Meraup Cuan di Malam Tahun Baruan

Jakarta mulai rutin diguyur hujan, dari intensitas ringan hingga berat. Seminggu berturut-turut, hujan menghampiri, tak terkecuali kemarin, Minggu, 31 Desember 2023, malam tahun baru. Paginya langit sangat cerah, membiru. Namun, sekira pukul sepuluh, awan mendung mulai terkumpul dan terkonsentrasi di atas langit Jakarta.

Dari pantauan, mendung mulai menebal sekira pukul dua siang. Sisi selatan Jakarta terlihat begitu gelap, sementara dari utara lebih terlihat cerah berawan. Angin berhembus cukup kencang, namun hujan tak juga turun. Selang sejam kemudian, byyuuurrrrr...hujan turun dengan derasnya!

Durasinya juga lumayan lama, kurang lebih dua jam. Cukup untuk membuat cuaca malam tahun baru menjadi sendu. Hujan hampir merata di Jabotabek, prediksi BMKG tak meleset. Update cuaca di Google (weather.com) pun cukup presisi. Tingkat presipitasi Jaksel, dipenghujung tahun pukul 14:00 s.d 19:00, diangka 50-70%, artinya prediksi akan turun hujan cukup besar peluangnya.

Hujan pun meredah, jam menunjukkan pukul 18:30. Di Jakarta, car free night diadakan rutin setiap tahun. Rutenya sama dengan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (akr: HBKB), dari Bundaran Senayan hingga Patung Kuda. Titik panggung dan kantong parkir juga telah disediakan. 

Saya yang penasaran dengan perayaan malam tahun baru di ibukota, mencoba untuk menikmati keriuhan dan kemeriahannya, meskipun mendung masih menggelayut di atas langit Jakarta. Mencoba untuk tatag dan nekad dengan setengah hati. "Kalaupun gerimis, ya sudah, balik kanan wae", begitu gumam dalam hati.

Sepanjang jalan, saya amati dengan seksama. Melihat perbedaan malam tahun baru dengan malam-malam biasanya. Lalu lintas di Raya Fatmawati ke arah Sudirman terpantau mulai ramai, saat itu jarum jam di angka 19:30. 

Sempat melintas di RPTRA Sawo, kondisinya cukup lengang, tak seperti biasanya. Lapak pedagang kaki lima juga bisa dihitung dengan jari, kalaupun ada yang ramai, ya apalagi kalau bukan penjual jagung bakar! Di sisi utara Taman Sawo, ada tenda semi permanen yang cukup besar, lengkap dengan asap tebal membumbung tinggi.

Calon pembeli terlihat berjuang ditengah kepulan asap, pun begitu dengan penjualnya. Kursi memanjang di tata rapi dipinggir jalan, disitu pula konsumen mengantri, menunggu bakaran jagung manis pesanannya.

Menyisir hingga Pasar Cipete, kondisi lalin juga terpantau ramai. Mampir ke pentol cilok bumbu kacang langganan, hampir kecele, karena rombongnya tertutup terompet yang digantung memutar di payung. Berwarna-warni, hanya sepuluh ribu per biji. 

Sambil menyelam, minum air

Begitulah kira-kira yang saya amati dari pantauan di lapangan. Karena ternyata banyak diantara pedagang di Pasar Cipete yang biasa menjual sayur atau kebutuhan pokok lainnya, juga menjual pernak-pernik khas tahun baru!

Seperti pedagang sayur langganan saya. Lapak dagangannya cukup ramai di serbu pembeli. Sempat penasaran, motor pun melipir, dan berhenti sejenak di seberang kios, ada apakah gerangan hingga parkir motornya mengular? Bukan jagung, ternyata arangnya diserbu pembeli! 😅

Pedagang ayam dan ikan juga tak mau kalah cuan, mereka juga jualan petasan! Satu meja untuk jualan ayam, satu meja lainnya untuk menggelar petasan, sungguh pemandangan yang tak biasa. Akhir tahun tak melulu ngumpul dengan keluarga, tapi untuk mengambil kesempatan meraup cuan!

Lanjut ke Raya Fatmawati, lalin terlihat masih lengang. Tak butuh waktu lama untuk nyebrang. Hanya saja lalin dari Fatmawati arah Sudirman mulai padat. Banyak diantara pengendara roda empat memarkir kendaraan di badan jalan untuk membeli petasan. Beberapa lapak penjual petasan terlihat diantara SPBU hingga menjelang stasiun MRT Blok A. Di sinilah bisa dikatakan "pusat" nya pedagang petasan.

Tak hanya petasan, penjual terompet dan durian juga ada lho! Kalau laper? Ada puluhan penjual Roti Lauw yang mejeng di trotoar Blok A. Lengkap kan?

Motor terus saya laju ke arah Sudirman. Beberapa titik jalan masih terlihat tergenang, maklum hujan juga baru terang (red: redah). Keramaian berikutnya taramati ada di kawasan Plaza Blok M, M-Block, dan pelataran Taman Literasi Christina Martha Tiahahu sisi jalan raya. Mobil terparkir luber hingga di depan Gedung Kejaksaan Agung. 

Niat setengah hati saya pun diuji. Tepat di perempatan Asean, rintik gerimis mulai turun. Awalnya, saya kira percikan air dari kereta MRT yang sedang melintas di atas. Gas motor pun saya tarik kencang ketika lampu sudah menyala hijau. Sejurus kemudian, rintik air semakin banyak, hujan!

Balik kanan, pulang!

Karena niat setengah hati dan gumaman saya diijabah, jadilah saya balik kanan, pulang! Dari arah berlawanan, baik kendaraan roda dua dan empat mulai membeludak! Coba cek jam tangan, sudah diangka 21:09, ya pantas saja lalin mulai ramai. 

Sesampainya di daerah Blok M, hujan benar-benar berhenti! "Ah, memang ga diijinkan untuk nonton perayaan akhir tahun di CFN", gerutu dalam hati. 

Perut yang mulai dangdutan (bukan keroncongan ya!) mulai menghinggap. Menutup tahun dengan mie ayam adalah cara terbaik untuk terus belajar bahwa hidup ini anugerah yang layak untuk diperjuangkan! Ingat, hidup tak semudah membalikkan telapak tangan, ya ga sih?😂

Pentol cilok bumbu kacang dan mie ayam adalah kombinasi terhebat dipenghujung tahun! Sama-sama karbo, karena hidup perlu energi untuk tetap eksis dan energik! 

Mau jadi energi atau lemak? itu pilihan Anda, karena setiap makanan dan minuman yang kita konsumsi ibarat dua mata pisau, bisa jadi obat/ energi atau "racun"! Cara terbaik untuk menghargai makanan, ya kita manfaatkan energinya untuk beraktivitas dan beribadah!

Selamat tahun baru 2024! Keberkahan, keberlimpahan rejeki dan kebahagiaan semoga selalu tercurah untuk kita semua! aamiin








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Namanya Abadi, tapi (tak) Dapat Ditinggali

Ranting Pena

[2nd Day] SILO Mentality, Growth or Fixed?