Muhasabah, Cermin dan Menasehati Diri Sendiri
Bersuka cita boleh, tapi jangan berlebihan. Merayakan pergantian tahun, juga boleh, tapi jangan lupa ber-muhasabah. Akhir tahun adalah momen yang pas untuk mengevaluasi diri sendiri dan mensyukuri atas semua nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita.
Muhasabah berasal dari bahasa Arab dari kata hasaba yuhasibuu, yang artinya memperhitungkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) muhasabah adalah introspeksi.
Bagaimana cara muhasabah yang ideal menurut Islam? Dan mengapa itu harus dilakukan?
1. Muhasabah dengan ilmu
Islam memang agama yang diturunkan dengan begitu sempurna. Jika dianalogikan, Islam itu ibarat orang kaya dan lagi raya, alias kaya raya. Orang kaya atau kata orang Jawa wong sugih, mapan!
Beda dengan orang kaya yang "pas-pasan" dan baru punya mobil. Seleranya baru Suzuki Katana atau Carry, dan memiliki mobil itu sudah puas dengan tampilan apa adanya alias standard. Kecenderungannya yang penting mobil bisa dipakai silaturahmi, nglencer dan muat banyak orang.
Kalau orang kaya raya, seleranya sudah beda, sangat detail. Misalkan saja membeli mobil harus merk tertentu dengan standard keamanan dan kenyamanan yang mumpuni. Tidak lagi berpikir yang penting mobil, bisa jalan dan bisa muat keluarga besar.
Seperti itu kira-kira wejangan Gus Baha yang membuat hati ini tersadar. Dawuh beliau memang sederhana dan selalu meng-analogi-kan sesuatu yang rumit menjadi mudah untuk dipahami. Ciri orang berilmu ya seperti itu.
Pun begitu dengan introspeksi diri, diperlukan ilmu, agar tujuan bisa tercapai dengan baik, sesuai dengan tuntunan agama, dan juga tidak menjadi orang yang angkuh. Karena ilmu tanpa agama itu buta, dan agama tanpa ilmu itu lumpuh.
Ibarat seorang individu yang secara fisik dan visualnya terlihat baik-baik saja secara kasat mata, tidak ada masalah. Namun bagaimana dengan kondisi organ dalam, seperti jantung, ginjal, hati, otak dan lain sebagainya? Apakah menjamin semuanya baik-baik saja? Belum tentu!
Supaya tahu kondisi kesehatan seseorang tidak cukup hanya dengan melihat kondisi fisiknya saja, harus dilakukan analisa lebih lanjut. Sebut saja tensimeter. Alat ini digunakan untuk mengetahui sistol dan diastol tekanan darah seseorang. Belum lagi cek darah, cek urin dan rontgen. Semua itu merupakan alat atau parameter untuk mengetahui secara keseluruhan kondisi tubuh individu.
Seperti itulah muhasabah, harus ada parameter atau alat ukurnya. Sehingga jelas untuk menilai diri sendiri, apakah sudah sesuai dengan cita-cita, atau hanya sekedar angan? Tetapkan tujuan, dan capailah tujuan itu. Aturan main? Serahkan pada agama dan kepercayaan Anda. Hasilnya? bertawakal-lah atau berserah diri.
2. Su'udzon pada diri sendiri
Berprasangka jelek terhadap diri sendiri adalah kunci untuk melakukan introspeksi. Menilai diri dari kekurangan tahun ini, untuk dijadikan bahan koreksi ditahun berikutnya adalah hal yang lumrah. Bahkan, introspeksi tak harus di akhir tahun, namun setiap hari!
Memperbaiki kualitas diri merupakan sunatullah bagi seorang muslim. Hal ini sesuai dengan nilai agama yang sangat jelas tertuang dalam Al-Qur'an.
Allah SWT berfirman dalam Surat Ar-Ra'd, ayat 11, إِنَّ اللهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Di sini jelas bahwa kehidupan ini dinamis, dan sangat cepat berubah. Namun satu hal yang perlu diingat, bahwa Tuhan selalu punya rencana terbaik untuk setiap umat-Nya. Tugas manusia hanya berikhtiar menurut kemampuan masing-masing dan tetap berpegang teguh pada "aturan main-Nya". Semoga tahun 2024, menjadi tahun yang penuh keberkahan dan kemaslahatan, aamiin ya rabbal alamin.
3. Jangan berpuas untuk beribadah
Manusia merupakan makhluk yang sempurna sekaligus lemah di hadapan Tuhan. Manusia diciptakan dari tanah, dan kembali ke tanah juga. Setinggi apapun pangkat dan derajat seseorang di dunia, semuanya tak berarti ketika tubuh ini ditanam kembali ke tanah.
Namun ada dua hal yang akan abadi hingga dibawa mati, ibadah dan amal kebajikan. Mengingat mati adalah wajib bagi seorang muslim, beribadah juga hal yang mutlak harus ditunaikan. Berpuas diri, termasuk dalam beribadah sama dengan membunuh diri sendiri secara perlahan. Jangan pernah menjauh dari Tuhan, karena Dia adalah Pencipta mu. Sebaik-baik penciptaan adalah mereka yang ingat dan tunduk pada Tuhannya.
Berpuas diri hanya akan membuat diri ini stuck, berhenti, tak beranjak, tidak bergerak, tidak berubah dan tidak akan sampai pada tujuan. Hasil hari ini, bisa jadi dari jerih payah kita puluhan tahun yang lalu. Rela ditempa sedemikian rupa, untuk membentuk individu seperti sekarang ini. Apakah cukup sampai di sini saja? Tentu tidak!
Terus berproses dan bertawakal, akan membuat kita terus belajar dari "kekalahan". Kalah bukan berarti pecundang bagi yang mau berusaha, tapi tapak menuju sukses. Bukan lompat seribu kali, atau lari secepat kilat, tapi berjalan sesuai rencana. Kadang cepat, kadang pelan, terkadang juga berlarian, itulah ritme.
Hidup itu ibarat musik. Setiap ketukannya mengalun indah. Tak perlu dominan satu sama lain, yang penting iramanya pas, sehingga menjadi harmoni. Ada gitar, ada piano, ada drum, ada pula seruling. Semua itu hanya instrumen, sedangkan memainkannya butuh ilmu, kekompakan, kerjasama agar terbentuk musik yang enak didengar.
Jika hidup ini untuk beribadah, maka jangan jengah dan setengah-setengah melakukannya, all out dan pasrah!
Cak Mamat, biru bajunya!
Belinya di Jakarta Pusat, Gondangdia
Selamat tahun baru semuanya!
Semoga kita selalu sehat dan bahagia
Komentar
Posting Komentar
Besongol.xyz