Akhirnya, setelah hampir empat tahun!

Pesan itu tiba-tiba ada di inbox, dari pengirimnya, jelas email dari personalia untuk kepentingan internal. Subjeknya, “Setetes Darah Anda, Sangat Berarti Bagi Mereka yang Membutuhkan, Ayo Donor Darah”. Akhirnya, untuk pertama kali di Jakarta, berkesempatan untuk kembali berdonor darah. 

Antusiasme membumbung, karena tak perlu susah payah ke PMI, ada yang jemput bola. QR code langsung ku crop dengan snipping tools, harapannya setelah jam istirahat tiba, bisa langsung mendaftar dan mengisi biodata. Maklum, dulu ketika masih berdinas di pabrik, acara semacam ini menjadi agenda rutin plant setiap enam bulan sekali. 

Sayangnya sampai hari H pun, lupa untuk scan QR, alhasil namaku pun tak terdaftar secara online sebagai calon pendonor. Pagi itu, kantor masih lengang, meskipun jam hampir menunjukkan pukul sembilan. Ada yang tidak biasa. Pantas saja, ketika jalan menuju kantor dari arah parkiran, beberapa rekan kerja menerobos kerumunan, melawan arah, dengan langkah terburu. 

Inisiatif pun muncul, mencoba mencari informasi teman-teman langganan datang pagi pada kemana, tumbenan kompak untuk “menghilang”. Ternyata mereka sedang menuju venue donor darah. Sejurus kemudian, langsung teringat bahwa pelaksanaan pengambilan darah dilakukan di gedung sebelah pagi ini. Bertepatan hari Jum'at, 11 Oktober 2024.

Sebelum bergegas menuju TKP, mencoba kontak by phone, untuk memastikan apakah antrian telah mengular, ternyata hasil tabayyun mengatakan, bahwa peserta masih sepi, maklum jarum jam masih di angka sembilan pagi. Dengan langkah secepat kilat, tak sampai sepuluh menit, akhirnya sampai di tempat acara. Masih lengang. 

Terpantau masih beberapa orang saja yang tampak antri untuk mengisi biodata dan form screening. Sayangnya, bolpoin tersedia terbatas. Antrian untuk mengisi form pun lumayan panjang, bahkan beberapa calon pendonor harus meminjam ke satpam atau konter minuman yang ada di sekitar area donor. 

Aku tak kehabisan akal, mengambil secarik kertas pendaftaran, dan sambil melihat “peluang” di bangku antrian. Panitia terlihat stand by mengatur antrian, sudah ada sekitar sepuluh peserta yang duduk di kursi, menunggu giliran wawancara dengan petugas dan “cek fisik”. Basa-basi tanya ke petugasnya, eh malah diminta duduk dan di sodorin bolpoin, syukurlah! 

Form pendaftaran yang terlipat dan ku tenteng tadi diminta petugasnya, dibukanya lebar-lebar, sambil tersenyum “Pak, ini harus diisi semuanya ya” pintanya. Aku hanya mengangguk dan berterima kasih. Baru ku buka, eh harus diisi data diri sesuai KTP. Pantas saja, di meja antrian pintu masuk, mbak-mbak dan mas-mas pada pegang kartu tanda penduduk. Maklum, hampir empat tahun vakum untuk berdonor, jadi lupa caranya hehehe

Beruntung data diri pribadi dan keluarga telah tersimpan rapi di galeri. Belajar dari mengurus kartu keluarga, hingga untuk keperluan sekolah bocah, semua ada di genggaman. Tak perlu bingung, kapanpun dibutuhkan, datanya sudah ada di tangan, termasuk pagi ini. 

Sepintas tak ada yang beda dari biasanya, dengan seksama ku baca satu persatu pertanyaan di form berkelir biru itu. Ada puluhan pertanyaan seputar kesehatan. Namun yang membedakan di kuesioner ini adalah lebih detail dari biasanya dan sifatnya private. Diantaranya orientasi seksual. Apakah “lesgo” or “hombreng”? Apakah anda pernah “jajan” diluar tanpa “alat pengaman”? Apakah anda seorang “narkoboy”? Pertanyaan yang belum ku temui sebelumnya selama mengikuti donor. 

Apakah pertanyaan itu berlaku secara nasional? Atau hanya di daerah tertentu, yang notabene penduduknya majemuk dan mobilitasnya tinggi? Karena ada juga pertanyaan perihal tempat tinggal selama lima tahun terakhir, yang menyebutkan benua Eropa dan Inggris! Nah loh.. 

Tapi satu yang membuat ku penasaran, donor darah kali ini diadakan oleh PMI Unit Cabang Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat! Jauh juga ya. Selesai mengisi form pendaftaran dan screening, calon pendonor antri untuk mengikuti tahap berikutnya. Ada dua step yang harus dilalui

Pertama, menunjukkan form yang telah diisi kepada petugas “cek fisik”. Diantaranya pengukuran tensi, timbang badan dan tentu saja, wawancara singkat. Beberapa pertanyaan yang dilontarkan diantaranya, apakah sudah pernah donor sebelumnya? Adakah keluhan kesehatan saat ini? Apakah anda beristirahat dengan cukup hari ini? Apakah sudah sarapan pagi ini? Apakah ada konsumsi obat rutin? Adakah penyakit bawaan seperti darah tinggi atau diabetes? Dan pertanyaan penutupnya, nonton bola kah malam tadi? Kalau nonton, pasti kurang istirahat, dan kalau sedang tidak beruntung, ya Hb nya tidak akan masuk dan gagal ikut donor hmmmm

Kedua, pendonor diarahkan ke meja berikutnya untuk cek golongan darah dan hb. Jika sudah pernah donor hanya ditanya golongan darah saja dan validasi kadar hb dalam darah. Untuk “debutan” alias pertama kali donor, akan langsung cek goldar nya. Oia, dari pengalaman donor, minimnya istirahat dan kondisi fisik yang kurang prima, akan berpengaruh terhadap nilai hb atau hemoglobin seseorang. Kadar hb minimal adalah 12,5. Saat ditolak, hb ku hanya di kisaran 11,5. Beruntung hb ku pagi ini berkisar 14,5. Sebagai informasi juga, berat badan minimal adalah 45 kg, jadi di bawah itu, sudah pasti di tolak ya guys! 

Setelah dipastikan lolos, peserta antri untuk pengambilan darah. Terhitung ada enam tempat berbaring dan tiga petugas jaga. Satu petugas menangani dua pendonor. Tibalah saat pengambilan darah. Pas banget posisi yang ku dapatkan, lengan kiri! Ya, sejak awal ikut donor, tangan kiri adalah favorit untuk di cubles! Bukan tak beralasan, agar tak mengganggu aktivitas sehari-hari yang dominan tangan kanan hehehe

Sedari awal penasaran dengan kehadiran PMI Sukabumi, aku pun berusaha untuk memperoleh informasi dari petugas. Sebut saja Mas Asep. Sambil menunggu lengan kiri ditusuk, aku membuka pembicaraan, 

“Ini dari PMI Sukabumi, Mas?” tanyaku. 

“Iya Pak, kita ada undangan dari manajemen gedung” jawabnya. 

“Oh, jauh juga dari Sukabumi ke Jakarta, berangkat jam berapa dari sana?” timpalku lagi

“Persiapan dari jam empat pagi, selepas Subuh langsung berangkat” Mas Asep menjawab sambil memberikan aba-aba untuk mengepalkan tangan

“Tarik nafas, Pak” dia memerintah

Jleb jarum seukuran jahitan karung itu menghujam persis di pembuluh vena. Lengan yang tadinya dibebat pakai alat tensi pun, perlahan mulai di kendorkan. Darah mengalir sempurna melalui selang, bermuara ke kantong penampungan. Hanya terdiam sejenak, kembali aku mengulik informasi

“Ada target nggak Mas, berapa kantong darah untuk sekali jalan seperti saat ini? “ sergah ku lagi

“Minimal kita 100 kantong darah, kalau ke luar kota” Si Aa menjelaskan

“Tapi kalau tidak sampai target, biasa berapa kantong Mas?” aku melontarkan tanya

“70 kantong sudah bagus Pak, di atas 50% lah” imbuhnya

“Satu kali keberangkatan berapa banyak timnya?” Aku terus saja penasaran

“Biasanya enam orang, itu pun nanti dibantu oleh PMI setempat, seperti di Jakarta ini, ada beberapa teman dari sini support kita” jelasnya

“Paling jauh ambil darah di mana, Mas?” 

“Tangerang, Pak. Seminggu tim kita bisa 2-3 kali keluar kota. Sabtu-Minggu kadang juga jalan” imbuhnya

“Kalau hanya mengandalkan di seputar Sukabumi, tidak akan pernah target, Pak. Karena timnya banyak, sedangkan kebutuhan darahnya harian” tambahnya

“Suka duka menjadi petugas PMI, apa Mas?” tanyaku sebelum mengakhiri pembicaraan

“Banyak sukanya sih, karena menyangkut nyawa sesama, panggilan hati saja” tukasnya

Pendonor sebelah kiriku yang start duluan, kelar juga pengambilan darahnya, ibu-ibu itu kemudian berseloroh

“Kok udahan Mas, kan darahnya belum habis” sambil tersenyum

“Kalau mau ngabisin darah ya ke rumah sakit aja Bu, sekalian daftar jadi vampir” jawab Mas Asep sambil tertawa. 

Tak ada rasa tegang, canda tawa dan obrolan mengalir begitu saja, sakitnya hanya pas nusuk jarum, setelah itu ya, biasa saja. Tanpa terasa obrolan kami sudah hampir dua puluh menit. Kantong darah sudah on target, pengambilan darah pun selesai. Pendonor diberikan waktu lima menit untuk rebahan, istirahat, untuk menstabilkan fisik. Do'a terpantau dari Mas Asep untuk pendonor, 

“Terima kasih atas partisipasinya, semoga sehat selalu, semoga berjumpa lagi di acara donor berikutnya” menutup percakapan pagi itu. 

Teh panas yang ku sedih mulai dingin, snack sudah menanti. Seruput saja untuk menambah darah dan tenaga. 

“Arma caritas, per humanitatem ad Pacem”


#AyoDonorDarah 

#AyoDonor 

#DonorMenyehatkan









Komentar

  1. Pertanyaan pertanyaan itu memang sudah template di PMI sebelum donor darah....dengan donor darah gak hanya membantu sesama ,tetapi keuntungannya juga buat diri sendiri lohh...jika kita ternyata punya penyakit ,akan terdeteksi dari dari darah yg kita donorkan dan di info oleh PMI ke kita

    BalasHapus

Posting Komentar

Besongol.xyz

Postingan populer dari blog ini

Namanya Abadi, tapi (tak) Dapat Ditinggali

Ranting Pena

[2nd Day] SILO Mentality, Growth or Fixed?