Mudik 2024, Asyik!

Momen lebaran memang telah usai, namun tidak dengan cerita mudik saya. Tak ada yang terlambat untuk ditulis, tapi mencoba mengingat setiap detik perjalanan dan berbagi pengalaman! Ya, lebaran kali ini, 2024, cuber-nya (red: cuti bersama) cukup panjang, mengapa? Karena lebaran jatuh pada hari Selasa, 10 April 2024. Sesuai aturan pemerintah, cuber dimulai H-2 lebaran, hingga H+2 lebaran. Artinya, mulai tanggal 06 April hingga 16 April adalah hari libur lebaran secara nasional! Sebelas hari, lurs!  

Belum lagi bagi pekerja rantau seperti saya, "nambah" cuti adalah hal yang lumrah, mengingat selama setahun penuh, berjibaku dengan waktu dan pekerjaan. Kalau pun ambil perlop, hanya sesekali, itupun kalau ada acara penting yang tak bisa dilewatkan. Jadi sisa cuti setahun, masih bejibun. Lumayan buat melepas rindu kampung halaman yang sudah di ubun-ubun. 

Tiket bus jauh-jauh hari sudah dipesan, dengan harapan bisa mudik dengan hati tenang dan riang. Meskipun moda transportasi banyak pilihan, tapi Tayo tetap jadi andalan! Bukan rahasia umum, bus jurusan Jakarta-Malang atau sebaliknya, kini menjadi "magnet" dan daya pikat bagi perusahaan organda untuk bersaing menawarkan armada "premium". 

Banyak "pemain baru" yang merambah rute primadona ini. Tentu saja yang diuntungkan ya pengguna jasanya. Selain banyak pilihan, harga juga akan berpengaruh, mengingat fasilitas yang ditawarkan tak jauh berbeda! Harga bersaing, begitulah istilahnya. Terbaru Cititrans yang notabene bagian dari Bluebird juga menjajal peruntungan rute Jakarta-Malang. Semakin seru bukan?! 

Lebaran kali ini adalah perjalanan perdana saya mudik pulang kampung menggunakan bus AKAP (akr: Antar Kota Antar Provinsi). Termasuk menjajal tarif bus harga "selangit", maklum momennya setahun sekali, dan PO juga pingin merasakan THR juga! Betul apa betul? 😅

Harga tiket mudik dipasang di harga dua kali lipat dari harga normal, alias naik hingga seratus persen! Tak ada yang luput, semua  jalur,  dari jalur darat, laut dan udara kompak menyesuaikan harga. 

Kali ini saya mencoba keberangkatan pagi bersama Gunung Harta Trans Solution alias GHTS via terminal Pondok Pinang. Dari tiket tercantum jam keberangkatan bus dijadwalkan pukul 06:30. Namun, penumpang wajib hadir dan stand by di terminal tiga puluh menit sebelum jam keberangkatan, artinya jam enam pagi sudah siap di terminal! Waktu yang masih cukup pagi untuk daerah Jakarta dsk. 

Bertepatan dengan hari Jum'at tanggal 06 April 2024, saya menjadi musafir, bukan pergi ke barat melainkan ke timur, menuju provinsi paling timur di Pulau Jawa. Barang bawaan mudik sudah siap, dan yang tak kalah penting, beberes rumah sebelum ditinggal hampir dua minggu 😂

Checking colokan listrik, lampu dan peralatan elektronik lainnya sangat penting, jika dirasa tidak perlu, cabut saja, hitung-hitung hemat energi dan safety! Pastikan kompor dan tabung gas dalam posisi off. Itulah pesan-pesan dari sponsor yang saya terima sebelum pulkam 😁

Dan beruntungnya pagi itu layanan online cukup susah, terutama armada mobil. Tentengan satu koper, satu tas punggung dan satu kardus untuk oleh-oleh cukup membuat kerepotan. Hampir dua puluh menitan, omprengan online belum saya dapatkan, meskipun mencoba untuk mencari si Biru pun tak nyangkut. Apakah Jakarta sudah mulai ditinggalkan kaum rantau? Bisa jadi! 

Jaket hijau yang biasa mudah dijumpai, kali ini tidak. Hampir setengah jam berusaha tak kunjung nyangkut! Daripada hilang cetio, lebih baik putar haluan, roda dua, pikirku. Cancel saja lah pesanan roda empat. Bergegas ku ganti pilihan, tak lama berselang pesanan saya pun nyangkut, Alhamdulillah! 

Dari maps perkiraan order saya sampai sekitar sepuluh menit, dengan jarak kurleb lima kilometer-an, lumayanlah, gumamku. Abang ojek pun langsung saya chattting untuk mempercepat lajunya. "Pak, minta tolong agak cepat ya, saya khawatir ketinggalan bus", begitu pesan saya ke Bang Driver. 

Waktu berlalu hingga lima menit, Pak Ojek belum juga mendekat. Sekali lagi saya kirim pesan ke beliau untuk sedikit ngebut. Ada hasil sih, namun sepertinya beliau bingung dengan titik jemputnya 😂

Coba ku pantau dari maps, sepertinya beliau sudah melewati titik jemput yang saya tentukan. Semakin menjauh! Waktu sudah bergulir sepuluh menit, namun ojek tak kunjung datang. "Tenang, tak usah gusar, pasti nanti sampai di terminal PonPin pas waktunya" begitu kata hati saya. Tahan emosi! Puasa 😄

Dan benar saja, posisi bapak ojek ada diseberang jalan, tampaknya beliau sadar titik jemputnya terlewat jauh, hampir satu kilometer. Begitu sadar posisi penumpangnya di seberang jalan, beliau langsung tancap gassssss...

"Nyasar ya Pak?" saya membuka pembicaraan. "Iya Mas, saya fokus nyari kios martabak Pecenongan, sesuai info Mas" timpal beliau. FYI guys, ternyata driver pengantar saya ke terminal ini adalah bapak-bapak yang tak lagi muda. Dengan barang angkutan yang tak sedikit, membuat kami kerepotan. Mulanya koper coba diangkut di depan, ternyata tidak muat. Akhirnya kardus saja yang bisa di taruh di depan kemudi. Koper dan tas punggung cukup menjadi beban saya, menahan berat hingga terminal. 

Melihat Bapaknya cukup kerepotan dan barang bawaan yang tak sedikit, terbesit dalam hati untuk memberi lebih. Anggap saja tumpangan saya ini mobil, jadi sisanya saya "bayar" cash. Jasanya sendiri saya bayar pakai uang e wallet. 

Lalin sedikit lengang tak seperti biasanya, semalam hujan turun, membuat penghuni ibukota enggan beranjak dari rumah di pagi buta. Sisa hujan masih terasa sejuk, bahkan tetesan air hujan masih tampak di Raya TB Simatupang. Genangan air juga masih menghias bahu jalan. 

Laju kendaraan bermotor tak terlalu kencang karena menanggung berat segaban. Namun ku mencoba tenang sambil menahan rasa ngilu di kaki dan punggung. Koper dan tas punggung menempel di badan, ah biarkan, yang penting lanjut terus perjalanan. 

Sambil memotivasi diri sendiri agar bisa berjuang dengan keadaan yang tak mudah 😅
Penderitaan ini hanya lima belas menitan! Faktanya memang jarak dari rumah ke terminal tak jauh, sekitar enam kilometer, ditunjang dengan kondisi lalin yang lengang, syukuran! 

Selama perjalanan menuju terminal hanya di jalan bergelombang saja yang begitu terasa beban berat. Betapa tidak, koper di pangkuan dan tas ransel di punggung, bisa dibayangkan kan?! Beberapa kali terkejut dengan jalan berlubang dan bergelombang, untung ini Jaksel, jadi tak terlalu banyak "gelombang ujian"😆

Detik dan menit berlalu

Kami pun sampai di Terminal Pasar Jumat tepat pukul 06:45. Pool bus sangat meriah! Bahkan penumpang dan armada sampai luber ke jalanan. Provinsi dengan tingkat kepadatan nomor satu di negeri ini, membuat momen tertentu ada titik keramaian yang luar biasa, tak terkecuali di terminal bayangan Lebak Bulus. 

Tenda bahkan didirikan untuk calon penumpang. Dari informasi yang saya dapat, hari itu bersamaan dengan momen mudik gratis yang diadakan oleh salah satu perusahaan plat merah! Wajar saja masyarakat berduyun-duyun dan rela antri panjang demi pulang kampung gratisan. 

Syukurlah bus yang saya tumpangi belum datang. Bergegas check in ke loket untuk memastikan kedatangan saya pagi itu. Ditengah pesatnya teknologi, GHTS ini memiliki aplikasi yang cukup mumpuni. Mereka bisa melacak posisi armadanya secara real time dari handphone. Jadi mereka bisa memberikan estimasi waktu kedatangan bus di lokasi. Beruntung saya bisa melihat sekilas aplikasinya 😁

Perkiraan kedatangan bus yang membawa saya ke Kota Dingin Malang, jam 07:15 maksimal 07:30. Sambil menunggu kedatangan "jemputan", saya mencoba mengabadikan momen tahunan ini melalui smartphone. Keriuhan memang sangat terasa pagi itu di terminal, berbeda dengan kondisi lalin yang lengang. 

Jasa tukar uang bersaing ketat dengan pengamen yang tak ada hentinya. Belum lagi pedagang asongan dan makelar tiket berkeliaran. Pengeras suara juga tak kalah heboh, mengatur kendaraan yang keluar masuk terminal. Petugas berseragam Dishub juga dengan ramah menegur calon penumpang yang tak tertib. 

Barang bawaan calon penumpang mirip orang pindahan rumah. Bisa sampai 4 kardus surya! Benar-benar pulang kampung yang sesungguhnya! 😂

Jika sepuluh tahun yang lalu saya adalah penonton live report mudik, kali ini saya satu diantara jutaan orang Indonesia yang berjuang untuk Mulih Disik atau mudik. 

Setiap tahun eksklusif report selalu ditayangkan seluruh televisi nasional, untuk memberikan informasi update mengenai kondisi traffic, entah itu jalur toll maupun non toll. Tak lain adalah untuk memberikan gambaran kepada semua calon pemudik. Masih segar diingatan, tragedi Brexit yang merenggut puluhan nyawa akibat kelelahan. Saat itu saya memantau berita dari Kantor Pajak di wilayah Pasuruan. Betapa ngerinya kondisi pada saat itu. Momen yang seharusnya bahagia berubah menjadi duka. 

Belajar dari pengalaman pahit tersebut, akhirnya Dishub dan Polisi berkolaborasi untuk menciptakan kondisi mudik yang aman dan nyaman. Sejak saat itu, one way di jalur toll diberlakukan. Salah satunya yang menikmati mudik yang aman dan nyaman, ya saya. Tanggal 06 April 2024, one way ke arah timur diberlakukan. Terhitung dari gate Cikampek sampai dengan gerbang tol Kalikangkung, kendaraan bisa memanfaatkan jalur kiri dan kanan. 

Bukan berarti tidak ada kemacetan sama sekali, masuk gate tol Cikampek, antriannya cukup panjang. Berangkat dari Jakarta sekitar pukul 07:15, sampai di rest area 101B Cipali, Subang, Jawa Barat  jam 11:30. 

Oia, saya cukup beruntung bisa menjajal bus special edition dari GHTS ini. Bus double decker warna biru ini termasuk limited loh! Ya, bus ini release, khusus untuk memperingati ulang tahun GHTS yang ke 50 tahun! Wow keren! Pada body belakang terpampang jelas tulisan yang cukup jelas " Anniversary Edition 50" dengan angka lima pulihnya berwarna kuning keemasan alias ulang tahun emas!

Meskipun dalam kondisi berpuasa, GHTS tetap memberikan service makan dan snack. Sedari awal saya mencoba bertahan di tengah godaan makanan dan minuman yang berseliweran. Di depan kursi saya bersandar, ada kopi dan pop mie gratis 🙃

Di rest area sudah disiapkan bungkusan paket nasi untuk penumpang yang sedang menjalankan ibadah puasa. Jadi tak perlu kepikiran waktu bukanya 😄

Sepanjang perjalanan beberapa titik sempat tersendat. Bukan ada truk mogok atau kecelakaan, tapi beberapa rombongan pemudik berhenti di rest area "dadakan". Sekilas di kanan dan kiri jalan tol, memang ada pedagang yang mengais rejeki dari pemudik. Ada yang berjualan makanan dan minuman, ada juga yang menjajakan hasil pertanian, ubi dan singkong. Sayangnya lupa untuk mengabadikan momen tahunan ini.

Karena tidur adalah bagian dari ibadah, maka dalam perjalanan mudik saat itu, saya banyak bermimpi 🤣

Momen berbuka di tengah perjalanan juga sangat spesial. Menahan lapar dari pagi hingga Magrib dalam perjalanan adalah hal yang menantang. Ditambah dinginnya AC bus saat itu brrrrrrrr.....menambah lapar!

Handphone salah satu penumpang tiba-tiba mengumandangkan adzan. Namun kami tak buru-buru berbuka, siapa tahu GPS nya belum update 😋

Untuk memvalidasinya saya berusaha membuka google maps, sudah sampai mana gerangan kami ini? Ternyata kami hampir sampai gerbang tol Kalikangkung, Kendal, Jawa Tengah. Langkah berikutnya, ketik "Magrib daerah Kendal" di hape. Dan benar saja, waktu Magrib sudah tiba.

Snack pun muncul dari persembunyian! Kami segera membatalkan puasa dan berbuka bersama penumpang lainnya. Setelah bertabayyun satu sama lain. Makanan ringan pun kami sikat tak bersisa, namun ada juga yang langsung lahap makan besar alias nasi bungkus dari rest area siang tadi. 

Nah di sinilah ujian itu dimulai! Perut kenyang, lalu lintas tak jalan! Terhitung dari gerbang tol Kalikangkung hingga Banyumanik antrian kekendaraan mulai terasa. Beberapa pemudik bahkan nekad menghentikan kendaraan untuk beristirahat. Kondisi yang tak ideal ini, diperparah dengan kondisi lanskap Semarang yang naik turun.

Sayangnya kondisinya sudah gelap. Pemandangan di sekitar situ sebenarnya cukup bagus. Dengan latar belakang gunung dan hutan, sejuk! Rest area nya juga luber, maklum memang keren sih. Fasum nya cukup lengkap dan hawanya segar pula, komplit kan?

Lepas gate Banyumanik lalu lintas lancar terkendali hingga Surabaya! Syukurlah, Alhamdulillah.....

Mudik asyik 2024

#mudik #mulihdisik #pulkam #pulangkampung #mudik2024 #ceritamudik #berbagicerita

Kondisi penumpang H-5 lebaran 2024 di Terminal Pasar Jumat, Jakarta



Hiruk pikuk pemudik 06 April 2024




Foto istimewa: Anniversary Edition 50th Years, GHTS






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Namanya Abadi, tapi (tak) Dapat Ditinggali

Ranting Pena

[2nd Day] SILO Mentality, Growth or Fixed?