[Masih] Cerita dari Taman

Pulau Jawa akan terus memanas hingga Oktober 2024, begitu headline berita salah satu media online ternama memberi judul. Ya, meskipun Jakarta sudah dua kali diguyur hujan dalam seminggu, itu tak cukup untuk memberikan kesan teduh dan sejuk. Namun, lumayan untuk mengisi sumur yang bisa saja debit airnya mulai menyusut. 

Mencoba membuka perkiraan cuaca, ternyata senada dengan berita di media, Jakarta akan cerah ceria selama sepekan. Tak terkecuali hari ini, langit Jakarta membiru. Awan-awan kecil tak terpantau sedikit pun, bersih. Dua hari ini, hembusan angin juga cukup kencang, bisa dipastikan debu beterbangan dengan liar. 

Cuaca yang cukup mendukung untuk hang out ke taman. Tentunya taman yang tetap hijau meskipun ditengah musim kemarau melanda, Taman Lebak Bulus. Tak diragukan, taman ini memang cukup spesial, berada di dekat aliran sungai yang deras. Alhasil, rumput dan tanaman tetap ijo royo-royo meskipun terik matahari menghujam setiap hari. Rapatnya pepohonan besar juga punya andil, setidaknya mampu menghalau cahaya langsung masuk menerobos ke rerumputan. 

Rugi rasanya ke taman tanpa melibatkan aktivitas fisik alias olahraga. Pagi ini, kami membawa perlengkapan tepok bulu alias badminton alias bulu tangkis. Dua set, satu set untuk putra-putriku dan satu set lainnya untuk aku dan emaknya, lengkap! 

1. Badminton

Kami memanfaatkan lebar dan luasnya Taman Lebak Bulus untuk bermain tepok bulu. Olahraga yang merakyat setelah bola sepak. Sebelum memulai permainan, stretching dulu lah kami. Ya, sejak dini, sebisa mungkin setiap mengawali olah raga, biasakan mengajari pelemasan pada buah hati. Peregangan otot itu penting, apalagi memasuki usia emak-emak dan bapak-bapak, sangat diperlukan untuk mengurangi resiko cedera.

Kami langsung bermain ganda campuran! Melihat kemauan mereka, kami pun jadi antusias. Skor demi skor cepat berlalu, karena memang sekali serve langsung mati, meskipun kadang dua sampai tiga pukulan, selesai 😅

Puas bermain bulutangkis berempat, tiba-tiba rombongan pengunjung taman lainnya nimbrung. Usianya sepantaran putraku, mungkin TK atau SD kelas satu. Cewek, bertiga. Putriku yang dasarnya memang humble, cas cis cus berkenalan. Tak seperti kakaknya yang malu-malu. Bersyukur, si Kecil mengawali sosialisasi nya dengan baik. Berani, bahkan mengajari dan mendikte tamu pagi ini, meskipun usianya jauh diatas putriku. Dasar Gendhuk, metuwek (sin: Jakarta bilang, tua banget)! 

2. Petak Umpet

Bosan dan puas bermain badminton, putra-putriku ngajak main petak umpet. Permainan yang ku kenalkan, mungkin setahun terakhir. Kalau di rumah, kurang puas, karena tak seluas area taman. 

Teduhnya Taman Lebak Bulus tak membuat kami khawatir kepanasan. "Spot" untuk bersembunyi pun cukup banyak, bisa di balik pepohonan atau diantara wahana permainan, tinggal pilih. Belajar berhitung, belajar untuk teliti, belajar sportif dan tentu saja, aktivitas fisiknya.

3. Piknik Ala-ala

Kebiasaan kami ketika berkunjung ke taman, apalagi sejuk, betah dan berlama-lama. Bisa bertahan dua hingga tiga jam. Ditambah lagi, cemilan, minuman dan beberan (red: tikar) juga faktor yang membuat kami "kerasan" 😅

Memang tak setiap akhir pekan bisa bertandang ke taman, setidaknya mencari suasana baru diperlukan, untuk refreshing dan melepas kepenatan. Termasuk mencari tema untuk menulis. Jadi ingat pesan Bang Tere, "Dunia nyata itu luas Dek, tak seluas layar hapemu". Ya, setidaknya kaki ini lebih banyak melangkah, daripada kedua jempol jari yang hanya menari. 

Tetiba burung kutilang menghampiri kami, hanya beberapa meter dari jangkauan. Ceriwis, paruhnya tak hentinya mematuk-matuk, ya memang banyak semut rang-rang di sana. 

Terima kasih telah menghibur pagi kami, kutilang! 

#Taman #Jakarta #TamanLebakBulus #JakartaSelatan #Jaksel

Bermain Bulutangkis bareng kenalan 😅



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Namanya Abadi, tapi (tak) Dapat Ditinggali

Ranting Pena

[2nd Day] SILO Mentality, Growth or Fixed?