Postingan

Jeglongan Sewu, Satire Santun Warga untuk Pemerintah

Sebagian orang mungkin sudah pernah mendengar sebutan jeglongan sewu (red:seribu lubang). Keadaan ini menggambarkan kondisi jalan raya yang tingkat kerusakannya sangat parah. Dimedia sosial “Wisata Jeglongan Sewu” cukup viral dan ramai diperbincangkan. Bermula dari postingan masyarakat Gresik dan sekitarnya, mendadak jalan raya dijadikan tempat “wisata” baru dan dadakan. Banyak pengendara yang melintas dijalan raya Tuban-Gresik yang penasaran dengan keberadaan Wisata Jeglongan Sewu. Wisata ini dapat dijumpai dengan mudah, terutama pengendara yang melalui jalur Pantura, tepatnya di Jalan Tuban- Gresik, Desa Betoyokauman,  Kec.Manyar, Kab.Gresik. Jalan nasional yang menghubungkan Gresik dan Tuban ini merupakan jalur favorit kendaraan  besar menuju Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta dan sebaliknya. Istilah Jeglongan Sewu muncul sebagai bentuk protes warga kepada pemerintah karena perbaikan jalan yang mereka harapkan tidak kunjung terealisasi. Puncaknya, warga disekitar jalan pen...

Mimpi lewat PT Favorit

Gambar
Setiap menjelang tahun ajaran baru, orang tua yang anaknya akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sering dipusingkan oleh berbagai pilihan perguruan tinggi (PT). Tentu, orang tua mengharapkan anaknya bisa menempuh pendidikan di PT favorit berkualitas, baik secara akademik maupun “nilai jualnya” setelah menyelesaikan studi. Dengan kata lain, bisa menghasilkan para sarjana yang mampu memberikan sumbangsih kepada masyarakat umumnya, termasuk menciptakan lapangan kerja baru. Berbagai usaha dilakukan sekolah agar anak didiknya bisa lulus dalam ujian akhir nasional (unas). Apalagi, dalam lima tahun belakangan pemerintah telah menerapkan standar kelulusan minimal (SKM) bagi siswa dan siswi yang mengikuti ujian akhir. Program intensif belajar (PIB) atau bimbingan belajar  (bimbel)mulai diterapkan diseluruh pelosok tanah air. Tujuannya menekan angka ketidaklulusan yang hampir setiap tahun meningkat, mengingat SKM yang ditetapkan dari tahun ke tahun selalu naik. Un...

Apakah selamanya politik itu kejam?Apakah selamanya dia datang tuk menghantam?

Sepenggal lirik dari sang maestro Iwan Fals yang kala itu sangat rajin mengkritik pemerintah. Cara “elegan dan santun” untuk mengkritisi pengendali Negara dari seorang seniman yang berkelas. Tak perlu darah bercucuran, tak guna ada permusuhan, Politik itu kejam, politik itu sadis, politik itu penuh intrik, politik itu tak berperikemanusiaan, politik itu sampah, politik itu kotor, politik itu busuk..lebih busuk dari tumpukan sampah di TPA (red: Tempat Pembuangan Akhir) Bagi orang awam bisa jadi kata-kata tersebut yang keluar dari mulut (secara spontan) ketika ditanya apa itu politik. Tak heran memang jika banyak dari masyarakat kita begitu antipati jika berbicara politik. Indonesia memang Negara berkembang yang sedang “belajar” tentang begitu pentingnya peran politik untuk membangun sebuah bangsa. Jika melihat sejarah Indonesia, memang perkembangan politik ditanah air cenderung lamban jika dibandingkan dengan Negara tetangga seperti Malaysia maupun Singapura. Masa lalu yang kelam mem...

Kantong Plastik (tak) Berbayar

Oleh : Randy Prima Alumni Prodi Akuntasi, Alumni FE Universitas Muhammadiyah Malang                 Kurang lebih delapan bulan lamanya pemerintah menetapkan kebijakan Kantong Plastik Berbayar (KPB), itu berarti selama itu pula “umur” dari kebijakan tersebut. Kebijakan pemerintah untuk menekan penggunaan kantong berbahan plastik memang cukup beralasan, mengingat dari tahun ke tahun penggunaan kantong plastik cenderung terus meningkat dan merupakan penyumbang sampah yang paling dominan, seiring bertambahnya populasi penduduk di negeri ini. Awalnya kebijakan ini belum menemui hambatan yang berarti, mengingat hampir semua kalangan mendukung niat baik pemerintah untuk mengurangi sampah, terutama sampah plastik yang notabene kurang ramah lingkungan. Namun seiring berjalannya waktu, permasalahan mulai muncul. Diantaranya kriminalisasi atas kebijakan ini yang disebabkan oleh “mahal” nya harga kantong plastik yang ha...

Dari Rakyat Untuk KEPARAT…..

**** Opini  **** Pernahkah anda dengar kata demokrasi?  Apabila anda jawab demokrasi adalah “ Dari,Oleh dan Untuk Rakyat” SERATUS PERSEN jawaban anda BENAR. Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat. Tapi bagaimana jika anda ditanya, apa yang anda ketahui tentang DemoCrazy? Tentu anda akan bingung! Saya yakin dengan sepenuh hati bahwa anda tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Mengapa?  Simple, sebab dalam mata pelajaran ataupun mata kuliah, anda tidak pernah mendengarkan kata “asing’’ tersebut…he,he, Lantas apa sebenarnya DemoCrazy tersebut? Mari kita coba telaah bersama (untuk kesimpulan akan saya kembalikan ke Anda, saya tidak ikut campur!!!). DemoCrazy terdiri atas dua kata Demo dan Crazy. Demo dalam konteks ini memiliki, merupakan akronim dari Demoralisasi (terkesan memaksa, tapi sangat pas dengan situasi negeri ini, menurut teman-teman sebaya saya sih… ). Demoralisasi dalam kamus bahasa Indonesia berarti kemerosotan moral (akhlak), sedangkan Crazy dalam kamus ...

Akulturasi Budaya Era Globalisasi

Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan tertinggi yang tidak semua orang bisa mengenyamnya. Mahalnya biaya pendidikan merupakan salah satu penyebabnya. Namun, tidak jarang orang yang memiliki kesempatan untuk merasakan atmosfer kampus , kurang memanfaatkannya secara maksimal. Terlepas dari semua itu, memang ada faktor lain yang tersembunyi, yakni culture dan custom . Custom atau kebiasaan dapat membentuk budaya atau culture dalam suatu komunitas. Sehingga, tingkah laku yang positivistic akan berimbas pada budayanya yang juga bersifat positif. Tidak dapat dipungkiri, perguruan tinggi merupakan sarana dan prasarana bagi mahasiswa untuk mengaktualisasikan diri dan pengembangan diri. Tentunya bentuk aktualisasi diharapkan bisa memberikan sumbangsih kepada civitas akademika serta masyarakat pada umumnya. Namun, jika melihat fenomena yang terjadi saat ini, gejala hedonism mulai menyusup dalam diri pemuda sebagai tunas harapan dan generasi penerus bangsa. Nilai-nilai luhur mulai ...

Perlukah “Superioritas” Orang Tua Terhadap Anak?

Gambar
Anak merupakan symbol kebahagiaan keluarga. Kehadiran anak sangat dinantikan oleh pasangan yang telah mengikat janji setia dalam pernikahan. Tak pelak perlakuan pada sang anak terkadang over, sehingga apapun dilakukan demi kebahagiaan sang buah hati. Akan tetapi, tak jarang perlakuan terhadap anak berakhir dengan kekerasan, baik kekerasan secara fisik maupun psikologis. Salah satu kekerasan fisik yang kerap kali terjadi dalam masyarakat, misalnya anak dipukul jika tidak menuruti kemauan orang tua. Pendidikan ala “militer” yang tidak tepat dan tidak pada tempatnya sudah menjadi hal yang lumrah. Bagaimana dengan kondisi psikis seorang anak yang mendapatkan perlakuan seperti itu? Menurut Sigmund Freud ada tiga prinsip fundamental yang mempunyai peran untuk mengatur dan menguasai dalam proses psikis, yakni prinsip konstansi ( the principal of constancy) , prinsip kesenangan (the pleasure principal), dan prinsip realitas ( the reality principal) . Menurut prinsip konstansi, hidup psiki...