sore hari, berbanding terbalik! Karena tidak ada panas, maka pemuaian udara juga tidak terjadi. Sehingga PBL cenderung rendah, hanya setinggi gedung bertingkat (kurleb 100 meter) dari permukaan tanah. Angin yang bertiup pun tak sekencang di siang hari, sehingga dispersi polutan menjadi rendah. Sehingga kategori kualitas udara di malam hari termasuk "bad air"!
Polusi ternyata juga bisa disebabkan oleh angin loh! Hal ini menarik untuk dibahas, karena ternyata menurut BMKG, aktivitas manusia tak selalu berbanding lurus dengan tingkat polusi udara yang terjadi. Terbukti pada saat pandemi Covid, polusi yang terjadi tetap tinggi! Kok bisa? Angin muson!
Ya, pandemi resmi diumumkan di bulan Maret 2020 dan sebulan setelahnya adalah angin muson timur berhembus dari Australia dan mengarah ke Benua Asia melalui Indonesia. Angin ini terjadi pada periode April - Oktober, atau biasa di sebut angin kering atau kemarau. Hal ini sangat memungkinkan membawa polutan dari negara tetangga, Australia.
Berbeda dengan angin muson barat. Angin ini berhembus dari Benua Asia yang sedang mengalami musim dingin, mengarah ke Australia, tentunya melewati Indonesia. Faktor inilah yang menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan di bulan November sampai dengan Maret!
Pertanyaannya, mengapa hingga akhir bulan Desember, hujan yang terjadi intensitasnya sangat jarang? Perubahan iklim? Bisa saja!
Tanpa kita sadari, iklim berubah sangat cepat. Penggundulan hutan secara sporadis, memperparah keadaan. Hutan yang notabene menjadi paru-paru dunia, perlahan dibabat habis.
Manusia sedang menuju kepunahan? Entahlah. Hanya Tuhan yang tahu!
Credit photo: BMKG, air polution |
Komentar
Posting Komentar
Besongol.xyz