Andai ku Beranikan Diri
Sepi dan hening, suasana kantor pagi itu. Bahkan ketika aku datang, saklar yang berada persis di sebelah kiri pintu masuk tampak belum posisi on , temaram. Sinar matahari belum terlihat sempurna, gorden warna putih tulang itu menutup kaca-kaca di sekeliling ruang kantor. Kaca yang multifungsi, sebagai tembok transparan, yang bisa saja aku memandang dengan leluasa suasana di luaran sana. "Selamat pagi, Mas" tiba-tiba suara lirih terdengar. "Hallo, selamat pagi juga, Mbak" sahutku sambil menoleh mencari asal muasal suara. Rima datang sepagi ini, gumamku dalam hati. Ada apa gerangan sehingga dia rela datang ke kantor ketika sinar matahari belum terlihat. Tanpa menghela nafas, aku kembali melempar tanya, "Tumbenan datang sepagi ini, Mbak?" Sembari melepas jaket kulit warna coklat, dia rupanya tak mendengar percakapanku. Tangannya begitu cekatan, melakukan pekerjaan secara bersamaan, menaruh tas dan bersiap menyalakan laptop yang sudah di hadapannya. Wajahny...