Kontestasi Boleh Memanas, tapi Otak Harus Tetap Waras

Pemilihan presiden atau Pilpres segera digelar, kurang dari tiga bulan, agenda lima tahunan ini segera menyapa seluruh rakyat dan anak bangsa. Tonggak kepemimpinan presiden Jokowi akan berakhir di tahun 2024, seiring terpilihnya Presiden Republik Indonesia yang baru. Tepatnya tanggal 20 Oktober 2024, negeri ini resmi memiliki pemimpin "anyar"

Perhelatan Pilpres tahun depan bertepatan dengan hari Rabu, tanggal 14 Februari 2024. Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) resmi diikuti oleh tiga pasangan calon. Dan nomor urut pun sudah diumumkan, tiga capres dan cawapres tersebut diantaranya:


Keenam nama tersebut tak asing ditelinga kita. Karena semua telah merasakan menjadi pejabat teras di negeri ini. Sebut saja Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto dan Mahfud MD, mereka berempat telah mencicipi posisi menteri di kabinet. Bahkan Prabowo dan Mahfud MD, sampai detik ini masih aktif menjabat sebagai menteri di Kabinet Indonesia Maju yang digawangi Presiden Joko Widodo.

Sementara Ganjar dan Gibran masing-masing menjabat Gubernur Jawa Tengah dan Walikota Solo. Keduanya sama-sama berasal dari Jawa Tengah dan sama-sama kader partai banteng. Kenapa bisa tidak berpasangan? Ya, karena beda kepentingan. 

Pilpres kali ini lebih "adem" karena ada pembeda, tidak "berkutub". Masa cebong kampret, radikal radikul juga sudah lewat. Pemilih sudah semakin cerdas untuk menentukan pilihannya. Trend Indonesia sejak format pemilihan langsung, dipimpin presiden dua periode, mentok, karena masa jabatan maksimal sepuluh tahun.

Drama menarik yang layak dicatat sebelum ketiga paslon ini resmi menjadi kandidat Capres dan Cawapres menurut penulis diantaranya:

1. Muhaimin Iskandar menjadi Cawapres Anies Baswedan. 

Arah politik memang sulit untuk ditebak, terlebih di negeri ini. Bongkar pasang Parpol pengusung Capres dan Cawapres begitu dinamis, bahkan sampai detik terakhir batas pendaftaran Capres dan Cawapres. Anies Baswedan dan Muhaimin (AMIN) tercatat menjadi pasangan pertama yang mendeklarasikan diri sebagai Capres dan Cawapres. Sedari awal, NasDem dan PKS menjadi partai yang "setia" terhadap Anies Baswedan.

Dengan Presidential Threshold minimal dua puluh persen, secara matematis mereka (Nasdem dan PKS) "tidak mampu" mengusung Capres. Namun, mereka tetap pede dengan persentase tersebut. Jika ditotal kedua parpol tersebut hanya memiliki suara 17,26 persen di parlemen. Artinya mereka harus berkoalisi dengan parpol lain yang memiliki suara di parlemen minimal empat persen, agar dapat mengusung Capres. 

Gayung pun bersambut. Partai Demokrat secara resmi bergabung ke koalisi Nasdem dan PKS. Mereka pun resmi mendeklarasikan koalisi tersebut sebagai Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPIP). Namun, penentuan Cawapres Anies belum jelas, siapa yang akan berpasangan dengan mantan menteri pendidikan itu. Mereka belum aklamasi menunjuk Bacawapres untuk Anies. Anies diberikan mandat penuh untuk menunjuk Cawapres pilihannya.

Namun, banyak diantara masyarakat dan pengamat politik yang secara eksplisit "menebak" Bacawapres Anies, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang tak lain Ketum Demokrat saat ini. Koalisi ini nyatanya tak bertahan lama! Deklarasi koalisi di bulan Maret 2023, dan resmi buyar di awal September 2023, seiring telah jelasnya Cawapres Anies!

Kejutan itu datang ketika PKB, secara resmi "masuk" di Koalisi Perubahan, setelah PD mencabut dukungan untuk Anies untuk menyeberang ke Koalisi Indonesia Maju. Dengan tambahan 9.69 persen suara di parlemen dari PKB, Koalisi Perubahan resmi mengusung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN). 

Drama keluarnya PD dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan ini beredar masif di media sosial. Ada foto yang tersebar berisi sikap politik partai berlambang mercy, yang melatarbelakangi mereka menarik dukungan untuk Anies. Semua itu berawal dari pertemuan parpol pengusung Anies dengan PKB, tanpa sepengetahuan Partai Demokrat. Mereka (red: PD) merasa "terkhianati" dengan pertemuan "diam-diam" tersebut. Ada kata-kata "mencederai" komitmen diantara anggota KPIP.

Suratnya sangat detail dan melankolis (menurut saya). Karena sampai pertemuan diantara keluarga pun tercatat dengan rapi dan runut 😁

Muhaimin Iskandar ini ibarat "kancil" dalam cerita dongeng. Cerdik dan cekatan. Terlahir dari konflik PKB, "dualisme" dan akhirnya menang!

2. Gibran "menyeberang" ke Prabowo

Kejutan berikutnya adalah Gibran, yang juga kader PDIP dan Walikota Solo aktif, berpindah haluan. Bukannya berpasangan dengan Ganjar, Gibran memutuskan berpasangan dengan Prabowo Subianto. 

Gibran yang menang di Pemilukada Walikota Solo dari PDIP, kini berpaling. Dari sini kita paham, bahwa politik itu tentang kepentingan! Serta visi dan misinya.

Jauh sebelum resmi menjadi Cawapres Prabowo, muncul gugatan ke Mahkamah Konstitusi tentang ambang batas usia Cawapres. Isu liar beredar di masyarakat! Kenapa gugatan itu muncul ketika batas pendaftaran calon presiden dan wakilnya diumumkan, lantas apa kepentingan gugatan tersebut?

Saat itu sedang hangat di rakernas PDIP, tentang Jokowi yang dianggap kacang lupa kulitnya. Dihadapan kader PDIP, sang Ketum menyindir bahwa presiden saat ini adalah berkat kerja keras partai kepala banteng dan kadernya. Sampai-sampai Jokowi yang turut hadir dalam acara itu, terlihat senyum kecut. Ya, memang secara de facto, Jokowi adalah kader PDIP. Dari Solo ke Jakarta untuk meng-Indonesia.

PDIP lupa bahwa dibelakang Jokowi ada relawan Projo. Saat ini bahkan menjadi salah satu jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju, Menkominfo, menggantikan menteri sebelumnya yang terjerat kasus korupsi BTS. Pos strategis telah berhasil didapat, ditengah pemanasan mesin demokrasi. Catur politik Jokowi patut diacungi jempol.

Posisi penting di negeri ini sudah terisi sahabatnya selama menjabat di Solo. Siapa Kasad TNI saat ini? Siapa Kapolri saat ini? Jokowi bukan politikus polos yang selalu nurut pada petinggi partainya.

Tengok saja, siapa ketua MK yang meloloskan ambang batas usia Cawapres di bawah 40 tahun?😅

Kontroversi ini tak lepas dari manuver sang pemimpin negeri, Jokowi😁

Layak dinantikan "atraksi" politik sang mantan Walikota Solo ini!

Bukan hanya Gibran saja yang sebenarnya yang berputar haluan mendukung Prabowo sebagai Capres. Ada politikus senior PDIP yang juga secara terang-terangan mendukung Menteri Pertahanan RI menjadi Calon Presiden, Budiman Sudjatmiko! Kader tulen, asli, ori PDIP ini secara tegas mendukung Prabowo! 

Pilihan politik mantan anggota DPR RI itu cukup membuat sang Ketum kebakaran jenggot, mengingat saat itu PDIP belum mendeklarasikan Calon Presiden yang bakal diusung oleh partai moncong putih. Alhasil, Budiman yang juga aktivis orde baru itu dipecat oleh PDIP. Sayangnya pasca pemberhentian itu, beliau tidak aktif lagi di media sosialnya. Terakhir kali cuitannya tertanggal 17 Agustus 2023, persis di Hari Kemerdekaan Indonesia!

Selebihnya tidak ada yang menarik, karena tidak ada drama!😅

Tulisan di atas hanya opini pribadi, ditulis ditengah hujan lebat yang sedang mengguyur Ibukota Jakarta! Salam pemilu damai.


Komentar

Posting Komentar

Besongol.xyz

Postingan populer dari blog ini

Namanya Abadi, tapi (tak) Dapat Ditinggali

Ranting Pena

[2nd Day] SILO Mentality, Growth or Fixed?