[3rd day]™Menyusur Lembah Halimun Salak
Leweung Geledegan Ecolodge berada di Kawasan Lereng Gunung Salak. Selain menawarkan penginapan, mereka juga melayani paket wisata lainnya, salah satunya trekking. Di Jakarta, paket wisata "sehat" ini lagi booming alias nge-trend, lho! Maklum di sini yang tersedia hanya mall, gedung tinggi dan kemacetan. Tak ayal, kawasan Bogor selalu ramai ketika memasuki akhir pekan, terlebih ketika long weekend.
Hari ketiga di LGE merupakan penutup atau puncak dari seluruh rangkaian acara Workshop ITS Finance tahun 2024. Meskipun waktunya singkat, setidaknya kami dapat pengalaman serta pengetahuan baru di acara ini. Seperti pada umumnya penginapan/ hotel, kami harus check out dari LGE tepat di jam 12:00 WIB.
Rencananya trekking akan dimulai jam 07:30 dan perkiraan berakhir jam sebelas. Namun kantuk masih menghinggapi, semalam kami melanjutkan begadang sampai jam satu dini hari, mengapa hal itu terjadi? Karena kami tak mau rugi! 🤣
Usai gala dinner, beberapa dari kawan memutuskan untuk ngopi, di kompleks penginapan kami. Jarak antar kamar hanya dipisahkan jalan dan taman di tengahnya dan saling berhadapan. Nama blok rombongan kami berada di gugusan Randu, sedangkan untuk bapak-bapak dan mas-mas gaul penghisap asap rokok, terpisah dari rombongan, berada di blok Kenari, dan letaknya itu diujung LGE, berbatasan dengan tembok pemisah dengan kampung! Terasing tapi cocok untuk penghilang pusing! 😅
Berada di pojokan dan paling ujung, membuat kami leluasa untuk berkreasi. Dua hari kamar pojokan menjadi "markas" ber-happy-happy 😅
Pagi hari adalah waktu yang pas untuk menikmati udara dan hawa sejuk Lereng Gunung Salak. Cuaca juga cukup cerah hari ini. Tampak bias sinar mentari berpendar menerobos diantara daun dan ranting pepohonan. Semakin sempurna dengan nyanyian alam dari kandang Aviari.
Rumput terlihat basah tersapu embun. Netra takkan jera dengan suguhan alam yang indah. Asap kabut masih enggan untuk pergi, sepertinya dia lagi asyik menikmati pagi. Tetesan air dari ujung daun tiada henti menghujam ke bumi, sembari mencoba menyapa kami, satu dua tetes berhasil membasahi baju ini. Halimun!!!
Seperti biasanya, kami mengawali pagi dengan sarapan. Bedanya hari ini hanya ada di porsi!!! Trekking adalah olahraga yang membutuhkan tenaga ekstra, karena selain jalanannya yang menanjak, trek yang akan kami lewati cukup menantang, katanya 😅
Hampir semua menu makanan yang dihidangkan, kami santap! Dengan harapan, energi kami berkali lipat. Nasi goreng, mie goreng, telor mata sapi lengkap dengan sosis mininya dan ditambah bubur ayam menjadi sajian pagi ini dan sekaligus menu pamungkas di LGE. Penutupnya sedikit cake, buah dan segelas kopi hitam, duh nikmat! Thanks God 😎
Sesaat kemudian sarapan pagi ini kami akhiri, dan rombongan pun bersiap diri berkumpul di lapangan tempat kami BBQ Time di hari pertama.
Jam sudah menunjukkan pukul 07:30, seluruh peserta workshop sudah stand by di lapangan. Rombongan dibagi menjadi 5 grup, satu grup terdiri kurang lebih sepuluh orang. Satu kelompok, akan didampingi satu guide selama perjalanan.
Sebelum mengawali agenda trekking hari ini, kami terlebih dahulu berdoa bersama, agar petualangan kami hari ini berjalan sesuai rencana dan tak ada halangan. Salah satu ikhtiarnya, kami melakukan stretching, tujuannya agar tak ada cedera ketika di tengah perjalanan. Sekitar sepuluh menit melemaskan otot-otot, lanjut briefing singkat oleh pemandu acara.
Tepat pukul 07:45 rombongan pun diberangkatkan!
Keberangkatan rombongan disesuaikan nomor urut grup dengan satu pendamping selama perjalanan. Kebetulan saya berada di grup dua bersama sembilan kawan lainnya. Perjalanan pun dimulai, kami sudah berada dibarisan paling depan, sementara grup satu tercecer karena anggotanya harus mampir dulu ke bilik air 😅
Baru juga keluar dari pintu belakang LGE, kami sudah dihadapkan pada jalanan menanjak! Untuk akses jalan sudah dibeton. Tingkat gradien bisa mencapai 45-60 derajat, dengan panjang lintasan kurang lebih tiga ratus meteran. Namun tantangan ini terasa ringan, karena di sisi kanan dan kiri kami mendapati rombongan pohon pisang, alpukat dan durian lengkap dengan buahnya bergelantungan dengan anggun di dahan! Belum lagi di sisi kanan jalan, ada sumber air yang begitu bening mengalir dengan derasnya.
First challenge done! Kami berhasil melewati tantangan pertama. Guide mengarahkan kami ke kanan untuk bersiap menghadapi trek yang lagi-lagi menanjak! Kali ini cukup panjang guys, hampir dua kilo, gokil! Dari kejauhan, ada bangunan cukup megah yang berdiri ditengah padang rumput dan perkebunan, tepatnya di sisi kiri arah ke Kujang Raider. Jalannya sudah mulus dibetonisasi, namun kurang lebar. Usut punya usut, ternyata bangunan mewah ini adalah villa-nya mantan Presiden Soeharto!
Tampaknya perluasan jalan akan dilakukan di area ini, terlihat bekas pohon yang ditebang, masih menyisakan akarnya. Kawasan villa Pak Harto ini luasnya mencapai 80 hektar lho! Rencananya akan dibangun resort mewah, lengkap dengan lapangan golf dan water boom, wow! Tempatnya memang strategis, dengan view yang masih kinyis-kinyis 😄
Tak heran tempat ini menjadi spot pertama kali kami untuk ber-swa foto! Tentu saja dengan latar belakang "istana" mantan presiden kedua RI, mantab! Tak lupa kami memohon ijin ke tuan rumah. Kebetulan villa ini ada penjaganya guys, saat kami melintas ada bapak-bapak tua yang sedang berjaga, dan juga gardener yang juga terlihat mulai menua, bisa jadi beliau-beliau ini "abdi dalem"-nya Pak Harto (gumam dalam hati saya) 😅
Sepanjang kami melintas, hanya hehijauan rumput dan pepohonan. Ada satu titik yang menjadi perhatian saya, ada gundukan pasir yang teronggok di sisi kanan jalan. Ditambah dengan bangunan yang atapnya mulai runtuh, namun terlihat ada aktivitasnya. Satu mobil elsapek dan beberapa motor terparkir di situ. Ada kubangan air dan batu kerikil menggunung di sampingnya. "Ini pasti tempat tambang pasir" dalam hati berkata.
Rasa penasaran saya akhirnya terjawab. Dikawasan ini dulunya ada tempat tambang pasir illegal. Beberapa kali dibubarkan oleh petugas, namun tak berhasil. Akhirnya warga sekitar yang turun tangan ngelurug tempat tambang ini. Bukan tak beralasan, jalan disekitar mudah rusak dan berdebu, belum lagi kawasan ini adalah salah satu cagar alam yang dilindungi.
Setiap sudut patut dicermati. Maklum, kawasan ini baru kami singgahi, banyak hal yang ingin kami eksplore, termasuk sejarah kelam yang pernah menimpa dunia penerbangan nusantara, jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 (SSJ-100) yang menabrak tebing di kawasan Gunung Salak. Joy flight saat itu dalam rangkaian pengenalan pesawat komersial oleh Sukhoi di Asia, nahasnya pesawat yang ditumpangi 50 orang itu tak kembali lagi ke Bandara Halim Perdanakusuma di penerbangan kedua. Dan seluruh penumpang dan awak kabin dinyatakan meninggal akibat tragedi ini.
Menurut guide tour kami, Gunung Salak memiliki dua puncak, puncak satu dan puncak dua. Nah, pagi ini, rombongan kami akan menuju ke Bumi Perkemahan, Kujang Raider, yang berada di lereng puncak satu Gunung Salak. Masih kata si Akang, menurut warga sekitar, puncak dua Gunung Salak menjadi area yang penuh mistis. Banyak cerita turun temurun tentang keangkeran di sini. Tak pelak, tragedi SSJ-100 ini kerap dihubungkan dengan hal ikhwal mitos Gunung Salak. Bahkan sejak tragedi itu, seluruh rute penerbangan dilarang melintas di atas kawasan Gunung Salak.
Udara sejuk vs keringat
Tak terasa kami hampir tiba di pos pemberhentian satu. Sepertinya informasi yang di sampaikan guide tour kami bukan isapan jempol belaka, proyek wisata water boom dan lapangan golf sudah berjalan saat ini. Bahkan beberapa titik sudah mulai terlihat hijau, khas lapangan golf. Bahan baku pasir juga terlihat melimpah. Bahkan treatment dan penanaman rumput bisa langsung kami saksikan dari balik pagar.
Eskavator dan alat berat juga seperti sedang menggali, entah untuk danau buatan ataupun arena bermain air. Cukup dalam dan air dikubangannya pun dimanfaatkan untuk menyiram rerumputan. Dan kami pun sampai di pos satu. Hawa sejuk semakin terasa, udara pegunungan yang lembab membuat badan kami terasa sejuk, meskipun keringat mengucur deras. Baju yang kami kenakan penuh peluh, hingga mirip orang mandi hujan 😂
Jika beruntung, kami bisa menemui sekawanan monyet, kata "Pak First Aid". Ya, selama perjalanan, kami "dibuntuti" oleh Bapak ini. Sayangnya lupa bertanya nama beliau. Dari ciri fisik bisa kami tebak usia beliau sudah tak muda lagi, karena anaknya sudah tamat sekolah ha.ha.ha. Tugas beliau cukup mudah, bawa motor Honda Supra dan membonceng rombongan yang menyerah karena tak kuat dengan medan yang memang waaaaahhh
Ditanjakan villa saja sudah dapat satu penumpang. Terlihat memaksakan sejak tanjakan pertama keluar LGE, Annis akhirnya memutuskan naik motor hingga garis finish. Tak perlu khawatir dengan air minum, satu motor lagi sebagai pengumpan minum dan "pengangkut sampah" botol. Berwisata boleh, tapi jangan meninggalkan sampah!
Puas beristirahat dan foto bersama di pos satu, rombongan trekking melanjutkan perjalanan. Kali ini mencoba melewati jalur anti mainstream alias shortcut. Jalur ini menerobos masuk melalui hutan! Shortcut1 ini treknya cukup panjang, namun tidak terlalu menanjak. Tantangannya adalah medan yang licin, nyamuk, pohon tumbang dan berduri! Kami harus waspada dengan kondisi ini.
Hutan di sini masih cukup terjaga keasriannya. Pohon ukuran raksasa cukup mudah dijumpai. Suara hewan pegunungan kencang terdengar, sementara kami harus berjibaku dengan keadaan. Membuat kami heran adalah jalanan nya becek, padahal dua hari di LGE tak ada hujan, vegetasi alam memang andalan. Air hujan aja mampu disimpan, apalagi kalian, mesti dimanjakan! Dengan kemolekan alam 😁
Ditengah hutan pun kami menyempatkan berfoto, demi apa coba? Demi konten! 🤭
Lepas shortcut1 kami lanjut ke shortcut2. Namun sebelum eksplore shortcut2, rombongan trekking sedikit di briefing sambil menunggu teman-teman lain yang tengah berjuang sampai di pos dua. Di shortcut2 ini jalurnya cukup ekstrem meskipun jaraknya lebih pendek dibanding shortcut1. Tanjakannya lebih menantang! Akhirnya karena pertimbangan keselamatan , beberapa teman memutuskan untuk mengambil jalur reguler alias jalan raya.
Faktanya beberapa kawan mulai kewalahan dengan medan Salak Halimun. Terpantau tiga teman dibonceng motor rescue secara bergantian. Mereka akan di drop disetiap pos pemberhentian, dan jadilah mereka bulan-bulanan! 😆
Benar saja, shortcut2 jelas menantang!
Baru saja jalan, kami sudah dihadapkan medan yang sulit. Kami harus naik dengan berpegangan dahan pohon, jika tidak, dijamin terperanjat! Karena kondisi lintasan yang cukup ekstrim, kecepatan pun disesuaikan. Di track ini kami dituntut untuk bahu membahu saling bergandengan tangan untuk lolos dari rintangan. Pohon tumbang dan tumbuhan berduri cukup mudah dijumpai.
Kemiringan bisa sampai lima puluh sampai enam puluh derajat. Kehati-hatian dan kewaspadaan kami meningkat seiring beberapa teman sempat terpeleset. Sepatu dan aksesoris mumpuni diperlukan di medan kali ini. Jangan memakai sandal atau sepatu yang didesain bukan untuk trekking, berbahaya! Bebatuan dan tanah berlumpur cukup menyulitkan, namun tantangan ini harus diselesaikan! Tampak teman-teman cewek mulai menghela nafas panjang, seolah pasrah dengan keadaan.
Bahkan rombongan kami memanfaatkan patahan dahan untuk membantu teman yang mulai kerepotan. Cara kerjanya sederhana, salah satu tangan tinggal berpegangan erat ke satu sisi dahan, dan sisi lainnya ditarik rescuer. Stamina, kerjasama dan konsentrasi sangat dibutuhkan di shortcut2 ini.
Bahkan diujung shortcut2 ini ending-nya juga mengesankan, curam! Ciwi-ciwi auto butuh bantuan. Tercatat dua kali tanjakan sebelum mengakhiri trek dua ini! Dan kami pun bisa menyelesaikan misinya!
Lepas shortcut2 ini rombongan berhenti cukup lama untuk menghela nafas dan menyiapkan energi lanjut ke shortcut3. Kata Mbak dan Mas Guide, dalam sehari, mereka bisa sampai tiga kali PP untuk mendampingi pengunjung untuk trekking! Hmmmmm..pantes saja pada ramping dan slim semua Mbak dan Mas-nya 😀
Shortcut3 adalah petualangan seru terakhir sebelum akhirnya sampai di Bumi Perkemahan Sukamantri. Di shortcut3 ini, mirip dengan shortcut1, yang membedakan hanya jaraknya, lebih pendek. Total tiga shortcut yang harus dilalui untuk mencapai BuPerSu (akr: Bumi Perkemahan Sukamantri).
Begitu nengok ke kiri, plakat selamat datang menyambut kami. Di kanan jalan, ada spot foto yang lumayan luas, bisa untuk rame-rame. Sejurus kemudian rombongan kami berkumpul dan ber-yel-yel ria (udah mirip abege gitu). Meskipun keringat belum kering, setidaknya rasa lelah ini terbayar dengan pemandangan alam yang ciamik.
Monyet yang diceritakan sama Bapak Rescue itu akhirnya muncul juga. Mereka berkelompok dan berkumpul disalah satu pohon pinus yang persis berada di samping warung. Dibeberapa titik, dipasang papan pengumuman yang berisi himbauan untuk tidak memberikan makan ke monyet, tujuannya tak lain agar mereka tak terusik dengan kedatangan manusia.
Saya amati kera-kera itu turun bergantian, tampaknya mereka memungut sisa makanan yang ada di tanah. Mereka tak mendekat ke pengunjung, bahkan ada yang asyik "petan" bergantian. Aku yang memperhatikan gerak gerik mereka terasa geli, mirip manusia, hanya saja mereka berekor dan berbulu, tak salah memang, kalau kera adalah saudara tua manusia 🤣
Masih di Kawasan BuPerSu, spot selfie berikutnya berada di bawah, berdekatan dengan tenda siswa yang sedang PerSaMi alias Perkemahan Sabtu Minggu. Bentuknya mirip spot pada umumnya, luasnya sekira 30 meter persegi, dengan tiang penyangga dibeberapa sisi. Lantainya dari kayu, sementara handle stainless mengitari sesuai bentuk geladak, tujuannya tak lain untuk keamanan, kenyamanan dan keselamatan pengunjung.
Dari momen trekking pagi ini, berikut kesimpulannya (menurut saya 😄):
Jalan menanjak bukan berarti menyiksa, tapi akan ada sesuatu yang indah di puncaknya!!!
Tanjakan bukanlah tujuan, tapi langkah untuk mencapai puncak!
Tanjakan itu memang menguras tenaga, tapi yakinlah energimu akan kembali pulih ketika sampai di puncak!
Puncak bukanlah tujuan, tapi buah dari kerja kerasmu menaklukkan tanjakan!
Yang dibutuhkan hanyalah komitmen untuk terus berjalan di tengah tanjakan, bukan berhenti, atau justru sebaliknya, menyerah.
Tak perlu berlari kencang ketika menanjak, cukup atur ritme langkahmu, kau pasti bisa sampai di puncak!
Jika jalan menanjak adalah rintangan yang gagal ditaklukkan, maka puncak bukanlah fatamorgana, jika kau mau bangkit untuk mencobanya kembali.
ono fhoto di sini
BalasHapusAda dongs
BalasHapus